Analisis Skala Ekonomi Analisis Optimasi

tenaga kerja persiapan X 4 sebesar 0,472, berarti dengan asumsi cateris paribus, apabila tenaga kerja persiapan ditingkatkan 10, maka akan meningkatkan produksi ikan kerapu macan sebesar 4,72 . Berdasarkan persamaan 3 atau 4, jumlah koefisien regresi keempat variabel independen tersebut adalah 1,577. Hal ini menunjukkan nilai total elastisitas produksi usaha budidaya ikan kerapu macan yaitu sebesar 1,577 Ep 1, sehingga dapat dikatakan usaha tersebut berada pada daerah irasional. Usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang ini masih dapat ditingkatkan lagi sampai berada pada daerah rasional 0 ≤ Ep ≤ 1. Kondisi aktual menunjukkan kondisi produksi pada daerah irasional karena usaha yang dijalankan oleh pembudidaya masih dapat ditingkatkan lagi sehingga tidak rasional jika pembudidaya tetap bertahan pada kondisi tersebut. Daerah dengan elastisitas produksi Ep antara nilai 0 sampai dengan 1 disebut daerah rasional karena produksi yang dihasilkan dari suatu usaha sudah mencapai maksimum dengan keuntungan tertinggi. Setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan terhadap produksi dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keuntungan.

6.4 Analisis Skala Ekonomi

Skala ekonomi menunjukkan apa yang terjadi terhadap produksi jika semua input berubah secara proporsional Debertin, 1986. Keadaan ini dapat dilihat pada sifat skala ekonomi, yaitu 1 decreasing return to scale RTS 1, atau proporsi pertambahan produksi lebih kecil dibandingkan dengan proporsi pertambahan input, 2 constant return to scale RTS = 1, atau proporsi pertambahan produksi sama dengan proporsi pertambahan input, 3 increasing return to scale RTS 1, atau proporsi pertambahan produksi lebih besar dibandingkan dengan proporsi pertambahan input. Nilai return to scale RTS atau skala penerimaan dapat ditentukan dari penjumlahan koefisien regresi b i pada fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan hasil penjumlahan keempat koefisien regresi variabel independen pada persamaan 3 atau 4, dihasilkan nilai return to scale RTS sebesar 1,577. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan kerapu macan berada pada kondisi increasing return to scale RTS 1. Kondisi ini berarti apabila semua faktor produksi ditingkatkan sebesar 1, maka produksi akan meningkat lebih besar dari 1. Dengan demikian usaha budidaya kerapu macan masih dapat ditingkatkan untuk memperoleh keuntungan maksimum.

6.5 Analisis Optimasi

Berdasarkan analisis skala ekonomi, usaha budidaya kerapu macan berada pada kondisi increasing return to scale RTS 1 dan tidak sesuai dengan asumsi fungsi produksi Cobb-Douglas dimana skala penerimaan suatu usaha harus berada pada kondisi constant return to scale RTS = 1. Dengan demikian perlu dibuat fungsi pembatas atau fungsi restriksi terhadap persamaan 3 atau 4. Fungsi produksi restriksi diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Hasil analisis fungsi produksi restriksi disajikan pada Tabel 11 dan analisis selengkapnya pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dibuat persamaan sebagai berikut : ln Y = ln 1,36 + 0,305 ln X 2 + 0,439 ln X 3 + 0,256 ln X 4 ……...……............…5 atau Y = 3,896X 2 0,305 X 3 0,439 X 4 0,256 ……………............................................……6 Berdasarkan asumsi fungsi produksi Cobb-Douglas, maka persamaan yang digunakan untuk analisis optimasi adalah persamaan 5 atau 6. Tabel 11. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Restriksi dengan Metode OLS Ordinary Least Square Variabel Koefisien Standar Deviasi P Peluang VIF Konstanta 1,36 0,9424 0,089 Bibit X 2 0,305 Pakan Rucah X 3 0,439 0,1019 0,000 2,9 TK-1 X 4 0,256 0,1124 0,030 2,9 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 R Square = 0,797 Adjusted R Square = 0,783 Standard Error = 0,242390 Nilai Durbin Watson = 1,63313 = 1-b 3 -b 4 Optimasi merupakan penggunaan tingkat faktor produksi yang dapat memaksimumkan keuntungan dari penggunaan sumberdaya. Tingkat optimal dari penggunaan faktor produksi dapat dijelaskan melalui fungsi produksi. Hal ini tercapai pada saat nilai produk marjinal NPM sama dengan harga input produksi Px, atau biaya marjinal dari tambahan input. Nilai produk marjinal dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : Nilai Produk Marjinal NPM diperoleh dari hasil perkalian antara produk marjinal dengan harga output. Asumsi dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, bi adalah nilai koefisien regresi. Py adalah harga output, Y adalah jumlah output, Xi adalah jumlah input i yang digunakan, dan Pxi adalah harga persatuan input i atau disebut biaya korbanan marjinal BKM. Penggunaan input dikatakan optimal jika NPMxi BKMxi sama dengan satu. Apabila nilai perbandingan NPMxi BKMxi lebih besar dari satu, maka penggunaan input belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan. Apabila nilai perbandingan NPMxi BKMxi lebih kecil dari satu, maka penggunaan input belum optimal, sehingga perlu dikurangi. Produksi optimal diperoleh dengan memasukkan masing-masing faktor produksi optimal ke persamaan 6. Kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, diperoleh harga ikan kerapu macan Rp 135.000, harga bibit X 2 Rp 440.000kg, harga pakan rucah X 3 Rp 3.000kg, dan harga tenaga kerja persiapan X 4 sebesar Rp 75.000HOK. Dengan menggunakan rumus nilai produk marjinal NPM, diperoleh NPM untuk bibit sebesar Rp 490.569,664, untuk pakan rucah sebesar Rp 3.694,548, dan untuk tenaga kerja persiapan TK persiapan sebesar Rp 45.162.161,63. Nilai perbandingan NPMBKM untuk bibit 1,115, untuk pakan rucah 1,231 dan untuk tenaga kerja persiapan 602,162. Hal ini menunjukkan penggunaan ketiga faktor produksi tersebut belum optimal NPM BKM 1, sehingga perlu ditambah untuk meningkatkan produksi dan keuntungan. Jumlah rata-rata bibit yang digunakan pada kondisi aktual sebesar 6,718 kg atau setara dengan 269 ekor per musim tanam. Penggunaan input bibit belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan menjadi 7,490 kg atau setara 300 ekor per musim tanam. Jumlah rata-rata pakan rucah yang digunakan pada kondisi aktual 1.283,938 kg per musim tanam.Penggunaan pakan rucah yang diberikan belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan menjadi 1.581,190 kg per musim tanam. Rata-rata penggunaan TK persiapan yang digunakan adalah 0,061 HOK per musim tanam. Penggunaan TK persiapan belum optimal sehingga perlu ditingkatkan menjadi 36,880 HOK per musim tanam. Produksi rata-rata ikan kerapu macan yang dihasilkan pada kondisi aktual sebesar 80,040 kg per musim tanam, apabila faktor produksi yang digunakan berada pada tingkat optimal maka akan menghasilkan produksi optimal sebesar 460,032 kg per musim tanam. Dengan demikian, keuntungan maksimum dapat diperoleh apabila semua faktor produksi diubah ke dalam kondisi optimal. Tabel 12. Perbandingan Kondisi Optimal dan Aktual dengan Menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Variabel Bi BKM Rp NPM Rp Optimal Aktual Output kg - 135.000 460,032 80,040 Bibit kg 0,305 440.000 490.569,664 7,490 6,718 Pakan Rucah kg 0,439 3.000 3.694,548 1581,190 1283,938 TK-1 HOK 0,256 75.000 45.162.161,630 36,880 0,061 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui perbandingan antara keuntungan pada kondisi aktual dan kondisi optimal. Keuntungan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan total diperoleh dari hasil perkalian jumlah output yang dihasilkan dengan harga per satuan output tersebut. Biaya total dihasilkan dari penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu siklus produksi. Perbandingan antara keuntungan pada kondisi aktual dengan kondisi optimal ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Keuntungan pada Kondisi Aktual dengan Optimal Budidaya Ikan Kerapu Macan Tahun 2011 Komponen Kondisi Perubahan Aktual Optimal Biaya Total Rp 6.812.327,75 10.805.170,60 3.992.842,85 Penerimaan Total Rp 10.805.400,00 43.473.024,00 32.667.624,00 Keuntungan Rp 3.993.072,25 32.667.853,40 39.480.181,15 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 13, diperoleh total penerimaan pada kondisi aktual sebesar Rp 10.805.400 dan biaya total sebesar Rp 6.812.327,75, sehingga diperoleh keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 3.993.072,25 per musim tanam. Penerimaan total pada kondisi optimal sebesar Rp 43.473.024,00 dan biaya total sebesar Rp 10.805.170,60, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 32.667.853,40 per musim tanam. Berdasarkan hasil perhitungan yang secara lengkap disajikan pada Lampiran 9, dapat diketahui bahwa keuntungan pada kondisi optimal jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi aktual. Keuntungan yang didapat dari hasil produksi optimal tersebut merupakan keuntungan dengan asumsi nilai survival rate SR ikan kerapu macan yang diproduksi pembudidaya di Pulau Panggang adalah sebesar 70.

6.6 Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan

Dokumen yang terkait

Pola Pengelolaan Penangkapan ikan Karang Berbasis Partisipasi Masyarakat Di Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

0 47 322

Studi konstruksi kelembagaan pengelolaan sea farming: kasus di pulau panggang kabupaten administrasi kepulauan seribu

0 22 220

Analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

2 14 132

Keragaman Dan Keberadaan Penyakit Bakterial Dan Parasitik Benih Kerapu Macan Epinephelus Fuscoguttatus Di Karamba Jaring Apung Balai Sea Farming Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 80

Pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

0 9 48

Penentuan kesesuaian lahan keramba jaring apung kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus) menggunakan sistem informasi geografis di pulau panggang Kepulauan Seribu

1 6 90

Analisis Keragaan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus dan Ikan Kerapu Bebek Chromileptes altivelis dalam Sistem Karamba Jaring Apung di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

0 7 215

Analisis Efisiensi Tataniaga Ikan Kerapu Macan (Epinephellus Fuscoguttatus) Pada Kelompok Tani Sea Farming Di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

2 27 97

Studi konstruksi kelembagaan pengelolaan sea farming kasus di pulau panggang kabupaten administrasi kepulauan seribu

2 42 114

Preferensi Jenis Ikan Karang Terhadap Habitat Terumbu Karang di DPL Pulau Panggang Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu DKI Jakarta.

1 1 17