Analisis Optimasi HASIL DAN PEMBAHASAN

ln Y = ln 1,36 + 0,305 ln X 2 + 0,439 ln X 3 + 0,256 ln X 4 ……...……............…5 atau Y = 3,896X 2 0,305 X 3 0,439 X 4 0,256 ……………............................................……6 Berdasarkan asumsi fungsi produksi Cobb-Douglas, maka persamaan yang digunakan untuk analisis optimasi adalah persamaan 5 atau 6. Tabel 11. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Restriksi dengan Metode OLS Ordinary Least Square Variabel Koefisien Standar Deviasi P Peluang VIF Konstanta 1,36 0,9424 0,089 Bibit X 2 0,305 Pakan Rucah X 3 0,439 0,1019 0,000 2,9 TK-1 X 4 0,256 0,1124 0,030 2,9 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 R Square = 0,797 Adjusted R Square = 0,783 Standard Error = 0,242390 Nilai Durbin Watson = 1,63313 = 1-b 3 -b 4 Optimasi merupakan penggunaan tingkat faktor produksi yang dapat memaksimumkan keuntungan dari penggunaan sumberdaya. Tingkat optimal dari penggunaan faktor produksi dapat dijelaskan melalui fungsi produksi. Hal ini tercapai pada saat nilai produk marjinal NPM sama dengan harga input produksi Px, atau biaya marjinal dari tambahan input. Nilai produk marjinal dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : Nilai Produk Marjinal NPM diperoleh dari hasil perkalian antara produk marjinal dengan harga output. Asumsi dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, bi adalah nilai koefisien regresi. Py adalah harga output, Y adalah jumlah output, Xi adalah jumlah input i yang digunakan, dan Pxi adalah harga persatuan input i atau disebut biaya korbanan marjinal BKM. Penggunaan input dikatakan optimal jika NPMxi BKMxi sama dengan satu. Apabila nilai perbandingan NPMxi BKMxi lebih besar dari satu, maka penggunaan input belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan. Apabila nilai perbandingan NPMxi BKMxi lebih kecil dari satu, maka penggunaan input belum optimal, sehingga perlu dikurangi. Produksi optimal diperoleh dengan memasukkan masing-masing faktor produksi optimal ke persamaan 6. Kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, diperoleh harga ikan kerapu macan Rp 135.000, harga bibit X 2 Rp 440.000kg, harga pakan rucah X 3 Rp 3.000kg, dan harga tenaga kerja persiapan X 4 sebesar Rp 75.000HOK. Dengan menggunakan rumus nilai produk marjinal NPM, diperoleh NPM untuk bibit sebesar Rp 490.569,664, untuk pakan rucah sebesar Rp 3.694,548, dan untuk tenaga kerja persiapan TK persiapan sebesar Rp 45.162.161,63. Nilai perbandingan NPMBKM untuk bibit 1,115, untuk pakan rucah 1,231 dan untuk tenaga kerja persiapan 602,162. Hal ini menunjukkan penggunaan ketiga faktor produksi tersebut belum optimal NPM BKM 1, sehingga perlu ditambah untuk meningkatkan produksi dan keuntungan. Jumlah rata-rata bibit yang digunakan pada kondisi aktual sebesar 6,718 kg atau setara dengan 269 ekor per musim tanam. Penggunaan input bibit belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan menjadi 7,490 kg atau setara 300 ekor per musim tanam. Jumlah rata-rata pakan rucah yang digunakan pada kondisi aktual 1.283,938 kg per musim tanam.Penggunaan pakan rucah yang diberikan belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan menjadi 1.581,190 kg per musim tanam. Rata-rata penggunaan TK persiapan yang digunakan adalah 0,061 HOK per musim tanam. Penggunaan TK persiapan belum optimal sehingga perlu ditingkatkan menjadi 36,880 HOK per musim tanam. Produksi rata-rata ikan kerapu macan yang dihasilkan pada kondisi aktual sebesar 80,040 kg per musim tanam, apabila faktor produksi yang digunakan berada pada tingkat optimal maka akan menghasilkan produksi optimal sebesar 460,032 kg per musim tanam. Dengan demikian, keuntungan maksimum dapat diperoleh apabila semua faktor produksi diubah ke dalam kondisi optimal. Tabel 12. Perbandingan Kondisi Optimal dan Aktual dengan Menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Variabel Bi BKM Rp NPM Rp Optimal Aktual Output kg - 135.000 460,032 80,040 Bibit kg 0,305 440.000 490.569,664 7,490 6,718 Pakan Rucah kg 0,439 3.000 3.694,548 1581,190 1283,938 TK-1 HOK 0,256 75.000 45.162.161,630 36,880 0,061 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui perbandingan antara keuntungan pada kondisi aktual dan kondisi optimal. Keuntungan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan total diperoleh dari hasil perkalian jumlah output yang dihasilkan dengan harga per satuan output tersebut. Biaya total dihasilkan dari penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu siklus produksi. Perbandingan antara keuntungan pada kondisi aktual dengan kondisi optimal ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Keuntungan pada Kondisi Aktual dengan Optimal Budidaya Ikan Kerapu Macan Tahun 2011 Komponen Kondisi Perubahan Aktual Optimal Biaya Total Rp 6.812.327,75 10.805.170,60 3.992.842,85 Penerimaan Total Rp 10.805.400,00 43.473.024,00 32.667.624,00 Keuntungan Rp 3.993.072,25 32.667.853,40 39.480.181,15 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 13, diperoleh total penerimaan pada kondisi aktual sebesar Rp 10.805.400 dan biaya total sebesar Rp 6.812.327,75, sehingga diperoleh keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 3.993.072,25 per musim tanam. Penerimaan total pada kondisi optimal sebesar Rp 43.473.024,00 dan biaya total sebesar Rp 10.805.170,60, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 32.667.853,40 per musim tanam. Berdasarkan hasil perhitungan yang secara lengkap disajikan pada Lampiran 9, dapat diketahui bahwa keuntungan pada kondisi optimal jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi aktual. Keuntungan yang didapat dari hasil produksi optimal tersebut merupakan keuntungan dengan asumsi nilai survival rate SR ikan kerapu macan yang diproduksi pembudidaya di Pulau Panggang adalah sebesar 70.

6.6 Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan

Penelitian ini melakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan dan potensi pengembangannya. Analisis kelayakan digunakan untuk mengetahui apakah dengan tingkat faktor produksi dan tingkat produksi yang optimal, usaha budidaya ikan kerapu layak dilanjutkan dan dikembangkan. Kelayakan usaha ikan kerapu macan akan dilihat dari kriteria kelayakan yang meliputi NPV, Net BC dan IRR.

6.6.1 Analisis Inflow Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan

Arus penerimaan pada usaha budidaya ikan kerapu macan ini terdiri dari dua, yaitu penjualan ikan kerapu dan nilai sisa salvage value dari alat-alat investasi Pembudidaya ikan kerapu macan melakukan panen sebanyak satu kali dalam setahun, dengan mengatur sistem pola tanam untuk mendapatkan hasil panen sesuai kebutuhan yang diinginkan.Pada tingkat optimal, hasil panen kerapu yang dihasilkan dalam satu tahun sebesar 460,032 kg. Pada analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan ini digunakan survival rate SR yang berbeda-beda setiap tahunnya. Pembudidaya ikan kerapu macan umumnya pada tahun pertama merupakan tahap pembelajaran dalam menjalankan usahanya sehingga menyebabkan nilai SR yang kecil pada tahun pertama dan meningkat ke tahun berikutnya. SR untuk tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut adalah 40, 76 dan 87,5 untuk tahun ketiga sampai tahun kelima. Alat-alat investasi seperti kapal dan keramba jaring apung masih memiliki nilai sisa salvage value pada saat umur usaha selama lima tahun berakhir. Nilai sisa untuk komponen kapal yaitu sebesar Rp 4.000.000,00 dan nilai sisa untuk komponen keramba jaring apung yaitu senilai Rp 2.000.000,00. Jumlah produksi per tahun, nilai penjualan ikan kerapu dan total nilai sisa salvage value komponen investasi disajikan pada Tabel 14.

Dokumen yang terkait

Pola Pengelolaan Penangkapan ikan Karang Berbasis Partisipasi Masyarakat Di Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

0 47 322

Studi konstruksi kelembagaan pengelolaan sea farming: kasus di pulau panggang kabupaten administrasi kepulauan seribu

0 22 220

Analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

2 14 132

Keragaman Dan Keberadaan Penyakit Bakterial Dan Parasitik Benih Kerapu Macan Epinephelus Fuscoguttatus Di Karamba Jaring Apung Balai Sea Farming Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 80

Pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

0 9 48

Penentuan kesesuaian lahan keramba jaring apung kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus) menggunakan sistem informasi geografis di pulau panggang Kepulauan Seribu

1 6 90

Analisis Keragaan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus dan Ikan Kerapu Bebek Chromileptes altivelis dalam Sistem Karamba Jaring Apung di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

0 7 215

Analisis Efisiensi Tataniaga Ikan Kerapu Macan (Epinephellus Fuscoguttatus) Pada Kelompok Tani Sea Farming Di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

2 27 97

Studi konstruksi kelembagaan pengelolaan sea farming kasus di pulau panggang kabupaten administrasi kepulauan seribu

2 42 114

Preferensi Jenis Ikan Karang Terhadap Habitat Terumbu Karang di DPL Pulau Panggang Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu DKI Jakarta.

1 1 17