Gambaran Perencanaan Implementasi Kampanye, dan Manajemen

124 “Kampanye implementasi kita lewat kegiatan mereka, kalau ada paguyuban, pertemuan metadon, manfaatin pas lagi kumpul” F-RS-2. “Ya pasang spanduk kan ya, bisa di halaman depan puskesmas, launching HIV bareng dinas, kalau puskesmas nggak” A-RS-3, “Kita kampanye menggunakan brosur2 gitu, seringnya di hari AIDS, bekerja sama dengan semua pihak ” C-RS-4 Hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan menyebutkan, tahun 2011 ada layanan PTRM di Puskesmas Ciputat, tahun 2012 klinik VCT pertama dibuka di Tangerang Selatan yaitu di Puskesmas Ciputat, tahun 2013 terdapat 5 puskesmas, dan satu RSUD yang memiliki klinik VCT di Kota Tangerang Selatan yaitu Puskesmas Ciputat, Pondok Aren, Setu, Jombang, Serpong dan RSUD Kota Tangerang Selatan. Tahun 2015, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan merencanakan semua puskesmas memiliki klinik VCT. Berikut kutipannya, “2011, klinik metadon di Puskesmas Ciputat, 2012 baru ada klinik VCT di Puskesmas Ciputat, 2013 ada 5 puskesmas yang memiliki klinik VCT yaitu Puskesmas Ciputat, Pondok Aren, Setu, Jombang, Serpong dan RSUD Kota Tangerang Selatan ” P-RS-5 Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Januari-Maret 2014, perencanaan langkah yang dilakukan untuk pencapaian target yaitu : 1. Intensifikasi dan optimalisasi kegiatan Mobile Konseling 2. Intensifikasi promosi VCT didukung oleh produksi dan distribusi media KIE 125 3. Koordinasi yang baik antara Dinas Kesehatan, LSM BMG, Kotek, KPA, Puskesmas dan instansi terkait 4. Mengadakan Pertemuan dengan Instansi atau lembaga terkait 5. Optimalisasi penjangkauan metadon dan pengadaan obat dan reagen yang diperlukan Berdasarkan hasil wawancara, pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran sosial yaitu LSM Kotek, LSM BMG, Dinas kesehatan, Bidang Promosi kesehatan Puskesmas, Bidan-bidan, analis kesehatan, perawat, Komisi Penanggulangan AIDS KPA Tangerang Selatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peran masing-masing dalam pemasaran sosial program VCT dijelaskan dalam kutipan wawancara berikut, “Yang terlibat, dari LSM mendampingi pasien, Dinas kesehatan, Promkes, Bidan-bidan yang kadang jadi konselor, Ada juga analis kesehatan yang ambil darah, ada perawat yang juga bisa ambil darah ” D-RS-1. “Dokter, analis lab, LSM” F-RS-2. “KPA, UIN, seminar-seminar, LSM biasanya bergerak langsung dengan dinas, ke sini minta bantuan tenaga kita, dia kirim rujukan kasus, menjangkau klien, Dinas atasan kita,dari keseluruhan puskesmas” A-RS-3 “Penjangkau dan pendampingan LSM dengan pihak terkait, dengan tokoh masyarakat untuk semua masyarakat umum, khusus untuk HIV, Dinas sosial biasanya mereka pelatihan-pelatihan fasilitasi kebutuhan mereka apa, sejauh ini yang uda berjalan kalau penasun pelatihan bengkel-bengkel kecil gitu, kalau waria salon, jadi lebih ke softskill. Kalau dinas kesehatan bantu ke akses kesehtan, biasanya CD4 gratis, jaminan kesehatan, pelatihan-pelatihan 126 penyuluhan kesehatan, KPA penyuluhan juga dan pelaporan, Puskesmas penyuluhan dan VCTnya, IMS akses kesehatannya. KDS Pelangi support dukungan kelompok, KPA memang ada, berdekatan denga dinas kesehatan, tapi sejauh ini fungsinya nggak terlalu berjalan baik, biasanya mereka kalau ada pelaporan, terus mau seperti apa, kalau turun ke lapangan lebih bayak LSM ” C-RS-4 “LSM BMG untuk penjangkauan, Kotek untuk penjangkauan, KPA kadang bantu kita suplai kondom ” P-RS-5, Kendala dalam perencanaan kampanye implementasi, Puskesmas mengaku tidak begitu banyak kendala, hanya manajemen waktu saja. Sedangkan LSM mengatakan adanya miskomunikasi dengan beberapa pihak misal KPA Tangerang Selatan, adanya diskriminasi apalagi saat pembagian kondom meskipun ke jejaring ODHA saja. Dinas Kesehatan mengatakan belum terjadinya kontrak waktu yang jelas dengan komunitas dan seringnya terjadi pemutusan sepihak serta ada beberapa wilayah yang tertutup terhadap kedatangan tenaga kesehatan. Berikut kutipannya, “Kendalanya manajemen waktu aja” F-RS-2. “Kendalanya apa ya, miss komunikasi aja, antara KPA gitu kan, karena KPA sendiri di kita belum berjalan maksimal sih, ketika pelaksananan ya kendalanya diskriminasi, apalagi soal pembagian kondom, masih jadi pro dan kontra tuh, kita melibatkan dinas untuk penyuluhan, kita pembagian kondom nggak ke umum, masih dalam jejaring aja” C-RS-4, 127 “Kendalanya kontrak waktu, belum terjadinya kontrak waktu yang jelas dengan komunitas dan seringnya terjadi pemutusan sepihak sama ada beberapa wilayah yang tertutup terhadap kedatangan kami” P-RS-5 128

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kualitatif menggunakan data primer hasil wawancara dan observasi serta data sekunder hasil telaah dokumen. Dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut. 1 Peneliti menemukan kesulitan didalam mendapatkan data karena Puskesmas tidak memiliki proposal pemasaran sosial program VCT yang dilegalisasi oleh Kepala Puskesmas. Puskesmas hanya memiliki Plan of Action POA atau rencana kerja tahunan dan bulanan. Namun Puskesmas tidak berkenan memberikan POA Tahunan dikarenakan kendala penyimpanan administrasi. Informasi seputar kegiatan hanya didapatkan melalui Laporan Bulanan Puskesmas di Dinas Kesehatan, Laporan Bulanan Dinas Kesehatan, bahan sosialisasi VCT Dinkes serta POA Bulanan yang tertera di majalah dinding Puskesmas. 2 Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karen jumlah informan yang terbatas yaitu hanya tujuh orang informan. Sehingga informasi yang diperoleh mungkin belum lengkap. Namun, jumlah sampel tersebut menurut peneliti telah memenuhi prinsip adequacy untuk penelitian kualitatif. 3 Adanya subjektivitas dari informan. Penelitian ini sangat tergantung pada kejujuran dan keterbukaan informan dalam mengungkapkan fakta dan data. 129 4 Adanya subyektivitas pada diri peneliti. Unsur subyektivitas tersebut kemungkinan akan mempengaruhi interpretasi hasil yang disajikan.

6.2 Gambaran Perencanaan Pemasaran Sosial Program VCT

Perencanaan pemasaran sosial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perencanaan pemasaran sosial program VCT HIV-AIDS yang meliputi 10 langkah yaitu 1 menggambarkan latar belakang, tujuan dan fokus program, Analisis Situasi SWOT, 3 segmentasi pasar, 4 perencanaan tujuan dan target pemasaran 5 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku 6 pernyataan positioning 7 bauran pemasaran 8 perencanaan pemantauan dan evaluasi, 9 anggaran dana 10 perencanaan implementasi kampanye dan manajemen. Menurut Hong Cheng, Philip Kotler, dan Nancy R. Lee 2009 dalam buku social marketing for public health, perencanaan pemasaran sosial program kesehatan masyarakat meliputi 10 langkah yaitu 1 menggambarkan latar belakang, tujuan dan fokus program, 2 Analisis Situasi SWOT, 3 segmentasi pasar, 4 tujuan dan target pemasaran, 5 identifikasi faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku, 6 Positioning Statement, 7 bauran pemasaran 8 perencanaan pemantauan dan evaluasi 9 perencanaan anggaran 10 perencanaan implementasi kampanye dan manajemen yang diakhiri dengan proposal pemasaran sosial yang dilegalisasi dan dilaksanakan oleh seluruh staf Puskesmas Puskesmas Ciputat belum melakukan perencanaan pemasaran sosial program Voluntary Counseling and Testing VCT HIV-AIDS secara optimal karena belum ada bukti otentik proposal pemasaran sosial VCT yang

Dokumen yang terkait

Karakteristik dan Cara Penularan Penderita HIV/AIDS yang Memanfaatkan Klinik Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008

5 76 72

Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Niat Ibu Hamil Untuk memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) Di wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014

5 30 193

HEALTH LITERACY KLIEN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG TAHUN 2014.

0 5 10

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA.

0 1 8

Keinginan Melakukan Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pada Wanita Menikah Di Jatinangor.

1 2 9

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN AIDS DENGAN MINAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SOSROMENDURAN KOTA YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 10

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIV/AIDS PADA PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KABUPATEN KENDAL - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 1 17