Gambaran Bauran Pemasaran Marketing Mix

157 pemasaran sosial yaitu strategi produk, harga, tempat, dan promosi. Strategi produk tersebut harus dituliskan dalam proposal pemasaran sosial program. Strategi produk yang seharusnya direncanakan Puskesmas yaitu core product produk utama atau manfaat Actual product tindakan atau perilaku dan augmented product barang dan layanan. Core Product Manfaat program yaitu mengetahui status HIV lebih dini D-RS-1, perencanaan dan promosi perubahan perilaku, pelayanan pencegahan infeksi HIV dari ibu ke anak, memfasilitasi akses pelayanan medis infeksi oportunistik, IMS, ARV dan TB, memfasilitasi kegiatan sebaya dan dukungan, normalisasi HIV-AIDS dan mengurangi stigma, perencanaan dan perawatan untuk masa depan, menerima keadaan terinfeksi HIV dan penyelesaiannya Dinkes Banten: 2006. Actual Product Perilaku meliputi Tes dan Konseling HIV-AIDS. Augmented Product Barang meliputi Klinik VCT di Puskesmas, Klinik VCT keliling atau Mobile VCT, alat untuk tes HIV yang mendapat support dari dinkes Tangerang Selatan. Rekomendasi strategi produk pemasaran sosial sesuai dengan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut Tabel 6.2 Strategi Produk Pemasaran Sosial VCT Core Product Manfaat Actual Product Perilaku Augmented Product Barang a. Mengetahui status HIV lebih dini D-RS-1 b. Perencanaan dan promosi perubahan perilaku, c. Pelayanan pencegahan infeksi HIV dari ibu ke anak, d. Memfasilitasi akses pelayanan medis infeksi oportunistik, IMS, ARV dan TB, e. Memfasilitasi kegiatan sebaya dan dukungan, Tes dan Konseling HIV-AIDS D-RS-1 a. Klinik VCT di Puskesmas b. Klinik VCT keliling atau Mobile VCT c. Alat untuk tes HIV yang mendapat support dari dinkes Tangerang 158 f. Normalisasi HIV-AIDS dan mengurangi stigma, g. Perencanaan dan perawatan untuk masa depan, h. Menerima keadaan terinfeksi HIV dan penyelesaiannya Dinkes Banten: 2006. Selatan. D-RS-1 Strategi Price meliputi harga, waktu, atau pengorbanan baik psikologis maupun fisik yang harus diberikan klien dalam pemanfaatan program VCT. Puskesmas Ciputat sebenarnya menetapkan free charge atau mengratiskan harga tes VCT untuk warga yang memiliki KTP Tangerang Selatan, sedangkan untuk non-tangsel dikenakan biaya sesuai Perda. Hal ini karena ada support kebijakan dari Pemerintah Daerah. Strategi untuk pengorbanan waktu, selain layanan buka setiap hari kecuali hari Minggu, Puskesmas juga menyediakan waktu khusus untuk konsultasi di tempat sepi jika klien menginginkan. Untuk mengatasi pengorbanan klien baik psikologis maupun fisik, Puskesmas bekerjasama dengan LSM untuk pendampingan. Kebijakan ni diklarifikasi oleh klien mengaku mendapatkan layanan VCT secara gratis. Untuk pengorbanan waktu selama tes kurang lebih satu jam. Sedangkan bagi klien yang belum pernah tes VCT mengaku lebih menekankan ke pengorbanan mental, terlalu banyak pertimbangan baik dan buruknya setelah tes VCT, selain karena stigma masyarakat, ada rasa takut jika hasil tes positif. Untuk strategi Place, hampir semua informan mengaku terdapat kemudahan akses layanan VCT bagi klien. Salah satu bentuknya adalah adanya mobile VCT, klinik VCT di Puskesmas yang memiliki lokasi strategis, ada ruangan khusus klinik VCT di lantai dua Puskesmas, berikut kutipannya. 159 Berdasarkan hasil observasi, Klinik VCT di Puskesmas Ciputat memang memiliki beberapa fasilitas yang nyaman seperti ruang tunggu yang dilengkapi media poster, leaflet, brosur tentang HIV-AIDS,kotak saran, tempat sampah, meja kusi, kalender. Ruang konseling dilengkapi dengan tempat duduk bagi klien dan konselor, rekam medis, informed consent, catatan medis klien, formulir pra dan pasca testing, lembar rujukan, alat tulis, kondom dan alat peraga penis, tisu, air minum, lemari arsip. Untuk ruang pengambilan darah dilengkapi dengan jarum dan speril steril, tabung penyimpan darah, stiker kode, kapas alkohol, cairan disinfektan, sarung tangan karet, apron plastik, sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir, tempat sampah disinfektan, barang tidak terinfeksi dan barang tajam, petunjuk pajanan okupasional. Ruang petugas kesehatan dan non kesehatan dilengkapi dengan meja dan kursi, tempat pemeriksaan fisik, stetoskop dan tensi meter, kondom dan alat peraga penggunaannya, KIE HIV-AIDS serta infeksi oportunistik, blangko resep, alat timbangan berat badan. Ruang laboratorium dilengkapi dengan reagen untuk testing dan peralatannya, lemari pendingin, alat sentrifusi, ruang penyimpanan testing kit, buku-buku register, cap tanda positif atau negatif, pedoman testing HIV, pedoman pajanan okupasi, lemari arsip yang terkunci. Puskesmas juga memiliki alula pertemuan, serta wadah rapat koordinasi di kelurahan, lokakarya bulanan, lokakarya mingguan. Fasilitas dan wadah ini dapat dijadikan sebagai strategi tempat untuk pemasaran sosial program VCT. Berdasarkan Pedoman pelayanan Konseling dan testing HIV-AIDS Secara Sukarela VCT Departemen Kesehatan 2006, Sarana prasarana VCT terdiri dari 1. Papan nama petunjuk, 2. Ruang tunggu yang tersedia materi KIE 160 : Poster, leaflet, brosur yang berisi bahan pengetahuan tentang HIVAIDS, Infeksi Menular Seksual IMS, Keluarga Berencana KB, Ante Natal Care ANC, Tuberkulosis TB, hepatitis, penyalahgunaan Napza, perilaku sehat, nutrisi, pencegahan penularan, dan seks yang aman, Informasi prosedur konseling dan testing, Kotak saran, Tempat sampah, tissu,dan persediaan air minum, Bila mungkin sediakan televisi, video, dan mainan anak, Buku catatan resepsionis untuk perjanjian klien, kalau mungkin komputer untuk mencatat data, Meja dan kursi yang tersedia dan nyaman, Kalendar. Sesudah jam layanan selesai, ruang ini dapat dipakai untuk dinamika kelompok, diskusi, proses edukasi, pertemuan para konselor, dan pertemuan pengelola layanan konseling dan jejaringnya. Standar ruang konseling juga harus nyaman, terjaga kerahasiaanya, dan terpisah dari ruang tunggu dan ruang pengambilan darah. Ruang konseling dilengkapi dengan tempat duduk bagi klien maupun konselor, buku catatan perjanjian klien dan catatan harian, formulir informed consent, catatan medis klien, formulir pra dan pasca testing, buku rujukan, formulir rujukan, kalender, dan alat tulis, kondom dan alat peraga penis, jika mungkin alat peraga alat reproduksi perempuan. Alat peragaan lainnya misalnya gambar berbagai penyakit oportunistik, dan alat peraga menyuntik yang aman, Buku resep gizi seimbang, Tisu, Air minum, Kartu rujukan, Lemari arsip atau lemari dokumen yang dapat dikunci, ruang konseling hendaknya cukup luas untuk 2 atau 3 orang, dengan penerangan yang cukup untuk membaca dan menulis, ventilasi lancar, dan suhu yang nyaman untuk kebanyakan orang Ruang pengambilan darah harus dekat dengan ruang konseling, jadi dapat terpisah dari ruang laboratorium. Peralatan yang harus ada dalam ruang 161 pengambilan darah adalah Jarum dan semprit steril, tabung dan botol tempat penyimpan darah, stiker kode, kapas alkohol, cairan desinfektan, sarung tangan karet, apron plastik, sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir, tempat sampah barang terinfeksi, barang tidak terinfeksi, dan barang tajam sesuai petunjuk Kewaspadaan Universal Departemen Kesehatan, Petunjuk pajanan okupasional dan alur permintaan pertolongan pasca pajanan okupasional. Ruang petugas kesehatan dan petugas non kesehatan, yang berisi meja dan kursi, tempat pemeriksaan fisik, stetoskop dan tensimeter, kondom dan alat peraga penggunaannya, Komunikasi Informasi dan Edukasi KIE HIVAIDS dan infeksi oportunistik, Blanko resep, Alat timbangan badan, ruang laboratorium. Di dalam sarana kesehatan atau sarana kesehatan lainnya, laboratorium letaknya ada di bagian Patologi Klinik atau di pelayanan VCT sendiri. Materi yang harus tersedia dalam laboratorium adalah reagen untuk testing dan peralatannya, sarung tangan karet, jas laboratorium, lemari pendingin, alat sentrifusi, ruang penyimpanan testing-kit , barang habis pakai, buku-buku register stok barang habis pakai, penerimaan sampel, hasil testing, penyimpanan sampel, kecelakaan okupasional atau komputer pencatat, cap tanda Positif atau Negatif, cairan desinfektan, pedoman testing HIV, pedoman pajanan okupasional, lemari untuk menyimpan arsip yang dapat dikunci. Setelah membandingkan hasil observasi dengan standar, ternyata, Puskesmas memang memiliki sarana yang lengkap untuk Tes VCT, namun ada beberapa yang dirasa masih kurang, pertama KIE yang hanya sedikit dan masih stok lama, tidak ada buku resep seimbang di ruang konseling, tidak ada jas lab di 162 ruangan laboratorium. Dengan demikian, secara sarana, Puskesmas Ciputat memenuhi kualifikasi tempat VCT yang nyaman. Untuk strategi Promotion, Puskesmas menggunakan media leaflet, Buku Komunikasi Informasi dan Edukasi KIE Diary ODHA, Poster, brosur-brosur VCT, lembar balik layanan metadon puskesmas, spanduk di depan Puskesmas serta kartu nama pendamping ODHA LSM, penyediaan kondom. Untuk konten, dimulai dengan pengenalan penyakit, perilaku beresiko HIV-AIDS, resiko jangka panjang dan saran untuk tes VCT. Metode yang digunakan yaitu sosialisasi melalui Lokbul, posyandu, paguyuban penasun, mouth to mouth staf puskesmas, peresmian atau launching PTRM dan klinik VCT, pendekatan personal LSM, penyuluhan, Kelompok Dukungan Sebaya KDS Pelangi, mobile visit ke sopir- sopir angkutan umum dan kelompok risiko tinggi. Promotor yang terlibat adalah Tim VCT, bagian Promosi Kesehatan Puskesmas, LSM Kotek, BMG, Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, Dinas Sosial, Komisi Penanggulangan AIDS KPA, dan kader kesehatan. Saluran media yang dipakai yaitu jejaring sosial grup Facebook Kelompok Dukungan Sebaya KDS Pelangi, email, Contact Person pendamping ODHA. Namun, pada kenyataannya salah satu responden yang sudah pernah melakukan tes VCT mengatakan belum pernah mendapat sosialisasi dari kader kesehatan tentang VCT, hanya mengetahui ketika diberitahu bidan saat periksa kehamilan di layanan KIA. Kendala saat perencanaan bauran pemasaran, Kepala Puskesmas mengaku kendalanya hanya kemauan masyarakat untuk tes VCT, Kepala bidang Promkes mengalami kendala saat menentukan lokasi yang tepat untuk pemasangan media, misal spanduk, sedangkan LSM mengaku tidak ada, bahkan 163 bagian dari klien yang positif terkadang membuka pertemanan dengan teman mereka yang lain, atau berkomunikasi interpersonal dengan LSM untuk sekedar sharing. Dinas Kesehatan mengaku kendala utama kontrak waktu saat mobile visit serta ada wilayah yang tertutup terhadap kedatangan tim. Namun, dari semua strategi, pendapat klien atas layanan VCT Puskesmas yaitu cukup puas, menurut mereka layanan VCT cukup bagus, layanannya cepat, mereka memberi nilai delapan untuk kualitas layanan VCT. Berikut kutipannya,

6.10 Gambaran Perencanaan Pemantauan dan Evaluasi

Perencanaan pemantauan dan evaluasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai membuat perencanaan yang berisikan pengukuran yang bisa dipakai untuk memonitor dan mengevaluasi pemasaran sosial program VCT meliputi tujuan dan sasaran, rencana metode dan waktu monitoring dan evaluasi, dan indikator yang dipakai inputoutputoutcome impact. Perencanaan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Puskesmas Ciputat dapat dikelompokkan dalam tujuan, rencana metode dan waktu serta indikator yang dipakai untuk pemantauan dan evaluasi. Menurut Kementrian Kesehatan 2011 monitoring dan evaluasi adalah bagian integral dari pengembangan program, pemberian layanan, penggunaan optimal sediaan layanan dan jaminan kualitas. Monitoring dilakukan untuk tujuan supervisi yaitu untuk mengetahui apakah program pelayanan konseling dan tes HIV berjalan sebagaimana direncanakan, apa hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Evaluasi bertujuan untuk mengatahui apakah program VCT mencapai sasaran yang diharapkan. Evaluasi menekankan pada aspek output. Konsekuensinya, evaluasi baru dapat dilakukan jika program 164 VCT sudah berjalan dalam satu periode, sesuai dengan tahapan sasaran yang dirancang, misalnya dalam satu tahun jika memang programnya dirancang dalam satu tahun. Selain itu, untuk kepentingan VCT maka evaluasi dapat dilakukan evaluasi internal ataupun eksternal. Kementrian kesehatan mengembangkan instrumen pelayanan VCT. Aspek yang dimonitor dan dievaluasi oleh tim Monitoring and Evaluation Officer SSR Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan jika disesuaikan dengan standar Kementrian Kesehatan 2006 adalah sebagai berikut: a. Kebijakan, tujuan, dan sasaran Dinas Kesehatan juga menilai kebijakan, tujuan dan sasaran program VCT. b. Sumber daya manusia Aspek yang dinilai yaitu jumlah tenaga yang aktif, jumlah tenaga yang dilatih. c. Sarana, prasana, dan peralatan Aspek yang dinilai Dinas Kesehatan yaitu persediaan reagen dan kondom ARV d. Standar minimal pelayanan VCT Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menggunakan buku SOP Klinik IMS dan VCT dari Dinas Kesehatan, UNAIDS dan LSM Family Health Indonesia FHI tahun 2007. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan menilai cakupan pelayanan e. Prosedur Pelayanan VCT Penilaian dilihat sesuai buku register VCT.

Dokumen yang terkait

Karakteristik dan Cara Penularan Penderita HIV/AIDS yang Memanfaatkan Klinik Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008

5 76 72

Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Niat Ibu Hamil Untuk memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) Di wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014

5 30 193

HEALTH LITERACY KLIEN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG TAHUN 2014.

0 5 10

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA.

0 1 8

Keinginan Melakukan Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pada Wanita Menikah Di Jatinangor.

1 2 9

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN AIDS DENGAN MINAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SOSROMENDURAN KOTA YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 10

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIV/AIDS PADA PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KABUPATEN KENDAL - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 1 17