Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

105 mengetahui manfaatnya dan merasa bahwa dirinya beresiko baik karena salah satu keluarga atau teman positif HIV-AIDS. “Ketika masyarakat tahu manfaatnya, merasa bahwa dirinya berisiko, maka mereka akan memanfaatkan layana n VCT” F-RS-2 “Mau jika dari temen, keluarga atau yang dia kenal ada yang positif, tapi hingga saat ini kan untuk mengetahui status HIV itu kan suatu kerahasiaan, tapi kan HIV bisa dilihat dari tanda-tandanya ” A-RS-3 Ada beberapa faktor perubahan perilaku diantaranya persepsi terhadap hambatan, manfaat, perilaku yang ditargetkan kompetitor program, serta pengaruh orang penting lain. faktor pertama adalah persepsi terhadap hambatan, beberapa informan mengatakan hambatan utama enggan untuk memanfaatkan layanan VCT adalah malu karena stigma masyarakat yang tabu, ketidaksiapan untuk VCT, takut kerahasiaan terganggu, tidak ada dukungan keluarga. “Malu, terkadang pasien yang berisiko belum siap untuk VCT” D-RS-1 “Bagi masyarakat umum, hambatannya, hal seperti VCT itu masih awam kali ya, kalau bagi yang berisiko, mereka takut kalau hasilnya positif ” F- RS-2. “Saya kurang begitu tahu, mungkin ke pemegang program” A-RS-3 “Ya mungkin mereka ada rasa takut, kerahasiaan mereka takut orang lain tahu, ada juga hambatan dari keluarga, ada beberapa yang kita dampingi, keluarga nggak mau terlibat, ada juga yang peduli banget, kita banyak yang asli tangsel, yang pendatang malah sedikit mbak ”, C-RS-4 106 Sedangkan pendapat masyarakat mewakili klien VCT, alasan melakukan VCT karena untuk alasan pencegahan, sedangkan persepsi hambatan VCT bagi informan tidak ada karena VCT merupakan layanan gratis. Berikut kutipannya, “Pengen tau aja, , buat mencegah, saya disuruh, semua yang hamil disuruh, wajib, takut anaknya ketularan juga jadi diobatin lebih dini. Hambatan nggak ada sih, gratis juga, tapi ada yang bayar, yang bukan warga Tangsel” S-RS-6. Sedangkan informan masyarakat mewakili klien yang belum melakukan VCT mengatakan bahwa akan tes VCT jika sudah memahami HIV-AIDS, manfaat VCT dan merasa beresiko HIV-AIDS, hambatannya sekarang banyak masyarakat yang belum begitu mengetahui manfaat VCT. Berikut kutipannya, “Yah, mungkin kalau saya sudah begitu paham tentang HIV dan kalau dalam hidup saya berisiko Hiv ya saya akan lakukan tes, banyak masyarakat yang nggak tes VCT karena belum tahu aja” H-RS-7. Sedangkan identifikasi yang dilakukan terhadap persepsi manfaat klien dalam melakukan pemeriksaan VCT dilakukan saat memberikan inform consent atau pernyataan persetujuan pada klien. LSM mengatakan VCT juga bermanfaat untuk penguatan kelompok. Berikut kutipannya, “Inform consent, ada manfaatnya” D-RS-1. “Pasti ada, untuk lihat status HIV, kita kan tujuannya supaya bermanfaat bagi ma syarakat” F-RS-2 107 “Mereka tahu itu bermanfaat banget, sekarang juga banyak yang sadar akan manfaat VCT, terkadang mereka ada pelatihan untuk penguatan kelompok, jadi mereka lebih seneng dan lebih tahu ” C-RS-4. Sedangkan persepsi klien VCT yang sudah pernah mendapatkan layanan terhadap manfaat VCT yaitu masyarakat jadi lebih mengetahui positif dan negatif layanan VCT. Masyarakat yang belum memanfaatkan layanan VCT berpandangan manfaat layanan VCT yaitu menambah keyakinan diri. “Bagus sih, jadinya tau positif atau negatifnya” S-RS-6 “Kalau VCT itu kan untuk menambah keyakinan supaya yakin bahwa dia nggak kena virus apa- apa” H-RS-7 Faktor ketiga yang mempengaruhi perubahan perilaku yaitu dampak perilaku program kompetitor. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, beberapa pengaruh perilaku yang diharapkan kompetitor program VCT yaitu 1 Program Kesehatan Ibu dan Anak KIA yang lebih mentargetkan menjaring ibu hamil untuk memanfaatkan layanan KIA, bukan VCT. Namun, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengatakan ada beberapa program sangat mendukung program VCT yaitu Provider Initiated Test and Counselling PITC yang mentargetkan petugas layanan kesehatan menginisiasi tes HIV kepada pasien, Program Terapi Rumatan Metadone PTRM yang mendukung VCT untuk pengguna narkoba suntik, Layanan Infeksi Menular Seksual IMS yang mendukung untuk tes VCT dan Prevention Mother To Child Transmission PMTCT yang mendukung tes VCT untuk pencegahan HIV pada ibu hamil dan anak. Klien yang belum pernah VCT mengatakan ada program Kampanye Aku bangga Aku Tahu 108 ABAT dari Kementrian Kesehatan yang juga fokus ke pencegahan HIV- AIDS, namun bagi remaja. Berikut kutipannya, “KIA menjaring ibu hamil, lebih banyak KIA dari pada ke VCT” D-RS-1. “Program mendukung VCT itu seperti PTRM, IMS, PMTCT, PITC. Semua mendukung VCT karena satu frame untuk program penanggulangan HIV- AIDS,, bahkan awalnya VCT di Puskesmas Ciputat itu dari pasien PTRM metadon” P-RS-5 “Mungkin ada, USG gitu kali” S-RS-6 “Kalau saya lihat ada di plang-plang itu, kayak program kemenkes itu ada program Aku Bangga Aku tahu, mereka juga ngasih tau tentang VCT itu juga sudah bagus” H-RS-7. Faktor pendukung perubahan perilaku yang terakhir yaitu pengaruh orang lain yang dianggap penting. Menurut Penanggungjawab program VCT, Puskesmas belum secara gamblang kerjasama dengan tokoh agama ataupun KUA, hanya kerjasama denagn puskesmas lain mengingat tidak semua puskesmas memiliki layanan VCT. Kepala Bagian Promosi Kesehatan berpendapat, ada pengaruh orang penting seperti Kepala Puskesmas, dokter, tokoh masyarakat, keluarga. LSM mengaku melibatkan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, tokoh masyarakat seperti dari Kelurahan, Kecamatan, dan ulama’ bahkan pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU telah meluncurkan buku panduan penanggulangan AIDS perspektif Nahdlatul Ulama’ dan Kutbah Jum’at Jihad Melawan AIDS. Berikut kutipannya, “Ngga mengkhususkan orang, kita belum ada kerjasama sama 109 tokoh agama, KUA belum ada kerjasama lintas sektor hanya sama puskesmas lain ” D-RS-1 “Ada, kapuskes, dokter, tokoh masyarakat, keluarga” F-RS-2 “Ada, sampai saat ni belum kita denger tuh di masyaakat ada persatuan apa. Belum ada” A-RS-3. “Terkadang ada, melibatkan dinas sosial, dinas kesehatan, kita biasaynya tokoh masyarakatnya orang kelurahan, kecamatan , kalau untuk tokoh masyarakat, kita juga uda coba sosialisasi ke ulama’ kita juga sampaikan kalau tangsel ini termasuk zona merah, PBNU juga baru meluncurkan buku panduan penanggulangan AIDS perspektif Nahdlatul Ulama’ C-RS-4 Klien yang sudah pernah tes VCT mengatakan, ada pengaruh orang penting dalam VCT, seperti Puskesmas, Keluarga, berikut kutipannya. “Ada, puskesmas, keluarga” S-RS-6 “Kalau gitu sebenernya nggak ada sih kalau orang satu, kalau istrinya ibunya faham, anaknya mah nggak usah disuruh, ya keluarga dekatnya lah, kalau guru itu mau penyuluhan berapa kali juga, nggak mempan, kalau dokter sih mungkin kalau dokternya bi sa jadi panutan” H-RS-7. Secara keseluruhan, Puskesmas mengaku tidak ada kendala dalam hal ini. Namun, LSM mengaku kendala utama terkadang klien yang sudah tes VCT banyak yang tetap melakukan perilaku berisiko HIV. Misalnya tidak memakai kondom karena pelanggan berkurang ketika memakai kondom. Berikut kutipannya, “Kendalanya kalau perubahan perilaku kadang kita bingung tuh, uda tahu berisiko, tapi mereka tetap ngelakuin juga, dari yang di VCT dan yang didampingi, mereka memakai kondom, 110 kalau WPS kadang mengeluh, kalau kita pakai kondom kita nggak dapat pelanggan, alhamdulillah dari 10 yang berisiko, hanya satu yang positif biasanya ” C-RS-4

5.9 Gambaran Pernyataan Positioning

Dalam perencanaan positioning statement atau pernyataan positioning Puskesmas mengaku belum melakukan perencanaan sehingga cenderung tidak ada kendala. Yang mereka lakukan hanya menjadikan program VCT termasuk program pokok yang unggulan. Puskesmas hanya menyampaikan harapan tentang pandangan masyarakat terhadap layanan VCT. “Kita belum ada positioning statement. Tapi program VCT ini termasuk program unggulan” D-RS-1 “Masyarakat bisa tahu HIV dari VCT” F-RS-2 “Kita inginnya masyarakat bisa mengenal, dan nggak tabu lagi lah, VCT itu sudah lumrah dilakukan oleh masyarakat umum” A-RS-1, “Mereka sih berpandangan positif bahkan banyak mengakui kalau manfaatnya itu ada. Gitu ” C-RS-4

5.10 Gambaran Bauran Pemasaran Marketing Mix

Dalam bauran pemasaran sosial, seharusnya ada empat strategi yang direncanakan, yaitu strategi produk, harga, tempat dan promosi. Peneliti melakukan telaah dokumen dan wawancara mendalam terhadap para informan untuk melihat bauran pemasaran produk. Puskesmas telah melakukan perencanaan bauran pemasaran berupa strategi produk, harga, tempat dan promosi namun tidak begitu detail. 111 Pertama, strategi produk yaitu core product produk utama atau manfaat Actual product tindakan atau perilaku dan augmented product barang dan layanan. Hasil telaah dokumen menyebutkan, VCT bermanfaat untuk 1 Perencanaan dan promosi perubahan perilaku, 2 Pelayanan pencegahan infeksi HIV dari ibu ke anak, 3 Memfasilitasi akses pelayanan medis infeksi oportunistik, IMS, ARV dan TB, 4 Memfasilitasi kegiatan sebaya dan dukungan, 5 Normalisasi HIV-AIDS dan mengurangi stigma, 6 Perencanaan dan perawatan untuk masa depan, 7 Menerima keadaan terinfeksi HIV dan penyelesaiannya Dinkes Banten: 2006. Menurut Penanggungjawab program, manfaat produk adalah untuk mengetahui status HIV secara lebih dini, sedangkan perilaku yang diharapkan adalah Tes dan Konseling HIV-AIDS. Barang nyata produknya yaitu Klinik VCT di Puskesmas, Klinik VCT keliling atau Mobile VCT, Alat untuk tes HIV yang mendapat support dari dinkes Tangerang Selatan. “Manfaatnya, untuk mengetahui status HIV secara lebih dini, perilaku yang diharapkan yaitu Tes dan Konseling HIV-AIDS. Kalau barangnya, Klinik VCT di Puskesmas, Klinik VCT keliling atau Mobile VCT, Alat untuk tes HIV yang mendapat support dari dinkes Tangerang Selatan” D-RS-1. Strategi Price meliputi harga, waktu, atau pengorbanan baik psikologis maupun fisik yang harus diberikan klien dalam pemanfaatan program VCT. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, Puskesmas Ciputat menetapkan free charge atau mengratiskan harga tes VCT untuk warga yang memiliki KTP Tangerang Selatan, sedangkan untuk non-tangsel dikenakan biaya sesuai Perda. Strategi untuk pengorbanan waktu, selain

Dokumen yang terkait

Karakteristik dan Cara Penularan Penderita HIV/AIDS yang Memanfaatkan Klinik Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008

5 76 72

Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Niat Ibu Hamil Untuk memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) Di wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014

5 30 193

HEALTH LITERACY KLIEN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG TAHUN 2014.

0 5 10

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA.

0 1 8

Keinginan Melakukan Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pada Wanita Menikah Di Jatinangor.

1 2 9

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN AIDS DENGAN MINAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SOSROMENDURAN KOTA YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 10

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIV/AIDS PADA PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KABUPATEN KENDAL - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 1 17