Gambaran Perencanaan Pemantauan dan Evaluasi
119
yang aktif, jumlah tenaga yang dilatih, persediaan reagen dan kondom ARV, Bahan KIE, Buku Pedoman, Pelayanan, Buku register pelayanan, Cakupan
pelayanan, kesimpulan dan pokok masalahhambatan, lebih jelasnya sebagaimana terlampir dalam lampiran supervisi. Waktu evaluasi yaitu satu
bulan sekali di internal Puskesmas dan di Kelurahan saat lokbul dan lokmin, serta ada monitoring dan evaluasi bersama Dinas Kesehatan dan seluruh
Puskesmas setiap tiga bulan sekali. Berikut kutipan wawancara, “Laporan ada standar laporan, pakai software by internet. Rencana monev
biasanya bareng lokbul, lokmin. Sebulan sekali, akhir bulan biasanya, kemarin 30 mei, tergantung program yang presentasi” D-RS-1.
“Akhir bulan biasanya, evaluasi program, evaluasi rekam medik” F-RS-2 “Kita bikin Plan of Action POA bulanan ya, evaluasi target, kalau
perencanaan kita nggak bikin satu buku khusus, karena terkendala dana jadi kita gabung program yang lain” A-RS-3,
“Kita ada monev setiap tiga bulan sekali, kita undang Puskesmas se- Tangerang Selatan” P-RS-5
Tujuan monitoring dan evaluasi yaitu untuk melihat capaian program penanggulangan HIV-AIDS secara keseluruhan, untuk melihat perkembangan
atau kemajuan layanan VCT dan memantau jumlah klien positif HIV. Sasaran monitoring
dan evaluasi adalah layanan klinik komprehensif. Penanggulangan HIV-AIDS yang meliputi IMS, VCT, PICT, PTRM. Berikut kutipannya,
“Ada, untuk melihat kemajuan atau berjalan ngga VCTnya, ada ngga yang positif” D-RS-1.
120
“Untuk moitoring dan evaluasi, kita adakan pertemuan tiga bulanan HIV- AIDS untuk evaluasi peningkatan capaian layanan penanggulangan HIV-
AIDS, mulai dari IMS, VCT, PICT, PTRM, sampai distribusi kondom”P-RS- 5.
Indikator yang dipakai adalah indikator output sesuai dengan standar tiga bulanan Global Fund untuk Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Hasil telaah
dokumen GF-AIDS SSR Dinkes Tangerang Selatan menunjukkan indikator output untuk layanan VCT di Kota Tangerang Selatan periode Januari sampai
dengan Maret 2014 yaitu sebanyak 336 orang kelompok resiko tinggi resti mendapatkan tes VCT HIV dan mengambil hasil. Sedangkan untuk indikator
tiap puskesmas, Dinas Kesehatan tidak mentargetkan jumlah tertentu. Puskesmas Ciputat mengakui, tidak ada indikator khusus tiap puskesmas,
namun pihaknya hanya memiliki target kasar sebanyak 50 orang mendapat layanan VCT tiap bulan. Selain indikator output, puskesmas memiliki
indikator input yaitu laporan selesai tepat waktu, keterlibatan tim dan evaluasi kendala. Berikut kutipannya,
“Indikator input, misal, laporan selesai ngga, target tercapai ngga, tepat waktu nggak, kendalamasalah apa yang ada, tim yang terlibat. Indikator
output, berapa orang yang VCT, kita tidak punya standar khusus dari dinas, hanya target kasar 50 orang yang VCT sebulannya” D-RS-1.
“Indikator output ya, lihat jumlah yang memakai layanan dan jumlah yang positif” F-RS-2
Sedangkan menurut Kepala Puskesmas, indikator yang dipakai yaitu indikator input meliputi jumlah SDM yang terlibat, kuantitas dan kualitas
121
sarana prasarana, peningkatankapasitas konselor, belum sampai pada indikator output kepuasan klien terhadap layanan dan konselor. Berikut kutipannya,
“SDM, sarpras, peningkatan kapasitas konselor, tapi nggak sampai ke aspek kepuasan klien terhadap layanan dan konselor, kita sampai input saja” D-
RS-1 LSM mengatakan, untuk indikator monitoring dan evaluasi, pihaknya
memakai indikator outcome, berapa banyak kelompok beresiko yang didampingi, akses terhadap obat, kepatuhan meminum obat, serta efektivitas
obat yang diminum. Berikut kutipannya, “Kalau monev, kita emang untuk pendampingan yang sudah positif, jadi kita
pantau lewat akses pengobatannya, ke outcomenya, mereka patuh ngga, mereka uda akses obat apa aja sih , efektif nggak” C-RS-4,
Jika mengacu pada laporan bulanan Puskesmas Ciputat tahun 2014, disitu tertera indikator output seperti jumlah orang yang ditawarkan tes HIV,
jumlah orang yang tes HIV, jumlah yang menerima hasil, jumlah orang yang HIV positif, jumlah orang yang dirujuk konseling lanjutan, jumlah ibu hamil
yang ditawarkan tes HIV, julmlah ibu hamil yang di tes HIV, yang positif yang dirujuk ke PDP dan PPIA, jumlah kondom yang diberikan ke klien,
jumlah orang HIV yang dirujuk ke petugas pendukung LSM, manajer kasus, kader, jumlah orang HIV yang dirujuk oleh petugas pendukung, jumlah
pasangan ibu hamil positif yang mendapat konseling dan tes HIV, jumlah orang HIV positif diskrining gejala TB dan lainnya.
Kendala dalam monitoring evaluasi yaitu ada klien yang tidak patuh minum obat atau putus di tengah jalan.
122
“Kendalanya kadang mereka ngga patuh minum obat, kadang juga putus ngga patuh gitu” C-RS-4