Gambaran Perencanaan Latar Belakang, Tujuan dan Fokus Program
79
latar belakang program dalam slide presentasi HIV dan VCT. Peneliti tidak menemukan dokumen proposal pemasaran sosial program VCT.
Berikut kutipannya, “Latar belakang, fokus dan tujuan dibahas saat forum bersama di Dinkes
yang diundang seluruh Puskesmas, ada LSM juga. Kalau dokumennya kita nggak punya. Hanya ada slide presentasi HIV dan VCT” P-RS-5
Dalam penelitian ini, perencanaan latar belakang, tujuan dan fokus
program didefinisikan sebagai identifikasi sponsor program, alasan
penyelenggaraan, masalah sosial epidemiologiisu khusus, tujuan dan fokus program VCT. Pertama yaitu latar belakang, yang meliputi sponsor
program, alasan penyelenggaraan, masalah sosial epidemiologiisu
khusus. Kedua yaitu perencanaan tujuan program dan ketiga yaitu fokus program.
Untuk menggambarkan latar belakang program, peneliti hanya menemukan data kasus HIV di Kota Tangerang Selatan di dalam slide
presentasi untuk sosialisasi HIV-AIDS dan program terapi Rumatan Metadon PTRM, serta ketentuan konseling dan tes HIV atau VCT.
Pertama yaitu sponsor program. Sebenarnya, Dinas Kesehatan sudah menyebutkan lembaga donor yang menjadi sponsor program VCT dalam
Laporan Bulanan Program Pengendalian Penyakit HIV-AIDS Kota Tangerang Selatan Proyek GF ATM Komponen AIDS Bulan Januari
sampai dengan Maret 2014. Sponsor yang disebutkan hanya yang memberikan dukungan dana. Sponsor utama program yaitu Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan melalui dana Bantuan Opersional
80
Kesehatan BOK APBD Kota Tangerang Selatan dan Lembaga donor GFATM komponen AIDS GFAIDS HIV Cooperation Program for
Indonesia HCPI melalui 3 paket ronde 1 pada periode 2003-2007, ronde
4 untuk periode 2005-2011, ronde 8 serta ronde Single Stream of Funding SSF yang sedang berjalan.
Aspek kedua yang disusun dalam latar belakang yaitu alasan penyelenggaraan program. Secara umum, Program Voluntary Counselling
and Testing VCT diselenggarakan di Puskesmas Ciputat pada tahun
2012 sebagai kelanjutan dari klinik metadon PTRM tahun 2010. Program ini merupakan tindak lanjut Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1507MENKES SKX2005, 18 Oktober 2005 tentang Pedoman
Pelayanan Konseling dan Testing HIVAIDS Secara Sukarela Voluntary Counselling and Testing
. Sedangkan menurut Kepala Puskesmas sebagai informan kunci, program VCT ini berawal dari screening VCT pada
pasien program metadon, kemudian Puskesmas mengembangkan klinik VCT untuk kelompok beresiko, ibu hamil dan masyarakat umum setelah
mendapatkan pelatihan dari Kementrian Kesehatan. Berikut kutipannya, “Kalau program VCT itukan pertama kalinya berkaitan dengan program
metadon ya, dimana pengalihan atau substitusi dari para pengguna narkoba suntik ke obat steril metadon, yang mana dalam perjalanan kita
curigai ada risiko HIV sampai tingkatan menjadi AIDS, maka kita bikin program VCT untuk pasien metadon, kemudian berkembang, kita kirim
tenaga VCT untuk ikut pelatihan VCT dari Kemenkes, kemudian kita
81
melakukan program dari dan BOK, kita membuka klinik VCT, dari BOK kita bikin program screening HIV pada kelompok masyarakat, bisa ibu
hamil, komunitas supir angkot untuk mengetahui seberapa besar kasus HIV di wilayah kerja Puskesmas Ciputat ini sesuai dengan sasaran VCt
yaitu masyarakat umum. A-RS-3
Selain itu, klinik VCT Puskesmas Ciputat merupakan klinik VCT pertama di Kota Tangerang Selatan. Klinik ini dibentuk untuk percepatan
pencapaian indikator menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular langsung yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2010 –2014, yaitu terkendalinya prevalensi HIV pada
populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah 0,5 serta jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV
sebanyak 700.000 orang. Sedangkan untuk alasan penyelenggaraan pemasaran sosial yaitu
untuk meningkatkan minat masyarakat dalam pemanfaatan layanan VCT. Selain itu, untuk mengurangi stigma masyarakat terhadap Orang Dengan
HIV-AIDS maupun terhadap orang yang melakuakan tes VCT. Berikut kutipannya,
“Pemasaran sosial VCT dilakukan untuk meningkatkan minat masyarakat memanfaatkan layanan VCT dari tadinya hanya untuk pasien metadon,
kita arahkan ke kelompok beresiko, ibu hamil dan masyarakat umum. Untuk mengurangi stigma juga. Kita kerjasama dengan LSM
” D-RS-1 Aspek ketiga dalam perencanaan latar belakang yaitu identifikasi
masalah sosial yang melatarbelakangi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
82
Kota Tangerang Selatan 2013, program ini dilatarbelakangi oleh masalah belum tercapainya indikator capaian program. Capaian program VCT di
Tangerang Selatan pada juni 2013 hanya 28 atau 69 orang yang terdiri dari klien VCT Puskesmas Ciputat dan Pondok Aren. Angka ini sangat
rendah jika dibandingkan dengan indikator target pada bulan juni 2013 yaitu sebanyak 243 orang atau 100. Hasil evaluasi capaian pada
september 2013 naik menjadi 34 atau 99 orang dari target kumulatif 100 atau 289 orang. Dari sini dapat dilihat bahwa indikator pencapaian
100 yang ditargetkan belum tercapai. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran kelompok risiko tinggi risti akan bahaya penyakit IMS dan
HIV-AIDS serta rendahnya minat untuk VCT karena kurangnya dukungan promosi layanan.
Latar belakang masalah sosial adanya klinik VCT menurut LSM Kotek yaitu karena setiap tahunnya terjadi peningkatan kasus HIV-AIDS.
Penularan masalah HIV di Ciputat yaitu dari pemakai narkoba, seks, dari suami ke istri, dan anak, sekitar 300 lebih kelompok beresiko di Tangsel
yang sudah dampingi LSM, mulai dari suami, istri, anak, LSL, Waria, Ciputat termasuk zona merah selain Pamulang, penderita HIV terbanyak
dari ibu rumah tangga, berikut kutipannya. “Kalau permasalahan yang terjadi, risiko HIV sekitar ciputat banyak
dari pemakai narkoba, seks, dari suami ke istri, terus ke anak, untuk anak tidak terlalu banyak tapi sudah ada dan tambah banyak, kalau sudah
infeksi lumayan banyak, lebih banyak dari suami ke istri sekitar 300 lebih kelompok beresiko yang sudah kita dampingi, itu campur dari suami,
83
istri, anak, LSL, Waria, untuk ciputat sendiri juga banyak, yang termasuk zona merah di ciputat dan pamulang, ciputat lebih banyak ibu rumah
tangga. Setiap tahun peninggkatannya ada, awal tahun 2010 sekitar 10- 20 sekarang sudah cukup banyak
C-RS-4. Selain itu, program ini berawal dari tingginya kelompok berisiko
di Tangerang Selatan. Estimasi tahun 2012 terdapat sekitar 11.741 Laki- laki Seks dengan Laki-Laki LSL, jumlah ODHA LSL 1.597, estimasi
Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung WPSTL 236 orang, ODHA WPSTL 17 orang, estimasi pelanggan WPSTL 2.334, ODHA Pelanggan
WPSTL 21 orang, estimasi Wanita Penjaja Seks Langsung WPSL 70 orang, ODHA WPSL 7 orang, estimasi pelanggan WPSL 1.196, ODHA
pelanggan WPSL 21 orang, estimasi waria 357 orang, ODHA Waria 43 orang, estimasi pelanggan waria 2.451 orang, ODHA pelanggan waria 49
orang, estimasi IDU 103 orang, ODHA Injecting Drug Use IDU 30 orang, ODHA Laki-laki Risiko Rendah 443 orang, ODHA Perempuan
Risiko Rendah 259 orang Dinkes Tangsel: 2012. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun
2009-2014 yaitu, Ciputat merupakan zona merah kasus HIV-AIDS dengan total kasus HIV-AIDS berjumlah 83 orang. Zona kuning atau tertinggi
kedua yaitu Kecamatan Pamulang berjumlah 55 orang, disusul dengan zona hijau atau tertinggi ketiga yaitu Pondok Aren berjumlah 47 orang.
Peta penyebaran kasus HIV-AIDS di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2009 sampai Mei 2014 dapat dilihat di gambar 5.1.
84
Masalah-masalah HIV-AIDS di Kota Tangerang Selatan yang dapat digunakan dalam justifikasi latar belakang program klinik VCT di
Puskesmas Tangerang Selatan di dapat dilihat dari data Grafik Kumulatif Kasus HIV-AIDS Tahun Diagnosa 2009 s.d Mei 2014, Grafik Penemuan
Kasus dan Kematian HIV-AIDS Tahun 2009 s.d Mei 2014, Persentase Kumulatif Kasus HIV-AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 s.d
Mei 2014, Persentase Kumulatif Kasus HIV-AIDS Berdasarkan Cara Penularan Tahun 2009 s.d Mei 2014, Persentase Kumulatif Kasus HIV-
AIDS Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2009 s.d Mei 2014, Persentase Kumulatif Kasus HIV-AIDS Berdasarkan Range Umur Tahun 2009 s.d
Mei 2014. Data ini dapat dilihat dalam lampiran 6. Masalah HIV-AIDS telah dinyatakan sebagai masalah kesehatan
masyarakat. Tingginya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok penyalahgunaan narkoba suntik dan wanita pekerja seks
memungkinkan terjadinya penyebaran infeksi HIV ke masyarakat umum. Keadaan ini tentunya tidak boleh dibiarkan, mengingat kebanyakan dari
mereka yang beresiko tertular HIV tidak tahu akan status HIV-nya, apakah sudah terinfeksi atau belum. Karena itu, penanganannya harus
berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah upaya deteksi dini untuk mengetahui akan status HIV seseorang melalui
Konseling dan Tes HIV Sukarela atau Voluntary Counselling and Testing Dinas Kesehatan Banten: 2006.
Sedangkan tujuan program menurut Dinas Kesehatan sesuai dengan tujuan program VCT Kementrian Kesehatan yaitu menyediakan
85
layanan tes VCT bagi masyarakat yang membutuhkan di Kota Tangerang Selatan agar dapat diperoleh dukungan psikologis, pemberian informasi,
dan pengetahuan HIV-AIDS sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, aman dan bertanggungjawab. Sedangkan fokus program
yaitu screening HIV-AIDS menggunakan dua pendekatan yaitu Konseling dan Tes HIV secara sukarela atau Voluntary Counselling and
Testing VCT dan Konseling Tes HIV atas inisiasi petugas Kesehatan
atau Provider Initiated Test and Counselling PITC. Penerapan bisa dilakukan di layanan IMS, PTRM, TB, antenatal care dimana tingkat
prevalensi HIV tinggi. Populasi yang menjadi fokus program adalah ibu hamil, komunitas supir angkot, salon-salon waria, kelompok metadon,
kelompok beresiko, dan masyarakat umum di Kota Tangerang Selatan khususnya daerah Ciputat dan sekitarnya, seperti Pamulang.
` Berikut kutipan wawancara dengan narasumber:
“Tujuannya sama dengan tujuan VCT Kementrian kesehatan ya, menyediakan layanan tes HIV bagi masyarakat yang membutuhkan di
Kota Tangerang Selatan agar dapat diperoleh dukungan psikologis, pemberian informasi, dan pengetahuan HIV-AIDS sehingga terjadi
perubahan perilaku
ke arah
yang lebih
sehat, aman
dan bertanggungjawab. Untuk fokus program, kita screening HIV-AIDS
dengan dua pendekatan yaitu Konseling dan Tes HIV secara sukarela atau Voluntary Counselling and Testing VCT oleh klien dan Konseling
Tes HIV atas inisiasi petugas Kesehatan atau Provider Initiated Test and
86
Counselling PITC. Penerapan bisa dilakukan di layanan IMS, PTRM, TB, antenatal care dimana tingkat prevalensi HIV tinggi.
P-RS-5 “Tujuannya agar banyak masyarakat yang melakukan tes VCT untuk lihat
status HIVnya. Fokusnya untuk masyarakat umum D-RS-1.
Sedangkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan LSM menunjukkan bahwa tujuan program VCT adalah untuk penanggulangan
HIV-AIDS, berikut kutipannya, “Tujuan utama untuk penganggulangan HIV dan AIDS, dimana kalau
kasusnya bisa ditemukan, maka harus ada pengobatan, kalau sembuh kan susah, kalau pengobatan atau rujukan bisa, kita rujuk ke RS Fatmawati.
Kita ke semua kelompok masyarakat, Yang di fokuskan biasanya ibu hamil, komunitas supir angkot, salon-salon waria, kelompok metadon,
kelompok-kelompok lokalisasi, tempat khusus sih nggak ada, tapi itu ada tempat warung remang-remang, untuk informasi biasanya dari para
penjangkau itu tadi”. A-RS-3 “Untuk program, tujuannya ya untuk penanggulangan HIV-AIDSnya ya,
terutama ya di ibu hamil gitu kan ” untuk fokusnya di Tangsel, pemakai
narkoba kan banyak, hubungan seks dari suami ke istri juga banyak gitu kan, lebih diutamakan di Puskesmas Ciputat, karena VCT berawal dari
Ciputat, PTRM awalnya waktu itu, buka setiap hari untuk pasien narkoba ya.,
C-RS-4 Sedangkan responden dari Kepala Promosi Kesehatan Puskesmas
Ciputat mengatakan tidak terlibat dalam penentuan tujuan.
87
“Saya mah nggak tahu tujuan, latar belakang gitu-gitu, kalau itu tanya langsung sama penanggungjawab programnya, saya cuma bantu
sosialisasi ” F-RS-2
Sedangkan kendala dalam perencanaan latar belakang, fokus dan tujuan program VCT menurut para informan yaitu penanggungjawab
program VCT Puskesmas Ciputat tidak mengetahui detail latar belakang, tujuan dan fokus program karena tidak dilibatkan dalam proses
perencanaan, hanya dilibatkan sebagai eksekutor program. Sedangkan kendala menurut Kepala Puskesmas yaitu mengkoordinir pemeriksaan
VCT ketika di lapangan yang terkadang membutuhkan biaya lebih untuk meyakinkan tokoh kuncinya yaitu mucikari, kendala menurut LSM yaitu
diskriminasi saat pelaksanaan dan meyakinkan klien beresiko untuk VCT. Berikut kutipan wawancara dengan informan,
“Saya mah, nggak ngerti kendalanya pas perencanaan latar belakang, yang penting melaksanakan program saja”. D-RS-1
“Kendalanya nggak ada ya, karena saya tidak dilibatkan” F-RS-2 “Kendalanya paling susah jika kita punya tempat tujuan, lokasi,
susahnya mengumpulkan sasaran tersebut, nah misal di tegal rotan, kan banyak penularan dari perilaku seks ya, kita susah mengkoordinir untuk
pemeriksaan, itupun lewat ‘germo-germo’ lah atau apa istilahnya ‘cetek’,
yang terkadang juga membutuhkan biaya, pada intinya susah mengumpulkan
” A-RS-3
88
“Diskriminasi, banyak orang awam yang nggak mau, padahal risiko udah ada, biasanya dari mereka tahu VCT sampai yakin mau VCT sekitar
2 minggu” C-RS-4