SKALA PERKOTAAN SKALA PERKOTAAN SKALA PERKOTAAN

Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Berbasis Masyarakat 11 3 Daur ulang sampah B3 Rumah tangga terutama batu baterai dan lampu neon bekas dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku PP 181999 tentang pengelolaan sampah B3. 4 Daur ulang kemasan plastik air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan dan lain- lain sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain. d. Pembuatan Kompos 1 Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur terseleksi dan daun potongan tanaman. 2 Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai caraantara lain dengan open windrow dan caspary. 3 Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter warna, CN rasio, kadar NPK dan logam berat. Dalam pengecekan analisa kualitas produk kompos, bisa bekerja sama dengan laboratorium tanah yang ada di universitas atau milik instansi pemerintah setempat. 4 Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan dinas Kebersihan, Pertamanan, Pertaniandan lain-lain. Gambar 2.2 Pengomposan Sistem Open Windrow Gambar 2.3 Pengomposan Sistem Caspary

2.2.3 SKALA PERKOTAAN

Teknis operasional pengelolaan sampah skala perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pemrosesan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukannya sejak dari sumber. Kegiatan pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber sampah, dan untuk kegiatan pemilahan dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan. Faktor- faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah skala perkotaan, yaitu : 1. Kepadatan dan penyebaran penduduk 2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi 3. Timbulan dan karakteristik sampah 4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat 5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pemrosesan akhir TPA sampah 6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Berbasis Masyarakat 11 3 Daur ulang sampah B3 Rumah tangga terutama batu baterai dan lampu neon bekas dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku PP 181999 tentang pengelolaan sampah B3. 4 Daur ulang kemasan plastik air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan dan lain- lain sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain. d. Pembuatan Kompos 1 Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur terseleksi dan daun potongan tanaman. 2 Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai caraantara lain dengan open windrow dan caspary. 3 Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter warna, CN rasio, kadar NPK dan logam berat. Dalam pengecekan analisa kualitas produk kompos, bisa bekerja sama dengan laboratorium tanah yang ada di universitas atau milik instansi pemerintah setempat. 4 Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan dinas Kebersihan, Pertamanan, Pertaniandan lain-lain. Gambar 2.2 Pengomposan Sistem Open Windrow Gambar 2.3 Pengomposan Sistem Caspary

2.2.3 SKALA PERKOTAAN

Teknis operasional pengelolaan sampah skala perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pemrosesan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukannya sejak dari sumber. Kegiatan pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber sampah, dan untuk kegiatan pemilahan dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan. Faktor- faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah skala perkotaan, yaitu : 1. Kepadatan dan penyebaran penduduk 2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi 3. Timbulan dan karakteristik sampah 4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat 5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pemrosesan akhir TPA sampah 6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Berbasis Masyarakat 11 3 Daur ulang sampah B3 Rumah tangga terutama batu baterai dan lampu neon bekas dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku PP 181999 tentang pengelolaan sampah B3. 4 Daur ulang kemasan plastik air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan dan lain- lain sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain. d. Pembuatan Kompos 1 Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur terseleksi dan daun potongan tanaman. 2 Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai caraantara lain dengan open windrow dan caspary. 3 Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter warna, CN rasio, kadar NPK dan logam berat. Dalam pengecekan analisa kualitas produk kompos, bisa bekerja sama dengan laboratorium tanah yang ada di universitas atau milik instansi pemerintah setempat. 4 Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan dinas Kebersihan, Pertamanan, Pertaniandan lain-lain. Gambar 2.2 Pengomposan Sistem Open Windrow Gambar 2.3 Pengomposan Sistem Caspary

2.2.3 SKALA PERKOTAAN

Teknis operasional pengelolaan sampah skala perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pemrosesan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukannya sejak dari sumber. Kegiatan pemilahan dan daur ulang diutamakan di sumber sampah, dan untuk kegiatan pemilahan dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan. Faktor- faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah skala perkotaan, yaitu : 1. Kepadatan dan penyebaran penduduk 2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi 3. Timbulan dan karakteristik sampah 4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat 5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pemrosesan akhir TPA sampah 6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota Tata Cara Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Berbasis Masyarakat 12 7. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah 8. Biaya yang tersedia 9. Peraturan daerah setempat Tingkat pelayanan didasarkan jumlah penduduk yang terlayani dan luas daerah yang terlayani dan jumlah smapah yang terangkut ke TPA. Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut: 1. Pelayanan intensif antara lain untuk jalan protokol, pusat kota, dan daerah komersil 2. Pelayanan menengah antara lain untuk kawasan permukiman teratur 3. Pelayanan rendah antara lain untuk daerah pinggiran kota Faktor penentu operasional pelayanan adalah sebagai berikut : 1. Tipe kota 2. Sampah terangkut dan lingkungan 3. Frekuensi pelayanan 4. Jenis dan jumlah peralatan 5. Peran aktif masyarakat 6. Retribusi 7. Timbulan sampah

2.3 PEMBIAYAAN

Pembiayaan yang diperlukan dalam penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R berbasis masyarakat, meliputi: 1. Kebutuhan biaya investasi prasarana dan sarana dilakukan dengan mekanisme pembiayaan Bantuan Dana Sosial yang bersumber dari Dana APBN dengan pola pengelolaan langsung oleh masyarakat melalui lembaga keswadayaan masyarakat. 2. Kebutuhan biaya operasi pengumpulan sampah dari sumber serta operasional penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R berbasis masyarakat dan pemeliharaan prasarana sarananya melalui iuran warga yang besarnya dimusyawarahkan. 3. Insentif yang didapat berupa hasil penjualan material daur ulang dan produk kompos serta penjualan bibit tanaman yang dapat digunakan untuk kepentingan sosial warga atau untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Mulai tahun 2014 penyelenggaraan TPS 3R Berbasis Masyarakat mengunakan mekanisme pendanaan Bantuan Sosial. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Lembaga, maka pengelolaan dan penyaluran dana Bantuan Sosial Sanitasi Berbasis Masyarakat mengikuti ketentuan dan mekanisme PMK No. 812012. Pola yang dimaksud adalah dengan memanfaatkan jenis belanja bantuan sosial yang didefinisikan sebagai bantuan melalui transfer uang, barang atau jasa yang diberikan langsung kepada masyarakat, melalui Kelompok Swadaya Masyarakat KSM, guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.