BAHAN-BAHAN YANG DAPAT DIKOMPOSKAN Penumpukan Bahan Kompos 1. PENGOLAHAN SAMPAH PROSES ANAEROBIK

Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 16

5.2 BAHAN-BAHAN YANG DAPAT DIKOMPOSKAN

Tidak semua sampah dapat dikomposkan, hanya sampah organik yang bersumber dari tanaman atau hewan yang dapat dikomposkan tabel 5.1. Tabel 5.1 Jenis-Jenis Sampah yang dapat Dikomposkan Sampah organik yang BISA dikomposkan Sampah sayur-sayuran, sampah dapur daun, kulit telur, limbah buah-buahan, serbuk katu atau abu kayu, kotoran ternak sapi, kambing,unggas Sampah organik yang sebaiknya TIDAK dikomposkan Produk susu, keju, yogurt, daging, ikan dan tulang, minyak sayur, kulit salak, kulit kacang, kulit durian, kulit kelengkeng, klobot jagung, kulit kelapa, kotoran hewan dan manusia, kain dan kertas Sampah anorganik yang TIDAK BISA dikomposkan Plastik, kaca, logam dan sampah B3

5.3 PENGOMPOSAN AEROB

Pengomposan aerob adalah proses dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses penguraian sampah organik. Proses pengomposan terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa- senyawa yang mudah terurai akan segera dimanfaatkan oleh bakteri mesofilik. Berikut gambaran umum proses pengomposan aerob : 1. Proses pembusukan sampah dimulai oleh bakteri mesofilik pada suhu lingkungan30oC 2. Dari proses ini dioksidasi menjadi CO 2 yang menghasilkan panas 3. Dalam periode dua hari kemudian, suhu di dalam tumpukan sampah akan mencapai 45oC yang merupakan batas suhu bakteri mesophilik dapat hidup 4. Kegiatan pembusukan digantikan oleh jenis bakteri thermophilik selama lebih kurang dua minggu mendatang 5. Suhu tumpukan sampah terus naik sampai mencapi 65o-70oC, kegiatan mikroorganisme akan turun akibat panas yang tinggi kemudian turun kembali ke suhu normal Proses pembusukan sampah secara aerob sangat tergantung dari kondisi lingkungan yang baik untuk kehidupan bakteri. Diperlukan udara dan kelembaban yang sesuai sebagai tambahan dari bahan makanan yang sudah tersedia di dalam sampah. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 17 Pengomposan aerob banyak diterapkan karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing. Oleh karena itu, kompos yang dihasilkan lebih higienis.

5.3.1 PEMBUATAN KOMPOS SKALA RUMAH TANGGA DENGAN KERANJANG TAKAKURA

Pengomposan aerob skala rumah yang sangat terkenal dikalangan masyarakat adalah pengomposan dengan keranjang takakura. Keranjang ini disebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik dengan baik Pengompsan ini sangat cocok untuk kondisi : 1. rumah tangga yang beranggotakan 4-7 orang karena keranjang yang digunakan umumnya berukuran sekitar 40 cm x 25 cm x 70 cm 2. sampah rumah tangga yang diolah pada keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari Hal yang menarik dari metoda pengomposan ini adalah bentuknya yang praktis, bersih dan tidak berbau, sehingga aman digunakan di rumah. Berikut adalah cara pembuatan keranjang takakura : Bahan utama yang dibutuhkan antara lain, bantal sekam, sampah organik dari rumah tangga, kompos matang, keranjang plastik dan kerdus Tabel 5.2 Proses Pembuatan Keranjang Takakura Gambar Keterangan • Siapkan semua bahan yang dibutuhkan • Siapkan keranjang plastik dan masukkan kerdus untuk melapisi keranjang. Atur posisi kerdus agar lebih rapih • Fungsi kerdus adalah untuk menghindari masuknya serangga, mengatur kelembaban media, tekstur yang berpori sehingga menyerap dan membuang udara serta air • Letakan satu set bantal sekam ke dalam keranjang • Fungsi bantal sekam antara lain sebagai media mikroba yang akan mempercepat pembusukan sampah organik, memiliki rongga yang besar sehingga dapat menyerap air dan bau sampah, sifar sekam yang kering memudahkan pengontrolan kelemabban sampah yang akan menjadi kompos Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 18 • Media kompos dimasukkan ke dalam keranjang sebanyak ¾ bagian kemudian masukan sampah organik yang telah dipotong berukuran kecil • Media kompos berfungsi sebagai aktivator bagi sampah organik yang akan dimasukkan • Kemudian tutup dengan bantal sekam kedua berikutnya tutup keranjang dengan kain sebelum ditutup dengan plastik

5.3.2 PEMBUATAN KOMPOS RUMAH TANGGA DENGAN BAKTONG PLASTIK

Komposter adalah suatu wadah atau tempat untuk mengolah sampah organik. Pengomposan dengan menggunakan komposter membutuhkan dua tong komposter per rumah untuk menjaga proses pembuangan sampah tetap berjalan secara berkelanjutan. Proses pembuatan kompos menggunakan komposter adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan tong komposter yang diberi lubang untuk sirkulasi udara 2. Kompos matang dimasukkan pada dasar tong dengan ketebalan sekitar 5cm. Kompos matang ini berfungsi untuk membantu penyerapan air yang masih terbawa sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik 3. Sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik 4. Sisa sayur mayur dikumpulkan dan dicacah hingga berukuran lebih dari 4 cm kemudian dimasukkan ke dalam tong komposter 5. Untuk mengurangi bau yang mungkin timbul selama masa penguraian, setiap memasukkan sampah baru dapat dimasukkan juga kompos matang dengan perbandingan 1:1 gambar 5.1. Demikian seterusnya secara kontinyu sampai tong komposter penuh 6. Kompos yang sudah matang dan berbau humus dapat segera diaplikasikan pada tanaman gambar 5.2 Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 18 Media kompos dimasukkan ke dalam keranjang sebanyak ¾ bagian kemudian masukan sampah organik yang telah dipotong berukuran kecil Media kompos berfungsi sebagai aktivator bagi sampah organik yang akan dimasukkan Kemudian tutup dengan bantal sekam kedua berikutnya tutup keranjang dengan kain sebelum ditutup dengan plastik

5.3.2 PEMBUATAN KOMPOS RUMAH TANGGA DENGAN BAKTONG PLASTIK

Komposter adalah suatu wadah atau tempat untuk mengolah sampah organik. Pengomposan dengan menggunakan komposter membutuhkan dua tong komposter per rumah untuk menjaga proses pembuangan sampah tetap berjalan secara berkelanjutan. Proses pembuatan kompos menggunakan komposter adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan tong komposter yang diberi lubang untuk sirkulasi udara 2. Kompos matang dimasukkan pada dasar tong dengan ketebalan sekitar 5cm. Kompos matang ini berfungsi untuk membantu penyerapan air yang masih terbawa sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik 3. Sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik 4. Sisa sayur mayur dikumpulkan dan dicacah hingga berukuran lebih dari 4 cm kemudian dimasukkan ke dalam tong komposter 5. Untuk mengurangi bau yang mungkin timbul selama masa penguraian, setiap memasukkan sampah baru dapat dimasukkan juga kompos matang dengan perbandingan 1:1 gambar 5.1. Demikian seterusnya secara kontinyu sampai tong komposter penuh 6. Kompos yang sudah matang dan berbau humus dapat segera diaplikasikan pada tanaman gambar 5.2 Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 18 Media kompos dimasukkan ke dalam keranjang sebanyak ¾ bagian kemudian masukan sampah organik yang telah dipotong berukuran kecil Media kompos berfungsi sebagai aktivator bagi sampah organik yang akan dimasukkan Kemudian tutup dengan bantal sekam kedua berikutnya tutup keranjang dengan kain sebelum ditutup dengan plastik

5.3.2 PEMBUATAN KOMPOS RUMAH TANGGA DENGAN BAKTONG PLASTIK

Komposter adalah suatu wadah atau tempat untuk mengolah sampah organik. Pengomposan dengan menggunakan komposter membutuhkan dua tong komposter per rumah untuk menjaga proses pembuangan sampah tetap berjalan secara berkelanjutan. Proses pembuatan kompos menggunakan komposter adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan tong komposter yang diberi lubang untuk sirkulasi udara 2. Kompos matang dimasukkan pada dasar tong dengan ketebalan sekitar 5cm. Kompos matang ini berfungsi untuk membantu penyerapan air yang masih terbawa sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik 3. Sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik 4. Sisa sayur mayur dikumpulkan dan dicacah hingga berukuran lebih dari 4 cm kemudian dimasukkan ke dalam tong komposter 5. Untuk mengurangi bau yang mungkin timbul selama masa penguraian, setiap memasukkan sampah baru dapat dimasukkan juga kompos matang dengan perbandingan 1:1 gambar 5.1. Demikian seterusnya secara kontinyu sampai tong komposter penuh 6. Kompos yang sudah matang dan berbau humus dapat segera diaplikasikan pada tanaman gambar 5.2 Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 19 Gambar 5.1 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter Gambar 5.2 Hasil Akhir Berupa Kompos yang Diaplikasi Pada Tanaman Aerasi dilakukan dengan mengaduk setiap 3 tiga hari sekali atau paling lambat seminggu sekali. Sampah didalam tong komposter akan mengalami penyusutan sehingga setiap tong sampah dapat menampung sekitar 1,5 kali kapasitasnya. Setelah penuh, maka ditutup dan didiamkan sampai sekitar sebulan dengan pengadukan sekali seminggu. Pengisian selanjutnya dilakukan pada tong komposter yang kedua. Pada saat tong komposter kedua penuh, diharapkan sampah di tong komposter pertama sudah seluruhnya menjadi kompos dan dapat dilakukan pengosongan, demikian seterusnya. Berikut adalah diagram proses pengomposan skala rumah tangga dengan tongbak komposter sebagai berikut : Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 19 Gambar 5.1 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter Gambar 5.2 Hasil Akhir Berupa Kompos yang Diaplikasi Pada Tanaman Aerasi dilakukan dengan mengaduk setiap 3 tiga hari sekali atau paling lambat seminggu sekali. Sampah didalam tong komposter akan mengalami penyusutan sehingga setiap tong sampah dapat menampung sekitar 1,5 kali kapasitasnya. Setelah penuh, maka ditutup dan didiamkan sampai sekitar sebulan dengan pengadukan sekali seminggu. Pengisian selanjutnya dilakukan pada tong komposter yang kedua. Pada saat tong komposter kedua penuh, diharapkan sampah di tong komposter pertama sudah seluruhnya menjadi kompos dan dapat dilakukan pengosongan, demikian seterusnya. Berikut adalah diagram proses pengomposan skala rumah tangga dengan tongbak komposter sebagai berikut : Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 19 Gambar 5.1 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter Gambar 5.2 Hasil Akhir Berupa Kompos yang Diaplikasi Pada Tanaman Aerasi dilakukan dengan mengaduk setiap 3 tiga hari sekali atau paling lambat seminggu sekali. Sampah didalam tong komposter akan mengalami penyusutan sehingga setiap tong sampah dapat menampung sekitar 1,5 kali kapasitasnya. Setelah penuh, maka ditutup dan didiamkan sampai sekitar sebulan dengan pengadukan sekali seminggu. Pengisian selanjutnya dilakukan pada tong komposter yang kedua. Pada saat tong komposter kedua penuh, diharapkan sampah di tong komposter pertama sudah seluruhnya menjadi kompos dan dapat dilakukan pengosongan, demikian seterusnya. Berikut adalah diagram proses pengomposan skala rumah tangga dengan tongbak komposter sebagai berikut : Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 20 Gambar 5.3 Diagram Proses Pengomposan Rumah Tangga

5.3.3 KOMPOSTER RUMAH TANGGA DITANAM

Komposter ini adalah alat pengomposan sampah organik rumah tangga dengan memanfaatkan tong bekas yang ditanam ke dalam tanah. Komposter ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman Puslitbangkim, Kementerian Pekerjaan Umum. Lahan yang dibutuhkan untuk pemasangan komposter sebagai berikut : 1. lahan untuk komposter 2 m 2 2. diameter galian bawah 800 mm 3. diameter galian atas 1.400 mm 4. kedalaman galian 900 mm 5. dasar komposter diletakkan minimum 30 cm di atas muka air tanah dan tutup 6. komposter di atas muka tanah setinggi 5 cm Bahan yang digunakan dalam pembuatan komposter harus tahan korosi dan tahan terhadap sinar matahari. Bahan tersebut terdiri dari : 1. Tong plastik berukuran 50 cm x 80 cm x 110 cm, berfungsi untuk menampung dan mengolah sampah dapur 2. Pipa gas berfungsi menyalurkan gas hasil proses penguraian zat organik sehingga aman bagi pemakai 3. Dop pipa 4. Kasa sebagai penghalang serangga agar tidak bersarang dalam kompos Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 20 Gambar 5.3 Diagram Proses Pengomposan Rumah Tangga

5.3.3 KOMPOSTER RUMAH TANGGA DITANAM

Komposter ini adalah alat pengomposan sampah organik rumah tangga dengan memanfaatkan tong bekas yang ditanam ke dalam tanah. Komposter ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman Puslitbangkim, Kementerian Pekerjaan Umum. Lahan yang dibutuhkan untuk pemasangan komposter sebagai berikut : 1. lahan untuk komposter 2 m 2 2. diameter galian bawah 800 mm 3. diameter galian atas 1.400 mm 4. kedalaman galian 900 mm 5. dasar komposter diletakkan minimum 30 cm di atas muka air tanah dan tutup 6. komposter di atas muka tanah setinggi 5 cm Bahan yang digunakan dalam pembuatan komposter harus tahan korosi dan tahan terhadap sinar matahari. Bahan tersebut terdiri dari : 1. Tong plastik berukuran 50 cm x 80 cm x 110 cm, berfungsi untuk menampung dan mengolah sampah dapur 2. Pipa gas berfungsi menyalurkan gas hasil proses penguraian zat organik sehingga aman bagi pemakai 3. Dop pipa 4. Kasa sebagai penghalang serangga agar tidak bersarang dalam kompos Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 20 Gambar 5.3 Diagram Proses Pengomposan Rumah Tangga

5.3.3 KOMPOSTER RUMAH TANGGA DITANAM

Komposter ini adalah alat pengomposan sampah organik rumah tangga dengan memanfaatkan tong bekas yang ditanam ke dalam tanah. Komposter ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman Puslitbangkim, Kementerian Pekerjaan Umum. Lahan yang dibutuhkan untuk pemasangan komposter sebagai berikut : 1. lahan untuk komposter 2 m 2 2. diameter galian bawah 800 mm 3. diameter galian atas 1.400 mm 4. kedalaman galian 900 mm 5. dasar komposter diletakkan minimum 30 cm di atas muka air tanah dan tutup 6. komposter di atas muka tanah setinggi 5 cm Bahan yang digunakan dalam pembuatan komposter harus tahan korosi dan tahan terhadap sinar matahari. Bahan tersebut terdiri dari : 1. Tong plastik berukuran 50 cm x 80 cm x 110 cm, berfungsi untuk menampung dan mengolah sampah dapur 2. Pipa gas berfungsi menyalurkan gas hasil proses penguraian zat organik sehingga aman bagi pemakai 3. Dop pipa 4. Kasa sebagai penghalang serangga agar tidak bersarang dalam kompos Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 21 5. Tutup tong sebagai penutup agar proses pengomposan berjalan sempurna 6. Kerikil sebagai media pengering Cara Pengoperasian Komposter : 1. Penyiapan sampah dapur Simpan kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujungnya di dalam ember, tiriskan air yang terkandung pada sampah

2. Pemasukan sampah

a. Masukkan sampah yang sudah ditiriskan ke dalam komposter pertama tanpa kantong plastik dan ratakan b. Lakukan pemasukkan sampah secara rutin setiap hari sampai komposter penuh c. Hentikan pemasukkan sampah dapur pada komposter pertama yang telah penuh, ganti pemasukkan sampah ke komposter kedua

3. Pematangan kompos

a. Biarkan sampah selama 4-6 bulan agar terjadi proses pengomposan setelah komposter pertama terisi penuh oleh sampah b. Bila sampah telah berubah menjadi kompos yang ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam seperti tanah, keluarkan kompos tersebut dengan menggunakan garu, sisakan kompos setebal 2 cm yang akan berfungsi sebagai starter untuk mempercepat pengomposan selanjutnya c. Kompos dianginkan selama 1 minggu untuk pendinginan di lokasi yang terhindar daricurah hujan. Kompos tersebut dapat digunakan sebagai penggembur tanah d. Selanjutnya komposter pertama dapat menampung kembali sampah dapur

4. Gambaran pemasangan komposter

a. Tanam dua buah komposter pada lokasi yang memungkinkan, hindari dari curahan air hujan secara langsung masuk ke dalam komposter b. Simpan kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujung bagian bawah c. Sampah dapur harian termasuk sisa hasil cucian piring ditampung pada ember yang telah dilapisi plastik berlubang bagian bawahnya untuk mengalirkan air d. Setelah sampah 1 hari tertampung, buang hasil tampungan ke komposter, air yang tertampung tidak dimasukkan ke dalam komposter, lakukan secara rutin setiap hari hingga komposter penuh e. Biarkan komposter pertama yang telah penuh ditutup dan biarkan terjadi proses pengomposan selama 4 6 bulan, operasional sampah pindah pada komposter ke 2 f. Keluarkan isi komposter jika telah berumur 4 - 6 bulan kompos berwarna hitam gembur g. Kompos yang dihasilkan dianjurkan untuk kemudian dibuat pupuk h. Komposter berkapasitas 100 L dapat menampung sampah dapur selama kurang lebih 7 bulan untuk 1 KK yang beranggotakan 5 orang, sedangkan 450 L untuk 10 KK Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 22 Berikut adalah cara pemasangan komposter : Tabel 5.3 Contoh Pemasangan Komposter ditanam Penggalian tanah Tanah digali dengan diameter bawah 30 cm dan diameter atas 140 cm Pemasangan kompsoter Komposter diletakkan di tengah galian. Di dasar galian, dipinggir dan di dalam komposter diisi dengan kerikil setinggi 10 cm Penimbun tanah Tanah di timbunkan sampai mencapai 5 cm dibawah pipa udara. Selanjutnya pasang pipa udara komposter. Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru di bawah lubang pemasukan sampah Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 22 Berikut adalah cara pemasangan komposter : Tabel 5.3 Contoh Pemasangan Komposter ditanam Penggalian tanah Tanah digali dengan diameter bawah 30 cm dan diameter atas 140 cm Pemasangan kompsoter Komposter diletakkan di tengah galian. Di dasar galian, dipinggir dan di dalam komposter diisi dengan kerikil setinggi 10 cm Penimbun tanah Tanah di timbunkan sampai mencapai 5 cm dibawah pipa udara. Selanjutnya pasang pipa udara komposter. Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru di bawah lubang pemasukan sampah Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 22 Berikut adalah cara pemasangan komposter : Tabel 5.3 Contoh Pemasangan Komposter ditanam Penggalian tanah Tanah digali dengan diameter bawah 30 cm dan diameter atas 140 cm Pemasangan kompsoter Komposter diletakkan di tengah galian. Di dasar galian, dipinggir dan di dalam komposter diisi dengan kerikil setinggi 10 cm Penimbun tanah Tanah di timbunkan sampai mencapai 5 cm dibawah pipa udara. Selanjutnya pasang pipa udara komposter. Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru di bawah lubang pemasukan sampah Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 23

5.4 PENGOMPOSAN SAMPAH SKALA KAWASAN

Selain dapat dilakukan dirumah, pengomposan juga dapat dilakukan secara terpusat pada satu kawasan kecil setingkat Rukun Warga RW hingga skala kota. Pengomposan skala kawasan dilakukan terpusat pada skala kapasitas antara 1 2 ton sampah per hari. Kawasan yang dimaksud dapat berupa kawasan permukiman, pasar, komersial dan sebagainya. Jika pada permukiman, maka pengomposan skala kawasan diperuntukkan untuk mengelola sampah organik dari sekitar 100 rumah. Tahapan pengomposan sampah adalah sebagai berikut: 1. Pengiriman dan penerimaan sampah. Sampah dari setiap rumahtokopasar dan lain-lain dikumpulkan dan dibawa ke TPS 3R. Sampah tidak langsung diproses pada area pengomposan, akan tetapi dibongkar di area penerimaan. 2.Sortasi Pemilahan dan pencacahan sampahorganik. Setelah sampah dibongkar diarea penerimaan, kemudian dibawa ke area pemilahan. Sortasi pemilahan dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan sampah-sampah organik yang merupakan bahan baku dalam proses pengomposan, dari sampah anorganik dan bahan- bahan lain yang tidak dapat dikomposkan. Sampah yang datang di lokasi pengomposan langsung dibawa ke pelataran sortir untuk pemisahan secara manual. Sortasi dilakukan sesegera mungkin agar tidak terjadi penumpukan sampah yang menimbulkan bau. a. Sampah organik yang berukuran besar dan berbentuk memanjang seperti ranting dan batang pohon, terlebih dahulu dipotong-potong hingga mencapai ukuran lebih dari 5 cm sehingga mudah dikomposkan b. Sampah kebun atau pertanian, seperti cabang pohon dan ranting dipisahkan dari daun- daunnya. Sedangkan sampah organik bertekstur lunak yang berukuran besar dengan panjang dan lebar lebih dari 4 cm, perlu dilakukan pencacah dengan mesin pencacah c. Sampah anorganik dikumpulkan dan dikemas untuk dijual kepengumpul barang bekas, sedangkan sampah residu dikumpulkan dan dibawa ke TPS untuk diangkut ke TPA oleh Dinas Kebersihan. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 24 Berikut adalah diagram alir pada kegiatan sortasi sampah. Gambar 4. Diagram Alir Proses Sortasi Pemilahan 3. Pengomposan Bahan organik yang sudah terpilah kemudian masuk kedalam proses pengomposan Gambar 5.4 Diagram Alir Proses Sortasi Pemilahan Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 25 . Gambar 5.5 Diagram Alir Kegiatan Pengomposan Sampah Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 25 . Gambar 5.5 Diagram Alir Kegiatan Pengomposan Sampah Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 25 . Gambar 5.5 Diagram Alir Kegiatan Pengomposan Sampah Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 26

5.4.1 PENGOMPOSAN DENGAN METODA LAJUR TERBUKA OPEN WINDROW

Pengomposan skala kawasan dengan metoda lajur terbuka open windrow merupakan proses pengomposan yang terbukti paling mudah dilakukan dan dikendalikan. Metoda open windrows yang telah dikembangkan oleh BPPT dan UDPK bahkan tidak menggunakan pencacahan secara mekanik dan tidak juga menggunakan aktivator. Pengendalian udara didalam tumpukan windrows dilakukan dengan memindahkan tumpukan ke tempat lain sebelah sehingga disebut juga dengan open windrow bergulir. Proses pengomposan memerlukan waktu selama 6 minggu. Ketentuan Kapasitas Pengomposan Menentukan kapasitas pengomposan perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Metoda UDPK menentukan bahwa ukuran tumpukan sampah yang ideal adalah tinggi T maksimum : 1.5 m, lebar L maksimum : 1.75 m dan panjang P maksimum : 2 m tergantung luas lahan yang tersedia 2. Jumlah sampah yang dapat dikomposkan adalah 60-70 sampah organik 3. Volume setiap tumpukan sampah adalah V m 3 V = P x L x T 4. Jumlah volume seluruh tumpukan = A m3 A = n x V, dimana n = jumlah tumpukan. Tetapi dalam menentukan jumlah maksimum tumpukan, harus ada jarak minimal 1.5 m antara tumpukan memanjang. Jarak antara tumpukan tersebut memungkinkan para pekerja memonitor suhu dan memudahkan pembalikan sampah 5. Kebutuhan minimum pasokan sampah selama 60 hari proses 6. Pasokan sampah perhari = P60 7. Perhitungan hasil produksi Mengingat penyusutan bahan organik yang terjadi selama proses pengomposan adalah 75 berat, maka jumlah hasil akhir kompos adalah 25 dari jumlah tumpukan awal. Langkah-Langkah Pengerjaan Pengomposan Secara Open Windrow meliputi : a. Pemilahan Sampah 1. Dilakukan pemilahan pada sampah yang masuk dengan membagi sampah menjadi : 1.1 Sampah organik yang dapat dikomposkan - Sampah yang tidak dapat dikomposkan - Barang berbahaya - Residu - Barang Lapak 2. Jual barang lapak ke pemulung atau bandar lapak Gambar 5.6 Pengomposan dengan metoda Open Windrow Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 26

5.4.1 PENGOMPOSAN DENGAN METODA LAJUR TERBUKA OPEN WINDROW

Pengomposan skala kawasan dengan metoda lajur terbuka open windrow merupakan proses pengomposan yang terbukti paling mudah dilakukan dan dikendalikan. Metoda open windrows yang telah dikembangkan oleh BPPT dan UDPK bahkan tidak menggunakan pencacahan secara mekanik dan tidak juga menggunakan aktivator. Pengendalian udara didalam tumpukan windrows dilakukan dengan memindahkan tumpukan ke tempat lain sebelah sehingga disebut juga dengan open windrow bergulir. Proses pengomposan memerlukan waktu selama 6 minggu. Ketentuan Kapasitas Pengomposan Menentukan kapasitas pengomposan perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Metoda UDPK menentukan bahwa ukuran tumpukan sampah yang ideal adalah tinggi T maksimum : 1.5 m, lebar L maksimum : 1.75 m dan panjang P maksimum : 2 m tergantung luas lahan yang tersedia 2. Jumlah sampah yang dapat dikomposkan adalah 60-70 sampah organik 3. Volume setiap tumpukan sampah adalah V m 3 V = P x L x T 4. Jumlah volume seluruh tumpukan = A m3 A = n x V, dimana n = jumlah tumpukan. Tetapi dalam menentukan jumlah maksimum tumpukan, harus ada jarak minimal 1.5 m antara tumpukan memanjang. Jarak antara tumpukan tersebut memungkinkan para pekerja memonitor suhu dan memudahkan pembalikan sampah 5. Kebutuhan minimum pasokan sampah selama 60 hari proses 6. Pasokan sampah perhari = P60 7. Perhitungan hasil produksi Mengingat penyusutan bahan organik yang terjadi selama proses pengomposan adalah 75 berat, maka jumlah hasil akhir kompos adalah 25 dari jumlah tumpukan awal. Langkah-Langkah Pengerjaan Pengomposan Secara Open Windrow meliputi : a. Pemilahan Sampah 1. Dilakukan pemilahan pada sampah yang masuk dengan membagi sampah menjadi : 1.1 Sampah organik yang dapat dikomposkan Sampah yang tidak dapat dikomposkan Barang berbahaya Residu Barang Lapak 2. Jual barang lapak ke pemulung atau bandar lapak Gambar 5.6 Pengomposan dengan metoda Open Windrow Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 26

5.4.1 PENGOMPOSAN DENGAN METODA LAJUR TERBUKA OPEN WINDROW

Pengomposan skala kawasan dengan metoda lajur terbuka open windrow merupakan proses pengomposan yang terbukti paling mudah dilakukan dan dikendalikan. Metoda open windrows yang telah dikembangkan oleh BPPT dan UDPK bahkan tidak menggunakan pencacahan secara mekanik dan tidak juga menggunakan aktivator. Pengendalian udara didalam tumpukan windrows dilakukan dengan memindahkan tumpukan ke tempat lain sebelah sehingga disebut juga dengan open windrow bergulir. Proses pengomposan memerlukan waktu selama 6 minggu. Ketentuan Kapasitas Pengomposan Menentukan kapasitas pengomposan perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Metoda UDPK menentukan bahwa ukuran tumpukan sampah yang ideal adalah tinggi T maksimum : 1.5 m, lebar L maksimum : 1.75 m dan panjang P maksimum : 2 m tergantung luas lahan yang tersedia 2. Jumlah sampah yang dapat dikomposkan adalah 60-70 sampah organik 3. Volume setiap tumpukan sampah adalah V m 3 V = P x L x T 4. Jumlah volume seluruh tumpukan = A m3 A = n x V, dimana n = jumlah tumpukan. Tetapi dalam menentukan jumlah maksimum tumpukan, harus ada jarak minimal 1.5 m antara tumpukan memanjang. Jarak antara tumpukan tersebut memungkinkan para pekerja memonitor suhu dan memudahkan pembalikan sampah 5. Kebutuhan minimum pasokan sampah selama 60 hari proses 6. Pasokan sampah perhari = P60 7. Perhitungan hasil produksi Mengingat penyusutan bahan organik yang terjadi selama proses pengomposan adalah 75 berat, maka jumlah hasil akhir kompos adalah 25 dari jumlah tumpukan awal. Langkah-Langkah Pengerjaan Pengomposan Secara Open Windrow meliputi : a. Pemilahan Sampah 1. Dilakukan pemilahan pada sampah yang masuk dengan membagi sampah menjadi : 1.1 Sampah organik yang dapat dikomposkan Sampah yang tidak dapat dikomposkan Barang berbahaya Residu Barang Lapak 2. Jual barang lapak ke pemulung atau bandar lapak Gambar 5.6 Pengomposan dengan metoda Open Windrow Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 27 3. Jika ada insinerator di sebelah area pengomposan, bakarlah residu. Buang sisa pembakaran dan barang berbahaya yang dibungkus dalam wadah tersendiri 4. Jika tidak ada insinerator, bungkus barang berbahaya dalam kantong tersendiri kemudian dibuang bersama residu ke TPA

b. Penumpukan Bahan Kompos 1.

Lakukan penumpukan sampah organik hasil pemilahan yang dapat dikomposkan di atas aerator bambu dengan ukuran yang sesuai 2. Lakukan penyiraman setiap mencapai ketebalan 30 cm, agar kelembaban merata

c. Pengukuran Suhu dan Kelembaban 1.

Lakukan pengukuran suhu dengan termometer alkohol pertama kali setelah penumpukan berumur 2-4 hari untuk mendapatkan suhu tumpukan 65 °C 2. Setelah itu, setiap 2-4 hari lakukan pengukuran suhu tumpukan pada sekitar 5 lubang dengan suhu rata-rata yang diinginkan selama proses sesuai ketentuan. Cara mengukur suhu adalah lubangtusuk sisi-sisi tumpukan sekitar 5 lubang dengan kedalaman alat bantu berupa sebatang besi atau kayu keras. Kedalaman lubang adalah 23 tinggi dari tebal tumpukan. Masukkan termometer tersebut, lalu lubang ditutup kembali, sehingga yang terlihat tali pengikat termometer. Setelah 1-2 menit termometer dicabut dengan menarik talinya, lalu secepatnya dibaca suhunya pada termometer, agar tidak dipengaruhi suhu lingkungan. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 28 3. Lakukan pengukuran kelembaban tumpukan pada saat yang sama dengan pengukuran suhu. Kelembaban tumpukan yang diinginkan sekitar 50 . Cara mengukur kelembaban bahan tumpukan adalah dari bagian dalam, kemudian remas dengan kepalan tangan - Jika air remasan mengalir cukup banyak dari sela-sela jari, berarti tumpukan tersebut ter lalu lembab atau di atas 50. - Jika air remasan tidak keluar dari sela jari, berar ti tumpukan tersebut terlalu kering atau kelembaban di bawah 50 . - Jika air remasan menetes dari sela-sela jari, berarti tumpukan tersebut mempunyai kelembaban sesuai yang dibutuhkan. 4. Perlakukan Pada Proses Pelapukan Berikan perlakukan berikut sesuai hasil pengukuran suhu dan ketembaban yaitu: a. Jika suhu dan kelembaban tumpukan selama proses sesuai dengan ketentuan yaitu sekitar 45°C 60 °C dan kelembaban 50 maka pembalikan dapat dilakukan seminggu sekali bersamaan dengan perlakuan penyiraman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 29 b. Jika suhu tumpukan 45ºC atau 60 ºC, maka lakukan pembalikan. Cara melakukan pembalikan : - Pembalikan ganda : bongkar tumpukan di sekeliling terowongan bambu, lalu susun kembali ketempatnya semula menjadi tumpukan. - Pembalikan tunggal : bongkar tumpukan dengan langsung memindahkannya ke tempat baru di sebelahnya. c. Jika kelembaban tumpukan di atas yaitu 50 basah, maka lakukan pembalikan pada tumpukan tanpa penyiraman Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 30 d. Jika kelembaban tumpukan kurang, lakukan penyiraman, baik pada saat pembalikan atau secara langsung di atas tumpukan. Prasarana dan Sarana Pengomposan Dengan Lajur Terbuka Open Windrows Peralatan yang dibutuhkan Jenis peralatan yang dibutuhkan untuk pengomposan lajur terbuka adalah : 1. Alat pengomposan manual. a. Garu, alat untuk membentuk dan membalik tumpukan sampah b. Sekop, untuk proses pengayakan dan pengemasan c. Pompa air dan perpipaan untuk penyiraman d. Gerobak dorong untuk mengangkut sampah dan kompos e. Timbangan f. Termomoter kompos g. Pakaian kerja h. Alat PencacahBila diperlukan i. Alat pengemas kompos j. Alat pengayak kompos, manual atau mekanis. 2. Gerobak sampah untuk mengambil sampah dari sumbernya 3. Instalasi penampung lindi 4. Instalasi listrik 5. Kontainer residu sampah Area yang dibutuhkan Jenis prasarana ruangan yang dibutuhkan untuk pengomposan lajur terbuka adalah : Ruang beratap tanpa dinding atau dinding setengah : 1. Ruang Pemilahan 2. Ruang Pengomposan 3. Ruang Pematangan Ruang beratap tertutup dengan dinding : 1. Ruang Gudang 2. Ruang Peralatan 3. Ruang kantor dan toilet Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 31 Ketentuan Peletakan Pengomposan Open Windrow adalah sebagai berikut : Area Pengomposan 50 60 PenyaringanPengemasan 15 Gudang : 10 Lapak Material 15 ToiletWC Kantor 5 Area Pemilahan 10 Area Penumpukan Residu 5 Gambar 5.7 Desain Peletakan Pengomposan Open Windrow Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 32 Gambar 5.8 Tampak Depan dan Tampak Samping Design Bangunan TPS 3R Sistem Lajur Terbuka Open windrow Estimasi area yang lebih tepat dapat dihitung lebih rinci. Area yang terpenting pada proses pengomposan lajur terbuka adalah area pengomposan. Area ini harus dapat menampung dan memproses sampah untuk jangka waktu 6 minggu. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 33 Untuk modul 200 KK dengan asumsi 5 jiwaKK dapat dilihat pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Perkiraan area untuk pengomposan lajur terbuka untuk modul 200 KK Keterangan Unit Sistem Cetak Jumlah sampah organik per minggu m 3 10.64 Faktor kehilangan volume 0.50 Lama pengomposan minggu 6.00 Karakteristik windrow Panjang m 5.00 Lebar m 2.50 Tinggi m 1.50 Jarak antar lajur m 1.00 Volume per lajur m 3 9.38 Kebutuhan lajur lajur 6.81 Area per lajur m 2 17.50 Area Pengomposan m 2 119.20 Faktor Keamanan 10 m 2 131.12 Dibulatkan m 2 132.00 Pembiayaan Dana yang dibutuhkan untuk investasi dan operasi pemeliharaan sangat tergantung dari proses pengomposan dan kapasitas pengomposan. Dari pengalaman yang sudah dilakukan, untuk pengomposan skala kawasan skala satu Rukun Warga 200 KK dibutuhkan setidaknya 5 orang pegawai yang diperlukan untuk pemilahan sampah, pembuatan tumpukan, pembalikan dan penyiraman serta pengayakan dan pengemasan.

5.4.2 PENGOMPOSAN SKALA KAWASAN DENGAN METODA CETAKAN CASPARY

Proses pengomposan skala kawasan dengan metoda cetakan merupakan proses pengomposan dengan menggunakan alat cetak untuk membantuk sampah dalam bentuk kubus. Proses pengomposan sampah dengan sistem cetakan ini digunakan jika lahan yang ada tidak terlalu luas. Proses pengomposan dengan sistem cetak lebih agak rumit dibandingkan dengan metoda jalur terbuka karena membutuhkan alat cetak. Sifat tumpukan sampah juga lebih padat dibandingkan lajur terbuka sehingga udara yang terperangkap pada tumpukan sampah menjadi lebih sedikit. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 34 Pembentukan Tumpukan Alur proses pengomposan dengan sistem cetak tidak terlalu berbeda dengan sistem open windrows. Hal yang secara prinsip berbeda adalah pada saat membentuk tumpukan sampah untuk proses pengomposan selanjutnya. Sampah organik yang sudah terpilah dibawa kearea pengomposan. Pada area pengomposan disiapkan alat pencetak yang terbuat dari papan. Ukuran baku untuk alat pencetak memang belum ditentukan, akan tetapi sebagai dasar perhitungan dapat digunakan dimensi alat cetak lebar 1 meter, panjang 2 meter dan tinggi 0,5 meter gambar 5.9. Gambar 5.9 Pengomposan Dengan Metoda Cetakan Metoda Cetak Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 35 Gambar 5.10 Desain Teknis Cetakan Kompos Pencetakan sampah dilakukan dengan memasukkan sampah organik kedalam kotak cetakan. Secara manual sampah dalam cetakan dipadatkan, setelah itu kotak cetakan diangkat maka terbentuklah tumpukan sampah yang sudah tercetak. Tumpukan yang sudah terbentuk diberi tanda atau label yang berisi informasi mengenai waktu pembentukan tumpukan. Pencetakan sampah dilakukan dengan memasukkan sampah organik kedalam kotak cetakan. Secara manual sampah dalam cetakan dipadatkan, setelah itu kotak cetakan diangkat maka terbentuklah tumpukan sampah yang sudah tercetak. Tumpukan yang sudah terbentuk diberi tanda atau label yang berisi informasi mengenai waktu pembentukan tumpukan. Gambar 5.11 Pencetakan Sampah Secara Manual Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 36 Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2 kali seminggu secara manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan memindahkan tumpukan yang sudah tercetak kedalam kotak cetakkan berikutnya dan demikian seterusnya. Waktu pembalikan dicatat dan tumpukan yang sudah dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan. Proses pembalikan memang agak rumit dibandingkan sistem lajur terbuka. Prasarana dan Sarana Pengomposan Dengan Sistem Cetak Jenis peralatan yang dibutuhkan untuk pengomposan sistem cetak adalah: 1. Alat pengomposan manual a. Garu, alat untuk membentuk dan membalik tumpukan sampah b. Kotak cetakan sampah c. Skop, untuk proses pengayakan d. Pompa air dan pemipaan untuk penyiraman e. Gerobak dorong untuk mengangkut sampah dan kompos f. Timbangan g. Termomoter kompos h. Pakaian kerja i. Alat pengemas kompos j. Alat pengayak kompos,manual atau mekanis 2. Gerobak sampah untuk mengambil sampah dari sumbernya 3. Instalasi penampung air lindi 4. Instalasi listrik 5. Kontainer residu sampah Area yang dibutuhkan Jenis prasarana ruangan yang dibutuhkan untuk pengomposan sistem cetak hampir sama dengan instalasi pengolahan sampah lajur terbuka open windrow, yang berbeda hanya pada luasan area pengomposan. Estimasi area yang lebih tepat dapat dihitung lebih rinci. Area yang terpenting pada proses pengomposan cetakan adalah area pengomposan. Area ini harus dapat menampung dan memroses sampah untuk jangka waktu 6 minggu. Untuk modul 200 kepala keluarga dengan asumsi 5 jiwa per kepala keluarga dapat dilihat pada tabel 5.5. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 37 Unit Sistem Cetak Jumlah sampah per minggu m 3 10.64 Faktor kehilangan volume 0.50 Kerapatan Sampah dalam cetakkan tonm 3 0.40 Lama pengkomposan minggu 6.00 Dimensi Cetakan Panjang m 2.00 Lebar m 1.00 Tinggi m 0.50 Jarak antar cetakan m 0.50 Volume per cetakan m 3 1.00 Kebutuhan cetakan cetakan 26.00 Area per cetakan m 2 3.00 Area Pengomposan m 2 78.00 Area pengomposan total faktor keamanan 10 m 2 85.80 Denah tapak untuk pengomposan sampah dengan sistem cetak sama dengan pengomposan sampah untuk lajur terbuka open windrow yang berbeda hanya luasan area pengomposan. Pendanaan Dana yang dibutuhkan untuk investasi dan operasi pemeliharaan sangat tergantung dari proses pengomposan dan kapasitas pengomposan. Dari pengalaman yang sudah dilakukan, untuk pengomposan skala kawasan skala satu Rukun Warga 200 kk dibutuhkan setidaknya 5 orang pegawai yang diperlukan untuk pemilahan sampah, pembuatan tumpukan, pembalikan dan penyiraman serta pengayakan dan pengemasan.

5.4.3 PENGOMPOSAN SKALA RUMAH TANGGA DENGAN SISTEM BAK TERBUKA

OPEN BIN Selain dirumah pengomposan juga dapat dilakukan secara terpusat pada satu kawasan kecil setingkat Rukun Warga RW sampai skala kota. Pengomposan skala kawasan dilakukan terpusat pada skala kapasitas antara 1-2 ton sampah per hari. Kawasan disini dapat berupa kawasan permukiman, pasar, komersial dan sebagainya. Jika pada skala permukiman, maka pengomposan skala kawasan diperuntukkan untuk mengelola sampah organik dari sekitar 1.000 sampai 2.000 jiwa Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 38 Proses Pengomposan Proses pengomposan skala kawasan dengan sistem bak terbuka merupakan proses pengomposan dengan menggunakan bak-bak terbuka dimana sampah tidak perlu dibentuk akan tetapi cukup dimasukkan kedalam bak. Sampah organik dimasukkan pada bak terbuka sampai penuh sambil dipadatkan dan disiram. Setelah bak terisi penuh, pengisian dapat dilanjutkan ke bak berikutnya. Sistem ini sangat sederhana dan lokasi dapat diatur lebih bersih karena proses pengomposan dilakukan didalam bak Pembalikan dapat dilakukan tetap didalam bak dengan alat pembalik atau dengan cara sampah dipindahkan ke bak berikutnya. Sistem pengudaraan pada bak terbuka sedikit terbatas karena adanya dinding bak meskipun sudah diberikan lubang ventilasi. Pengomposan dengan bak terbuka ini cenderung lebih lama, pada beberapa kasus lama pengomposan dapat mencapai 2 bulan. Gambar 5.12 Pengomposan Bak Terbuka Gambar 5.13 Pemasukan sampah dan penyiraman Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 39 Gambar 5.14 Desain Teknis Bak Komposter Terbuka Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 40 Tumpukan yang sudah terbentuk diberitanda atau label yang berisiin formasi mengenai waktu pembentukan tumpukan. Gambar 5.15 Susunan Bak Terbuka Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 41 a. Garu, alat untuk membentuk dan membalik tumpukan sampah b. Bak komposter c. Skop,untuk proses pengayakan dan pengemasan d. Pompa air dan pemipaan untuk penyiraman e. Gerobak dorong untuk mengangkut sampah dan kompos f. Timbangan g. Termomoter kompos h. Pakaian kerja i. Alat Pencacah Jika diperlukan j. Alat pengemas kompos k. Alat pengayak kompos, manual atau mekanis. 2. Bak, Ukuran bak minim adalah panjang 1 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m 3. Gerobak sampah untuk mengambil sampah dari sumbernya 4. Instalasi penampung lindi 5. Instalasi listrik 6. Kontainer residu sampah Area yang dibutuhkan Jenis prasarana ruangan yang dibutuhkan untuk pengomposan sistem cetak hampir sama dengan instalasi pengolahan sampah lajur terbuka open windrows, yang berbeda hanya pada luasan area pengomposan. Estimasi area yang lebih tepat dapat dihitung lebih rinci. Area yang terpenting pada proses pengomposan cetakan adalah area pengomposan. Area ini harus dapat menampung dan memroses sampah untuk jangka waktu 6 minggu. Untuk modul 200 kepala keluarga KK dengan asumsi 5 jiwa perkepala keluarga dapat dilihat pada tabel 5.6. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 42 Berikut adalah perkiraan biaya investasi untuk pengomposan dengan sistem bak terbuka. Unit Cetakan Jumlah sampah per minggu m 3 10.64 Faktor kehilangan volume 0.50 Kerapatan Sampah dalam cetakkan tonm 3 0.40 Lama pengkomposan minggu 8.00 Dimensi Bak Komposter Panjang m 1.00 Lebar m 1.00 Tinggi m 1.00 Jarak antar Bak Komposter m 0.10 Volume per Bak Komposter m 3 1.00 Kebutuhan Bak Komposter Bak 43.00 Area per Bak Komposter m 2 1.10 Area mobilisasi m 2 10.00 Area Pengomposan m 2 63 Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 43 Unit Satuan HargaUnit Harga Rp Total Rp Peralatan 63.500.000,- Compos screening 1 Unit 5.000.000 5.000.000 Gerobak dorong 1 Unit 500.000 500.000 Timbangan duduk 1 Unit 3.000.000 3.000.000 Alat bantu pembalikan heap 1 Unit 2.000.000 2.000.000 Pakaian Lapangan 20 Unit 200.000 4.000.000 Pompa air dan instalasinya 1 Unit 5.000.000 5.000.000 Instalasi listrik 1 Unit 1.000.000 1.000.000 Bak terbuka 43 Unit 1.000.000 43.000.000 Ruang Beratap terbuka 144.545.000,- Ruang sortasi 20 m 2 1.000.000 20.000.000 Ruang pengomposan 63 m 2 1.500.000 94.545.000 Ruang pengudaraan 30 m 2 1.000.000 30.000.000 Ruang tertutup 60.000.000,- Ruang gudang 20 m 2 1.000.000 20.000.000 Ruang alat 20 m 2 1.000.000 20.000.000 Kantor 20 m 2 1.000.000 20.000.000 TOTAL 268.045.000,-

5.4.4 PENGOMPOSAN DENGAN METODA TAKAKURA SUSUN

Komposting ini dilakukan dengan melakukan penimbunan terhadap sampah organik ke dalam keranjang berongga. Penggunaan keranjang berongga keranjang buah dimaksudkan untuk keperluan aerasi sirkulasi udara. Keranjang dapat terbuat dari plastik atau bambu apapun model keranjang yang terpenting adalah keranjang tersebut berlubang. Ukuran keranjangn takakura P = 60 cm, L = 43 cm dan T = 30 cm ukuran bisa disesuaikan. Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat takakura susun antara lain : • Sampah sebanyak 61,2 kg • Mikroorganisme padat 14 kg • Karung Glangsing 6 buah • Keranjang 6 buah keranjang yang berlubang • Kaset dari sabut kelapa 36 buah • Pupuk kompos secukupnya • Sprayer 1 buah • Termometer 2 buah • Garu kecil 1 buah • Sekop 1 buah Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 44 • Sarung tangan 4 pasang • Gunting 1 buah Langkah Pembuatan Takakura Susun : • Karung glangsing dipasang pada lapisan dalam keranjang • Sampah organik dicacah dengan ukuran 2-4 cm • Siapkan mikroorganisme padat yang terbuat dari campuran bekatul, sekam padi, kompos dan air, kemudian sebar sampah yang akan dikomposkan diatasnya • Lapisi sampah organik dengan mikroorganisme padat perbandingan 1:1 • Campur sampah organik dengan mikroorganisme padat melalui pengadukan secara merata • Masukkan hasil campuran tersebut kedalam keranjang • Lakukan tahap tersebut hingga sampah organik tidak tersisa, gunakan beberapa keranjang apabila jumlah sampah cukup banya • Susun keranjang wadah pengomposan se hingga dapat menghemat tempat • Tutup keranjang paling atas dengan keset yang terbuat dari sabut kelapa • Lakukan pengadukan maksimal satu minggu sekali, apabila terlalu kering siram dengan air secukupnya hingga merata. Kemudian lakukan pengadukan untuk mencampur larutan air dengan materi organik yang dikomposkan • Waktu pemanenan berkisar 7-8 minggu • Apabila waktu sudah mencapai 7-8 minggu, kompos dikeluarkan kemudian diangin- anginkan selama 1 minggu • Pada saat pemanenan sebaiknya dilakukan pengayakan untuk memperoleh kompos yang halus, materi yang kasar bisa dimasukkan kembali ke dalam keranjang untuk dilakukan proses pengomposan berikutnya • Pupuk kompos siap dimanfaatkan Berikut adalah cara pembuatan takakura susun : Pembuatan mikroorganisme padat dari campuran bekatul, sekam padi, kompos dan air Pencacahan sampah secara manual atau dapat pula menggunakan alat pencacah bertenaga listrik ataupun diesel Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 45 Sumber : Christianto Pusdakota Ubaya Surabaya, 2005 Proses pencampuran mikroorganisme padat dengan sampah organik hingga merata Proses memasukkan sampah organik yang telah dicampur dengan mikroorganisme padat menggunakan sekop atau cangkul kedalam keranjang yang telah dilapisi glangsing Susun keranjang yang telah penuh dengan campuran sampah organik dan mikroorganisme padat. Tinggi susunan secukupnya, disesuaikan dengan luas dan lokasi pengomposan Tutuplapisi keranjang paling atas dengan keset yang terbuat dari sabut kelapa Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 46 Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya mengenai metoda pengomposan aerob pada skala kawasan, berikut adalah kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing metoda pengomposan aerob skala kawasan. Tabel 5.8 Kelebihan Kekurangan Metoda Pengomposan Metoda Kelebihan Kekurangan Bak Terbuka Open Bin 1. Sampah tidak terlihat dari luar 2. Areal pengomposan terlihat rapih 3. Volume sampah yang terolah sama 1. Padat moda 2. Tinggi kotak terbatas 3. Penggunaan terbatas Lajur Terbuka Open Windrow 1. Modal lebih ringan dibandingkan metoda Open bin 2. Tumpukan sampah dapat mencapai tinggi optimal, yaitu 1,5 m 3. Penggunaan lahan fleksibel 4. Proses pembalikan lebih mudah dibanding metoda open bin dan caspary 1. Volume sampah tercetak sama untuk setiap tumpukan 2. Tumpukan sampah rentan terhadap tiupan angin 3. Tumpukan sampah mudah rubuh Cetakan Caspary 1. Tumpukan sampah terlihat rapih 2. Volume sampah tercetak lebih banyak dan seragam 3. Tumpukan sampah tidak mudah runtuh dan tahan terhadap tiupan angin 1. Proses pembalikan kompos lebih rumit dari Open bin atau Open windrow Takakura susun 1. Hemat lahan 2. Proses komposting berlangsung cepat 3. Proses rapih dan sangat terstruktur 1. Biaya investasi cukup tinngi 2. Membutuhkan banyak pekerja 3. Monitoring kompleks, sebab tiap-tiap kotak takakura perlu dilakukan monitoring Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 47 LAMPIRAN ALTERNATIF PENGOLAHAN SAMPAH SECARA ANAEROB Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 48 Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 49

1. SISTEM KOMUNAL INSTALASI PENGOLAHAN ANAEROBIIK SAMPAH SIKIPAS

Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 50 Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 51 PENGENALAN MODUL SIKIPAS Modul SIKIPAS adalah singkatan dari Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah yang merupakan modul pengolahan sampah dengan proses anaerobik dan diperuntukan untuk penanganan sampah komunal.

1.1 PENGOLAHAN SAMPAH PROSES ANAEROBIK

Proses pengolahan secara anaerobik terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam keadaan tidak ada oksigen bebas. Senyawa berbentuk anorganik atau organik pekat yang umumnya berasal dari industri, sukar atau lambat sekali untuk diolah secara aerobik. Oleh karena itu, pengolahan dilakukan secara anaerobik. Hasil akhir pengolahan secara anaerobik adalah kabron dioksida CO 2 dan dan metana CH 4 . Tahapan yang terjadi dalam proses anaerobik adalah : 1. Fermentasi dalam kondisi asam 2. Regressi dalam kondisiasam 3. Fermentasi dalam kondisibasa Prinsip proses pengolahan secara anaerobik adalah menghilangkan atau mendegradasi bahan karbon organik dalam limbah cair atau sludge. Keuntungan proses secara anaerobik antara lain : 1. tidak membutuhkan energi untuk aerasi 2. lumpur atau sludge yang dihasilkan sedikit 3. polutan yang berupa bahan organik misalnya: polisakarida, protein dan lemak hampir semuanya dikonversi ke bentuk gas metana gas bio yang memiliki nilai kalor cukup tinggi Salah satu keuntungan lain dari proses anaerobik adalah menghasilkan gas metana atau yang biasa disebut gas bio sebagai produk akhir yang mempunyai nilai ekonomis. Gas bio sebagian besar mengandung gas metana CH 4 dan karbon dioksida CO 2 serta beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hidrogen sulfida H 2 S, ammonia NH 3 , hidrogen H 2 dan nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Sedangkan kelemahan proses pengolahan cara anaerobik adalah pada kemampuan pertumbuhan bakteri metana yang sangat rendah, sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang antara dua hingga lima hari untuk penggandaannya, sehingga diperlukan reaktor yang bervolume cukup besar. Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R 52 1. Temperatur Temperatur yang optimal untuk digester adalah pada temperatur 30-35 o C, temperatur ini mengkombinasikan kondisi terbaik untuk pertumbuhan bakteri dan produksi methana di dalam digester dengan lama proses yang pendek. 2. Ketersediaan unsur hara Bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt. Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menghambat pertumbuhan bakteri. 3. Waktu detensi proses Setiap bahan mempunyai karakteristik waktu detensi proses tertentu. Oleh karena itu, proses harus didesain untuk mencukupi hanya hari terbaik dari produksi dan setelah itu lumpur sisa proses dapat dikeluarkan atau dipindahkan ke modul selanjutnya. Apabila terlalu banyak volume bahan yang dimasukan maka lama pengisian akan semakin singkat. Bahkan akan terdorong keluar sedangkan gas masih diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak.

1.2 GAS BIO DAN MANFAATNYA