Jaringan dan Kerjasama Program atau Kegiatan

68 melainkan sumber daya manusia juga perlu perencanaan guna mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas guna terwujudnya suatu lembaga yang berkualitas pula. Proses perencanaan sumber daya manusia, terutama dalam pemilihan Ketua di LPM Wahid Hasyim ini menggunakan sistem tunjuk. Hal ini dikarenakan SDM yang tersedia tidak ada yang mengajukan diri untuk masuk ke dalam Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM. Sumberdaya manusia yang ada merasa bahwa tanggung jawab yang nanti akan dipikul semakin berat karena berhubungan dengan masyarakat luas. Seperti penuturan dari TY: “Saya menjamin 95 tidak ada yang berani mencalonkan diri sebagai ketua maupun pengurus kalau tidak ditunjuk oleh atasan. Karena, menurut saya tanggung jawab yang paling berat itu di LPM dibandingkan dengan lembaga- lembaga lain. Orang-orang di LPM itu berhubungan langsung dengan masyarakat, ya istilahnya itu terjun langsung gitu, soalnya banyak program LPM yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan anak-anak yang ada di sini itu masih minder kalau disuruh berhadapan dengan masyarakat. Contohnya itu, paling tidak bisa ngisi khutbah sholat Jum’at dan pengajian di masyarakat. Makanya agak beratnya itu ya di situ.” CW.1.4 Hal ini juga diungkapkan oleh UQ: “Semua pengurus dan anggota di LPM itu ditunjuk, Mbak. Soalnya kalau tidak ditunjuk nanti tidak ada orang di LPM. Kan biasa, anak-anak jaman sekarang itu kalau disuruh terjun ke masyarakat itu agak susah.” CW.5.3 Setelah ketua dan pengurus LPM terpilih. Tentunya dibutuhkan anggota- anggota yang nantinya bisa diajak bekerjasama dalam mewujudkan program- program yang sudah direncanakan. Anggota yang masuk ke dalam LPM Wahid Hasyim ini tidak ditentukan berapa jumlahnya dalam bentuk angka, namun diambil sesuai dengan kebutuhan dan bahkan ketika sudah dilakukan pelantikan, 69 anggota-anggoa itu bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan kondisi yang ada. Hal ini diungkapkan oleh TY: “Kebutuhan sumberdaya manusia anggota di LPM ini tidak bisa ditentukan berapa jumlahnya, Mbak. Kondisional aja sih. Soalnya kan kadang ada santri yang keluar, ada yang masuk. Jadi sering berubah-ubah.” CW.1.5 Pendapat tersebut serupa dengan IR yang mengatakan bahwa: “Wah kalau menentukan berapa jumlah kebutuhan sumber daya manusianya anggota itu tidak bisa. Soalnya fleksibel sih di sini. Misal ada yang mengundurkan diri, nah itu kita kan harus mencari penggantinya. Terus missal ada yang tidak aktif, kita juga harus mencari gantinya, Mbak.” CW.3.4 Proses perekrutan sumber daya manusia anggota dilakukan dengan cara menurunkan SK secara sepihak oleh pengurus yang sudah dilantik. Hal ini dilakukan atas dasar kerjasama pengurus LPM dan pengurus asama yang telah melakukan penilaian secara tersembuyi kepada calon anggota. Seperti dijelaskan oleh IR: “Kalau perekrutan secara formal itu tidak ada, Mbak. Jadi dari pengurus LPM tanya kepada pengurus asrama-asama, terus nanti yang diajukan oleh pengurus asrama itu siapa aja yang dianggap layak masuk LPM, baru dari pengurus LPM membuatkan SK kepada calon anggota tersebut.” CW.3.5 Selain itu, hal yang sama juga diungkapkan oleh NA: “Nggak ada perekrutan formal itu. Biasanya itu kita tanya-tanya ke pengurus-pengurus asrama, siapa aja yang aktif di pondok, baru nanti kita buat SK untuk calon anggota terseut agar tergabung di LPM.” CW.2.6 Pembuatan job description dalam perekrutan sumber daya manusia anggota dilakukan oleh pengurus. Job description yang dibuat tidaklah muluk- muluk, namun hanya memiliki rasa pengabdian yang tinggi sudah cukup dalam sebuah LPM. Karena pada intinya, semua anggota LPM nanti mengerjakan hal