Faktor Penghambat Perencanaan Program dan Sumber Daya Manusia di

88 a. Pendekatan perencanaan Inside-Out dan Perencanaan Inside-In Perencanaan inside-out adalah perencanaan yang memfokuskan pada apa yang telah dilakukan namun terus mengusahakan untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan. Perencanaan ini bertujuan untuk menjadikan organisasi lebih efektif dan membantu pemanfaatan sumberdaya dengan baik. Sementara itu, perencanaan outside-in mencoba menganalisis lingkungan eksternal dan membuat perencanaan untuk mengeksploitasi kesempatan-kesempatan dan meminimisasi permasalahan yang terjadi. b. Pendekatan Perencanaan Top-Down dan Perencanaan Bottom-Up Pada perencanaan top-down planning, pimpinan menentukan tujuan secara luas dan kemudian memperbolehkan anggotanya untuk membuat perencanaan dengan menggunakan batas tersebut. Perencanaan bottom-up planning, memulai dengan merencanakan yang dikembangkan pada tingkatan yang lebih bawah tanpa adanya batasan. c. Pendekatan Perencanaan Contingency Perencanaan contingency meliputi perencanaan alternatif-alternatif yang menyebabkan tindakan yang dapat diimplementasikan dan saat perencanaan orisinil tidak sesuai karena perubahan keadaan. Fokus utama pendekatan ini adalah menentukan lebih awal kemungkinan perubahan pada peristiwa masa yang akan datang yang dapat berakibat bagi perencanaan yang sedang dijalankan. Adapun model yang digunakan dalam perencanaan sumber daya manusia, Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim lebih menggunakan caranya sendiri atau menggunakan teknik nonilmiah, yaitu menggunakan asas sami’naa wa atho’naa yang berlaku di Yayasan. Hal tersebut senada dengan pendapat dari Veithzal Rivai 2010: 70. Beliau mengungkapkan bahwa “Ada dua teknik dalam perencanaan sumber daya manusia, yaitu secara ilmiah dan nonilmiah. Teknik ilmiah diartikan bahwa perencanaan sumber daya manusia dilakukan atas hasil analisis dan data, informasi dan peramalan-peramalan serta perencanaan yang baik. Pada teknik ini, data dan informasinya harus akurat, serta analisis yang baik dan benar. Sedangkan teknik nonilmiah diartikan bahwa perencanaan sumber daya manusia hanya didasarkan atas pengalaman, imajinasi dan perkiraan- perkiraan perencanannya saja. Perencanaan semacam ini resikonya cukup besar, misalnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi maupun lembaga.” 89 Hal ini juga dibuktikan dengan keputusan sepihak dari Yayasan yang dilakukan dengan cara penurunan SK kepada calon pengurus Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim. 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Proses perencanaan program di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim dilakukan dengan cara koordinasi antar pengurus dan kurang melibatkan anggota, sedangkan proses perencanaan sumber daya manusia terutama dalam pemilihan Ketua di LPM Lembaga Pengabdian Masyarakat Wahid Hasyim dilakukan dengan menggunakan sistem tunjuk dan sudah ditentukan oleh atasan. 2. Faktor penghambat dalam proses perencanaan program di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim adalah kurangnya koordinasi dan komunikasi di setiap divisi yang ada di lembaga tersebut. Sedangkan, faktor penghambat dalam proses perencanaan sumber daya manusia di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim adalah adanya anggota-anggota yang lebih mementingkan kepentingan di luar lembaga yang mengakibatkan sulitnya koordinasi dan komunikasi antara pengurus dan anggota. 3. Faktor pendukung dalam proses perencanaan program di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim adalah dana serta sumber daya manusia yang mumpuni. Keduanya harus saling mendukung guna terwujudnya program kerja yang telah direncanakan. Sedangkan faktor pendukung dalam proses perencanaan sumber daya manusia juga adalah dana dan sumber daya manusia yang ada masih sedikit. Fungsi dana di sini adalah