Proses Perencanaan Program dan Sumber daya Manusia Lembaga

69 anggota-anggoa itu bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan kondisi yang ada. Hal ini diungkapkan oleh TY: “Kebutuhan sumberdaya manusia anggota di LPM ini tidak bisa ditentukan berapa jumlahnya, Mbak. Kondisional aja sih. Soalnya kan kadang ada santri yang keluar, ada yang masuk. Jadi sering berubah-ubah.” CW.1.5 Pendapat tersebut serupa dengan IR yang mengatakan bahwa: “Wah kalau menentukan berapa jumlah kebutuhan sumber daya manusianya anggota itu tidak bisa. Soalnya fleksibel sih di sini. Misal ada yang mengundurkan diri, nah itu kita kan harus mencari penggantinya. Terus missal ada yang tidak aktif, kita juga harus mencari gantinya, Mbak.” CW.3.4 Proses perekrutan sumber daya manusia anggota dilakukan dengan cara menurunkan SK secara sepihak oleh pengurus yang sudah dilantik. Hal ini dilakukan atas dasar kerjasama pengurus LPM dan pengurus asama yang telah melakukan penilaian secara tersembuyi kepada calon anggota. Seperti dijelaskan oleh IR: “Kalau perekrutan secara formal itu tidak ada, Mbak. Jadi dari pengurus LPM tanya kepada pengurus asrama-asama, terus nanti yang diajukan oleh pengurus asrama itu siapa aja yang dianggap layak masuk LPM, baru dari pengurus LPM membuatkan SK kepada calon anggota tersebut.” CW.3.5 Selain itu, hal yang sama juga diungkapkan oleh NA: “Nggak ada perekrutan formal itu. Biasanya itu kita tanya-tanya ke pengurus-pengurus asrama, siapa aja yang aktif di pondok, baru nanti kita buat SK untuk calon anggota terseut agar tergabung di LPM.” CW.2.6 Pembuatan job description dalam perekrutan sumber daya manusia anggota dilakukan oleh pengurus. Job description yang dibuat tidaklah muluk- muluk, namun hanya memiliki rasa pengabdian yang tinggi sudah cukup dalam sebuah LPM. Karena pada intinya, semua anggota LPM nanti mengerjakan hal 70 yang sama dan saling bekerjasama satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh TY: “Job description itu pasti ada. Tapi tidak muluk-muluk seperti lembaga- lembaga di luar sana, yang penting SDMnya itu punya prinsip pengabdian yang tinggi. Karena nanti kalau udah masuk di LPM akan mengerajakan hal yang sama dan saling membantu. Biar semuanya itu bisa.” CW.1.7 Hal ini diperjelas oleh NA: “Semua anggota yang ada di LPM itu nanti melakukan pekerjaan yang sama dan saling membantu, Mbak. Jadi ya job descriptonnya tidak seperti yang Mbak bayangkan kayak di lembga-lembaga luar sana. Diharapkan dari semua anggota LPM itu bisa mengerjakan semua yang ada di LPM. Biar kompak.” CW.2.7 Adapun cara rekrutmen yang dilakukan di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim sudah sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada di pondok pesantren Wahid Hasyim. Hal ini sesuai dengan penuturan TY sebagai berikut: “Menurut saya itu sudah. Karena kan semuanya ditunjuk, jadi mau tidak mau yang harus mau menerima keputusan atasan. Karena pada dasarnya adalah sami’na wa atho’na.” CW.1.8 Hal ini juga diperkuat oleh NA: “Ya, mau gimana lagi Mbak, karena kita manut keputusan dari atasan. Kalau atasan udah memutuskan berarti ya bawahan tinggal mengikuti dan otomatis ya sesuai dengan kondisi sumber daya manusianya kalau seperti itu.” CW.2.8 Setelah diadakan rekrutmen, tentunya ada proses seleksi. Berhubung cara rekrutmennya seperti yang dipaparkan oleh kedua narasumber tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada proses seleksi yang ketat untuk dapat masuk ke dalam Lembaga Pengabdian Masyrakat LPM Wahid Hasyim, karena 71 hal ini didasarkan pada asas sami’na wa atho’na yang berlaku di lembaga tersebut. Adapun untuk persyaratan kualifikasi akademik maupun kompetensi dalam seleksi tersebut tidak begitu diperhatikan. Hal ini didasarkan pada penuturan TY sebagai berikut: “Untuk kualifikasi akademik dan kompetensi sendiri itu tidak ada. Yang penting sama-sama mengabdi dan dirasa mampu dan mau bekerjasama dengan tim.” CW.1.9 Sementara itu, IR juga menyampaikan bahwa: “Kalau kualifikasi akademik dan kompetensi sendiri itu tidak ada, Mbak. Karena di sini itu tujuannya untuk melatih anggotaa-anggotanya dalam terjun ke masyarakat. Jadi siapa yang ditunjuk, siap atau tidak siap ya harus siap.” CW.3.8 Sementara itu, cara penempatan sumber daya manusia di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim sama seperti proses rekrutmennya, yaitu ditentukan oleh atasan. Berdasarkan pemapara tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan program dilaksanakan dengan rapat koordinasi dan perencanaan sumber daya manusianya dilakukan langsung oleh atasan dengan cara penurunan SK kepada yang bersangkutan.

2. Faktor Penghambat Perencanaan Program dan Sumberdaya Manusia

Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim Perencanaan suatu program belum tentu bisa berjalan sesuai dengan harapan yang diharapkan oleh semua pengurus, yang mana terdapat beberapa faktor penghambat dalam proses perencanaan program di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim, yaitu kurangnya koordinasi dan komunikasi di setiap divisi yang ada di lembaga. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber 72 daya manusia anggota yang mementingkan kepentingan di luar LPM. Hal ini disampaikan oleh TY sebagai berikut: “Di manapun tempatnya rata-rata sama mbak faktor penghambatnya, saya yakin itu. Yaitu koordinasi antara pengurus dan anggota.” CW.1.12 Sedangkan IR menyampaikan bahwa: “Kalau saya rasa faktor penghambatnya itu karena para anggota banyak yang ikut organisasi di luar lembaga ini, Mbak. Jadi ya sulit kalau mau rapat-rapat gitu.” CW.3.11 Dalam sebuah organisasi tentunya ada faktor penghambat dalam menjalankan suatu perencanaannya. Faktor penghambat dalam sebuah perencanaan sumber daya manusia di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim adalah adanya anggota-anggota yang lebih mementingkan kepentingan luar lembaga yang mengakibatkan sulitnya koordinasi dan komunikasi antara pengurus dan anggota. Hal ini disampaikan oleh TY sebagai berikut: “Ya kendala itu pasti ada. Soalnya kebanyakan anggota sering mementingkan aktifitas di luar lembaga. Jadi sulit untuk rapat koordinasi dan komunikasi juga terhambat.” CW.1.13 Hal ini juga disampaikan oleh NA: “Kendalanya ya seperti biasa pada umumnya, Mbak. Koordinasi dan komunikasi.” CW.2.15 Adapun solusi untuk menghadapi hal tersebut, pengurus menerjunkan tim- tim khusus sesepuh untuk ikut andil dalam menangani kendala tersebut. Karena, dengan adanya tim-tim khusus ini diharapkan mampu mengembalikan kondisi 73 semula agar kegiatan dapat berjalan dengan efektif. Hal ini sampaikan oleh TY sebagai berikut: “Untuk menghadapi kendala tersebut, biasanya pengurus angkat tangan dan langsung diserahkan ke tim-tim khusus sesepuh orang yang paling berpengaruh. Soalnya aggota-anggota itu akan lebih manut kalau tim-tim khsus udah turun tangan, Mbak.” CW.1.14 Sejalan dengan penuturan IR: “Biasanya itu kalau masalahnya seperti itu Mbak, kami langsung menyerahkan ke tim khusus. Mereka lebih nurut kalau sama tim khusus. Dan emang harus ada yang ditakuti sih Mbak agar lembaga bisa berjalan.” CW.3.13 3. Faktor Pendukung Perencanaan Program dan Sumberdaya Manusia Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim Perencanaan program suatu lembaga juga perlu didukung dengan beberapa faktor pendukung dalam proses perencanaan program di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim, yang meliputi dana dan sumber daya manusia yang mumpuni. Keduanya harus saling mendukung guna terwujudnya program kerja yang telah direncanakan. Pernyataan ini berdasarkan penuturan dari TY sebagai berikut: “Kalau faktor pendukung, yang utama adalah dana, Mbak. Soalnya kalau tidak ada dana, program yang sudah direncanakan tidak bisa berjalan. Dan yang kedua adalah sumber daya manusianya. Ada dana tapi kalau tidak ada sumberdaya manusianya kan sama aja, Mbak.” CW.1.15 Penuturan tersebut sejalan dengan NA, yaitu: “Ya Mbak tau sendiri lah kalau itu. Nomor satu pasti dana, Mbak. Karena kalau tidak ada dana, gimana program bisa terlaksana? Terus sumber daya manusia juga mendukung Mbak untuk mengelola keuangan agar dana bisa cukup dan sesuai dengan program yang sudah direncanakan.” CW.2.16 74 Adapun faktor pendukung dalam proses perencanaan sumber daya manusia adalah dana dan sumber daya manusia yang ada. Fungsi dana di sini adalah untuk melancarkan komunikasi antara pengurus dan anggota. Hal ini disesuaikan dengan kondisi saat ini, yaitu semua serba menggunakan teknologi. Adapun fungsi sumber daya manusia di sini adalah sebagai perencana yang dapat menentukan arah lembaga tersebut akan dibawa ke mana. Hal ini sesuai disampaikan oleh TY: “Kalau faktor pendukung dalam perencanaan sumber daya manusia itu juga sama kayak tadi paada perencanaan program. Kalau di sini kan semua serba teknologi, dan kalau gak ada dananya juga tidak bisa digunakan. Misalkan untuk beli pulsa buat koordinasi meskipun tidak tiap bulan dapat kan lumayan juga buat nambah-nambahi.” CW.1.16 Sedangkan NA menuturkan: “Faktor pendukung dalam perencanaan sumber daya manusia tentunya ada sumber daya manusianya itu sendiri mbak. Maksudnya ada pengurus dan atasan yang saling bekerjasama untuk mencari anggota-anggota agar lembaga bisa berjalan.” CW.2.18

C. Pembahasan

1. Proses Perencanaan Program dan Sumberdaya Manusia di Lembaga

Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim Perencanaan merupakan titik awal dari sebuah pelaksanaan program. Perencanaan adalah suatu proses penentuan tindakan untuk mencapai tujuan. Menurut Richard L. Daft 2013: 7, perencanaan berarti mengidentifikasi berbagai tujuan untuk kinerja organisasi di masa mendatang serta memutuskan tugas dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Dengan kata lain, 75 perencanaan menentukan posisi organisasi di masa mendatang dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan program merupakan kegiatan yang berdasarkan intelegensi, suatu proses yang rasional, dengan menggunakan fakta masa lalu dan dugaan masa depan untuk menggambarkan masa yang akan datang. Sri Wilujeng 2007: 60 mengungkapkan bahwa perencanaan program yang dibuat harus memenuhi persyaratan: faktual dan realistik, logis dan rasional, fleksibel, kontinuitas dan dialektis. Sedangkan Yayat M. Herujito 2006: 95 mengemukakan bahwa perencanaan program memuat: 1 suatu ikhtisar program untuk menentukan volume pekerjaan yang harus dilakukan, 2 inventarisasi sumber-sumber yang ada dan bahan yang bisa digunakan dalam mengerjakan program itu, seperti anggaran, pegawai, organisasi, iklim dan situasi sekitar program, 3 penentuan prosedur yang diperlukan, dan 4 penentuan struktur organisasi yang diperlukan untuk mendapatkan efisiensi yang sebesar-besarnya, jabatan yang harus mengerjakannya dan fase-fase program itu. Proses perencanaan program di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim adalah dengan cara mengadakan rapat koordinasi. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan program yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar LPM Wahid Hasyim. Perencanaan pada dasarnya memiliki 3 ciri, seperti yang diungkapkan oleh Fremont E. Kast 1961: 686 sebagai berikut: Pertama, ia harus mengenai masa depan. Kedua, ia harus menyangkut tindakan. Ketiga, ada unsur identifikasi atau penyebab pribadi atau organisasi.