Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 setempat. Dalam program pengabdian masyarakat ini, lembaga dapat melakukan
berbagai tindakan, diantaranya adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membebaskan diri dari kebodohan, membantu masyarakat
untuk bisa hidup berorganisasi, dan memanfaatkan prasarana sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat tersebut agar dapat mengurangi permasalahan sosial-
ekonomi yang dihadapi. Di sinilah organisasi atau lembaga telah mengangkat pendidikan nonformal sebagai pelengkap dan berkaitan dengan upaya memperluas
fungsi organisasi atau lembaga untuk menjangkau kebutuhan dan perubahan masyarakat yang selalu dinamis.
Berdasarkan landasan tersebut di atas, maka untuk mengadakan suatu program pengabdian di masyarakat, sejak awal perlu diadakan acuan konsep-
konsep utama yang terkait dengan masyarakat, metode dan teori analisa kebutuhan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian,
program yang diadakan dapat mencegah penyimpangan, kekurangan, dan kekacauan dalam penyelenggaraan program pengembangan menuju perubahan,
seraya mengatasi ketertinggalan di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya sumberdaya manusia yang dapat membantu proses
tersebut agar mencapai tujuan yang diharapkan serta sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
Sumber daya manusia merupakan kunci utama dalam perencanaan suatu program, karena sumberdaya manusia yang rendah menjadikan suatu lembaga
kurang profesional dalam merencanakan apalagi melaksanakan suatu program kerja, yang kemudian berdampak pada rendahnya kualitas lembaga tersebut
6 karena secara tidak langsung mereka hanya mengutamakan kuantitas saja. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah perencanaan baik perencanaan program maupun perencanaan sumber daya manusianya yang baik demi mencapai tujuan yang
diharapkan dari organisasi atau lembaga tersebut. Menurut Donni Juni Priansa 2014: 50, secara sistematis tujuan diadakannya perencanaan sumber daya
manusia adalah untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan tentang sumber daya manusia yang ada dan dibutuhkan oleh organisasi.
Menurut Bakri 2006 dalam Mohammad Ali 2008: 43, di era globalisasi ini, manusia seolah telah menjadi komunitas yang saling mempengaruhi satu
dengan yang lain. Kehidupan global menuntut penguasaan teknologi informasi yang merupakan faktor penting bagi eksistensinya. Kondisi ini akhirnya
berdampak juga pada sistem kehidupan yang mengutamakan pola kehidupan atas dasar prinsip interdependensi. Agar masyarakat memiliki peran penting dalam
konteks ini, organisasi atau lembaga harus mampu menanamkan nilai-nilai kepada seluruh lapisan masyarakat agar memiliki sikap hidup yang toleran, saling
mempercayai, sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan untuk hidup dalam berbagai bentuk pluralitas kehidupan.
Perencanaan sumber daya manusia mencakup perencanaan dan peramalan fugsi-fungsi anggota di suatu lembaga yang sekarang ke masa yang akan datang.
Menurut Moekijat 1989: 5, menyusun suatu “rencana-orang” mencakup mengetahui sebelumnya pola-pola organisasi dan lingkungan lembaga yang akan
datang, kemudian menghubungkan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan kondisi ini. Selama usaha merencanakan sumber daya manusia, baik faktor-faktor
7 internal maupun faktor-faktor eksternal harus benar-benar dipertimbangkan.
Dalam fungsi perencanaan sumber daya manusia ditentukan baik jumlah maupun jenis anggota yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga.
Riset merupakan bagian fungsi yang penting, karena perencanaan memerlukan pengumpulan dan analisis informasi untuk memperkirakan persedian dan
kebutuhan sumber daya manusia yang akan datang. Apabila kebutuhan akan pekerjaan organisasi telah ditentukan, maka strategi-strategi untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang diperlukan dapat direncanakan. Organisasi atau lembaga memerlukan perencanaan sumber daya manusia
yang baik untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia
menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Sumber daya manusia merupakan sumber daya dasar dan kunci dari semua sumberdaya
organisasi. Sumber daya manusia juga sebagai penentu keberhasilan organisasai atau lembaga dalam mencapai tujuan dan keunggulan kompetitif dalam bersaing.
Sumber daya yang lain akan berfungsi jika organisasi atau lembaga mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, pengetahuan yang luas, keterampilan dan
kompetensi yang memadai serta etos dan motivasi kerja yang tinggi, yang nantinya dapat membawa organisasi atau lembaga pada puncak pencapaian yang
diharapkan. Seiring perkembangan teknologi saat ini, dapat mengubah bahkan menghapus fungsi maupun sifat jabatan anggota dalam organisasi atau lembaga.
Selain mengubah sifat jabatan-jabatan dan menghapuskan beberapa di antaranya, teknologi sering mengakibatkan tuntutan akan jabatan-jabatan baru yang sifatnya
8 sangat khusus. Perencanaan sumberdaya manusia yang tepat akan mendorong
organisasi menjadi lebih efektif dan efisien dalam manajemen sumber daya manusianya sehingga memungkinkan organisasi atau lembaga memiliki daya
saing dan mampu berkompetisi di era persaingan yang semakin kompetitif ini. Sejumlah keuntungan yang akan diperoleh jika organisasi atau lembaga
mampu melaksanakan perencanaan sumber daya manusia dengan baik sangat banyak sekali. Donni Juni Priansa 2014: 48 mengatakan bahwa keuntungan
dalam proses perenanaan sumber daya manusia yang baik antara lain: pertama, organisasi dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang saat ini ada di dalam
organisasi dengan lebih optimal; kedua, organisasi dapat memfokuskan pada peningkatan kinerja dan produktivitas kerja anggota; ketiga, penetuan kebutuhan
sumber daya manusia dapat dilakukan dengan lebih mudah; dan yang keempat, tersedianya informasi dan data yang memadai tentang kebutuhan sumber daya
manusia. Berdasarkan penjelasan di atas, pada hakikatnya perencanaan adalah
pemilihan keputusan terhadap kondisi masa depan yang dikehendaki untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti
model perencanaan seperti apa yang digunakan dalam perencanaan program maupun sumberdaya, bagaimana prosesnya serta kendala yang dihadapi selama
proses perencanaan tersebut di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim Yogyakarta. Karena, di lapangan peneliti menemukan permasalahan
bahwa ada beberapa program yang dilaksanakan tanpa adanya perencanaan dengan semua anggota Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim
9 sebelumnya. Hal ini dikarenakan proses perekrutan anggota tidak dilakukan
dengan seleksi, melainkan ditunjuk atas dasar asas sami’na wa atho’na. Sehingga, keberadaan anggota kurang berfungsi secara maksimal. Maka dari itu banyak
sumber daya manusia yang tidak kompeten di bidangnya serta mayoritas dari anggota Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim pasif dalam
mengungkapkan ide pada proses perencanaan hingga pelaksanannya. Selain itu, yang menjadi keluhan dari beberapa anggota yang aktif dan
kritis adalah keputusan sepihak dari pengurus dengan alasan sudah disetujui oleh pimpinan atau program itu berjalan atas perintah dari pimpinan. Padahal,
memutuskan suatu gagasan merupakan bagian dari perencanaan agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Namun, di Lembaga Pengabdian Masyarakat
LPM Wahid Hasyim kurang memperhatikan hal tersebut karena kurangnya wawasan tentang perencanaan program dan sumber daya manusia oleh pengurus.
Memunculkan ide-ide baru dari anggota pada hakikatnya perlu ditanamkan sebagai sikap menghargai pendapat anggota lain, meskipun pendapat tersebut
kurang sesuai. Menghargai pendapat orang lain pada hakikatnya akan memunculkan keberanian untuk mengutarakan pendapat setiap anggota di
lembaga tersebut. Dari situlah akan ditemukan ide-ide baru sebagai wujud dari ikhtiar bersama untuk mencari kebenaran-kebenaran baru yang relevan dan
realistis dengan kebutuhan masyarakat. Hal lain yang peneliti temukan di lapangan adalah double jobs pada beberapa anggota. Hal ini terjadi dengan alasan
pengurus tidak banyak mengenal anggota-anggota lain yang belum pernah berkontribusi karena belum ada mandat untuk anggota lain. Padahal, pengurus
10 belum mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh anggota yang belum pernah
berkontribusi tersebut. Permasalahan yang lain adalah, masuknya anggota pada Lembaga
Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim hanya formalitas untuk memenuhi kuota semata. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari beberapa anggota ketika
ada program yang sedang berjalan tetapi mereka tidak dilibatkan karena tidak ada pemberitahuan bahwa akan dilaksanakan program tersebut. Dari permasalahan ini
dapat diketahui bahwa pengurus di Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim belum mengetahui urgensi perencanaan sumber daya manusia
demi berjalannya organisasi atau lembaga yang dinaungi. Banyak sekali santri mahasiswa yang berada di Yayasan Pondok Pesantren
Wahid Hasyim pada saat ini. Mereka lebih memilih tinggal di pesantren dikarenakan orang tuanya banyak yang belum sepenuhnya percaya kepada
anaknya untuk kost sendiri. Santri mahasiswa ini sangat bervariatif, ada yang aktif, biasa saja dan bahkan belum mengenal organisasi sama sekali. Jikalau santri
tersebut aktif, mereka pasti tertarik dengan organisasi yang ada di kampus. Akan tetapi, pihak pesantren tidak memperbolehkan santrinya ikut organisasi kampus.
Hal ini terjadi dengan alasan di pesantren sudah disediakan lembaga-lembaga yang bisa diikuti oleh santri untuk menuangkan ide-ide kretifnya sesuai dengan
bakat dan minatnya. Akan tetapi, fakta di lapangan sangat terbalik. Pengurus lembaga akan memilih santri-santri yang diharapkan bisa ikut
berkontribusi di lembaga atas dasar foto-foto yang dilihat dalam formulir pendaftaran mereka. Setelah itu, pengurus akan menerbitkan SK kepada yang
11 bersangkutan dengan alasan adanya slogan “santri iku kudu ngaji lan ngabdi”.
Jadi, santri yang bersangkutan harus menjalankan tugas tersebut meskipun tidak mengetahui seluk beluk lembaga yang menunjuknya. Akhirnya, banyak lembaga-
lembaga yang diisi dengan sumber daya manusia yang kurang kompeten bahkan hanya ikut-ikutan saja. Padahal, itu bukan sebuah perencanaan yang baik dalam
sebuah organisasi jikalau menghendaki hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan lembaga tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu permasalahan di
Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Wahid Hasyim.