Bahasa Jawa Nembang Nilai-nilai yang terkandung dalam Kegiatan Ekstrakurikuler a.

86 Islam. adapun syair-syair karawitan juga banyak mengandung unsur nasihat-nasihat agama. 5 Nilai Demokrasi : Karawitan juga mengandung unsur demokratis yakni berkaitan dengan peranan setiap alat musik gamelan, contoh kendhang sebagai pemimpin dan pengendali disini terdapat peran pengaturan yang dianalogikan sebagai eksekutif. Sementara gong sebagai tanda pemberhentian atau pengawasan terhadap jalannya permainan yang dianalogikan sebagai yudikatif. Sedangkan kenong adalah legislatif yang mewakili perangkat lainnya. 6 Nilai Sosial : Pada seni karawitan, kandungan nilai sosial dapat kita lihat pada kerjasama dan toleransi antar pemain yang berusaha menyatukan berbagai jenis alat musik dengan saling mengikuti aturan yang ada secara bersama-sama. 7 Nilai Psikologis : Melalui keindahan dan kehalusan seni suara dalam Karawitan mampu mendidik rasa keindahan seseorang yang memungkinkannya tumbuhnya kesadaran pada nilai sosial, moral dan spiritual, orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapanya halus, tingkah laku lebih sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing- gendhing.

b. Bahasa Jawa

Terkandung nilai integritas, nilai toleransi, nilai kesantunan, dan nilai kerendahan hati. Bahasa Jawa merupakan salah satu warisan budaya 87 yang harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak, dapat terkikis oleh bahasa dari kebudayaan lain. Selain itu, bahasa Jawa merupakan bahasa yang menyiratkan budi pekerti luhur atau merupakan cerminan dari tata krama. Nilai lain yang terkandung dalam bahasa Jawa, yaitu: 1 Nilai Estetika : Bahasa Jawa terbagi menjadi Krama dan Ngoko. Berikut ini adalah pembagian unggah ungguhin basa. Basa Ngoko: Ngoko lugu dan Ngoko Andhap; Basa Madya : Madya Ngoko, Madya Krama, Madyantara; Basa Krama: Mudha Krarna, Kramantara, Wredha Krama, Krama Inggil, Krama Desa, Basa Kedathon. 2 Nilai Historis : Unggah ungguhing basa merupakan alat untuk menciptakan jarak sosial, namun di sisi lain juga merupakan produk dari kehidupan sosial. 3 Nilai Budaya : Penggunaan Basa Ngoko Krama dalam masyarakat Jawa adalah Basa Krama dan Ngoko digunakan sebagai norma pergaulan di masyarakat, tataran bahasa Jawa dipakai sebagai tata unggah ungguh, penggunaan basa krama berfungsi sebagai alat untuk menyatakan hormat dan kekerabatan, dan sebagai pengatur jarak sosial

c. Nembang

Terkandung nilai kesusilaan, nilai kesopanan, nilai kesantunan, nilai kesabaran, nilai kerendahan hati dan nilai toleransi. Dalam tradisi sastra Jawa, buku-buku tentang tembang pada umumnya berisi ajaran moral atau tuntunan budi pekerti yang luhur. Inti di dalam lirik tembang 88 mengajarkan bahwa manusia sudah sepantasnya berbuat baik terhadap alam, binatang, tumbuhan, bahkan terhadap manusia lain. Terhadap sesama manusia pun, hendaknya kita bersikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua dan tidak ada salahnya kepada orang yang lebih muda. Kemudian adanya sikap saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain, baik terhadap teman sendiri, guru, kepala sekolah maupun warga sekolah lainnya. Nilai-nilai yang terkandung pada nembang sarat dengan nilai-nilai moral yang sangat penting bagi pembentukan karakter bangsa. Nilai-nilai budi pekerti luhur yang terkandung dalam tembang-tembang Jawa sangat urgen untuk disosialisasikan kepada generasi muda karena generasi muda pada milenium ketiga ini sudah tidak banyak lagi yang mengenal, mencintai, dan memahaminya. Nilai-nilai budi pekerti tersebut bersifat dikotomis antara perbuatan baik dan tidak baik, perbuatan yang diperbolehkan dan tindakan yang dilarang secara moral, perbuatan yang perlu diteladani dan tindakan yang tidak perlu ditiru. Tidak hanya sarat dengan nilai moral, tembang juga mengajarkan bagaimana proses kehidupan manusia diawal hingga kembali kepada Tuhan, karena itu sebagai manusia hendaklah selalu berdoa atas segala cobaan dalam hidup yang mana kesabaran selalu diuji. Nilai lain dalam tembang, yaitu: 1 Nilai Estetika : Terbagi menjadi tiga, tembang macapat, tembang tengahan, dan tembang gedhe. Tembang macapat dibagi menjadi sebelas pupuh, yaitu: maskumambang, mijil, sinom, kinanthi, 89 asmaradhana, gambuh, dhandanggulo, durma, pangkur, megatruh, dan pocung. 2 Nilai Historis : Digunakan sebagai media dakwah para sunan untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Islam. 3 Nilai Budaya : Tembang merupakan warisan leluhur yang sampai sekarang masih di uri-uri, agar tidak hilang dan terlupakan. 4 Nilai Spiritual : Melalui tembang macapat yang isi nya mengajarkan tentang proses kehidupan manusia. Proses bagaimana Tuhan memberikan ruh kepada manusia hingga manusia itu kembali lagi pada-Nya.

d. Tari