128
Anak-anak lebih memilih asyik dengan handphone daripada mengisi waktu istirahat untuk melakukan permainan tradisional. Selain itu ketika
anak-anak ditanya mengenai lagu-lagu daerah nya sendiri meraka hanya sekedar mengetahui judul lagu tanpa mampu untuk menyanyikannya.
Budaya gotong royong juga hampir terkikis, jadwal piket kelas yang seharusnya dilaksanakan secara kelompok sesuai dengan jadwal yang
telah disepakati, pada kenyataannya hanya beberapa siswa saja yang melaksanakannya, itu saja harus dengan bimbingan guru. Siswa sekolah
dasar juga lebih senang mengakses internet daripada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Namun guru juga belum sepenuhnya
menerapkan pembelajaran berbasis budaya karena ada kendala yang dihadapi, dimana guru belum sepenuhnya memahami makna dari
pembelajaran berbasis budaya itu sendiri, selain itu kurangnya media pembelajaran yang ada disekolah. Solusi agar guru mampu menciptakan
kebersamaan dalam
pembelajaran adalah
dengan menerapkan
pembelajaran berbasis budaya.
c. Nilai-Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di SD Taman Muda Ibu
Pawiyatan Tamansiswa
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai-nilai budaya jawa yang diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa
meliputi penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, penerapan sikap sopan santun dan menghormati terhadap semua warga sekolah, berbaris
sebelum masuk kelas dan salim kepada Kepala sekolah dan guru, serta wajib menyanyikan tembang dan lagu nasional. Pada jenjang pendidikan
129
Sekolah Dasar, kebiasaan hidup yang baik dan menyenangkan harus senantiasa diterapkan dan dipupuk sedari dini. Nilai-nilai budaya yang
sudah diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa apabila terus dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat sekolah maka akan
berdampak budi pekerti yang baik bagi siswa. Budi pekerti tersebut dapat diintegrasikan kedalam bentuk nilai-nilai moralitas yang mencakup sopan
santun, religiusitas,
sosialitas, keadilan,
demokrasi, kejujuran,
kemandirian, daya juang, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap lingkungan alam maupun sosial.
Kebudayaan sebagai suatu hal yang dipelajari atau dialami bersama secara sosial oleh suatu anggota masyarakat. Dalam hal ini
manusia tidak hanya ditempatkan sebagai insan yang pasif tetapi mempelajari apa yang ada, selain itu juga sebagai manusia yang aktif,
dimana mengalami bersama secara sosial. Seseorang yang mendapat kebudayaan dari warisan sosial, dan pada gilirannya, mampu membentuk
kebudayaan kembali serta mengenalkan perubahan-perubahan yang nantinya menjadi bagian dari warisan generasi berikutnya.
Budaya Jawa merupakan salah satu budaya terbesar yang diakui keberadaannya. Budaya Jawa sangat kental akan simbolisme. Bentuk-
bentuk simbolisme tersebut sangat dominan dalam segala hal dan segala bidang. Dalam masyarakat Jawa, pendidikan humaniora yang
mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan pernyataan simbolisnya merupakan bagian integral dari sistem budaya sehingga dapat ditemukan
130
macam pendidikan
humaniora sesuai
dengan pengelompokan
masyarakat. Dalam setiap kelompok masyarakat, pendidikan itu diselenggarakan baik secara formal dan informal melalui bentuk
komunikasi sosial. Setiap tatanan serta aturan mengandung nilai dan pesan moral
yang dijadikan rambu- rambu bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat oleh suku Jawa. Salah satunya berupa tradisi lisan yang
berupa nasihat atau ungkapan yang diucapkan orangtua kepada anak. Makna yang terkandung dalam nasihat dan ungkapan orangtua kepada
anaknya dapat dilihat dari segi budi luhur, budi pekerti dan etika. Secara tradisional, budi pekerti mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik
di rumah maupun di sekolah kemudian berlanjut di kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan informal atau pendidikan didalam lingkungan keluarga mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti etika,
tradisi lewat dongeng, tembang, dolanan atau permainan anak-anak yang mencerminkan hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan
lingkungan. Sebagai contoh pertama selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang baik untuk menghormati sesama. Bahasa yang
digunakan seperti Kromo atau bahasa halus yang digunakan oleh seseorang yang lebih muda kepada seseorang yang lebih sepuh atau tua
dan Ngoko atau bahasa biasa yang digunakan oleh seseorang yang muda dengan sebayanya. Contoh kedua yaitu melantunkan tembang sebagai
131
pengantar tidur dengan tujuan penuh permohonan kepada Yang Maha Pencipta.
2. Cara Menanamkan Nilai- Nilai Budaya Jawa Dalam Kegiatan