19
f. Analisis kebijakan.
g. Kebijakan pendidikan pertama-tama ditujukan kepada kebutuhan
peserta didik. h.
Kebijakan pendidikan diarahkan pada terbentuknya masyarakat demokratis.
i. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran misi pendidikan
dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu. j.
Kebijakan pendidikan harus berdasarkan efisiensi. Duncan Macrae Nanang Fattah, 2012: 3 mengartikan analisis
kebijakan sebagai suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan argumentasi
rasional dengan
menggunakan fakta-fakta
untuk menjelaskan, menilai, dan membuahkan pikiran dalam rangka upaya
memecahkan masalah publik. Berdasar atas berbagai pendapat di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu perumusan langkah-langkah yang dijadikan pedoman untuk bertindak yang
berkenaan dengan
masalah-masalah pendidikan
dalam rangka
tercapainya pendidikan yang berkualitas.
B. Pengertian Kebijakan Sekolah
Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan memiliki fungsi dalam menyampaikan ilmu-ilmu dan pengetahuan yang ada. Sekolah
memegang peranan sebagai tempat menuntut ilmu dan belajar. Sebagai lembaga pendidikan formal, keberadaan sekolah dari dan untuk
20
masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat.
Pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti
syarat-syarat yang jelas dan disiplin mulai dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, di dalam melaksanakan tugas
pendidikan tersebut diperlukan pengaturan-pengaturan tertentu yang disebut juga dengan kebijakan sekolah. Sehingga tujuan pendidikan yang
diharapkan oleh stakeholder lembaga pendidikan itu dapat tercapai. Duke dan Canady Syafaruddin, 2008: 118 menjabarkan bahwa
kerjasama dan keputusan oleh individu atau keinginan kelompok dengan kewenangan yang sah dari dewan sekolah, pengawas, administrator
sekolah atau komite sekolah dan tanggung jawab bagi kontrak negosiasi. Thompson Syafaruddin,2008: 135 menjelaskan bahwa suatu
kebijakan sekolah dibuat oleh orang yang terpilih bertanggung jawab untuk membuat kebijakan pendidikan, dewan sekolah unsur lain diberi
kewenangan membuat kebijakan, baik kepala sekolah, pengawas, administrator yang memiliki kewenangan mengelola kebijakan dari
dewan sekolah. Sistem pendidikan sekolah dasar dapat diartikan suatu kesatuan
dari berbagai komponen pendidikan yang saling berhubungan dan bergantung untuk mencapai tujuan. Suharjo 2006: 15 mengemukakan
21
bahwa dalam proses pendidikan di sekolah dasar melibatkan komponen- komponen, yaitu a visi, misi dan tujuan pendidikan, b peserta didik, c
pendidik dan tenaga kependidikan, d kurikulummateri pendidikan, e proses belajar mengajar, f sarana dan prasarana pendidikan, g
manajemen pendidikan di sekolah, dan h lingkungan eksternal. Perlu adanya struktur organisasi yang jelas dalam rangka
melaksanakan tugas kependidikan di sekolah dasar. Secara sederhana struktur organisasi pada sekolah dasar biasanya terdiri dari komponen
utama yaitu kepala sekolah, guru kelas, siswa dan tenaga staff kebersihan. Selain komponen tersebut sekolah juga memiliki hubungan
dengan lingkungan sekitar khususnya dengan orangtua peserta didik dan komite sekolah. Sekolah dengan sumber daya yang cukup biasanya
menambahkan staff tata usaha atau tenaga administrasi. Suharjo 2006: 19 menjelaskan struktur organisasi yang
digunakan pada sekolah dasar di Indonesia ada beberapa macam. Struktur tersebut dikondisikan sesuai dengan karakter dan komponen
yang ada di sekolah tersebut. Berikut alternatif struktur organisasi yang biasa dipergunakan di sekolah dasar :
Kepala Sekolah
Staff TU Tenaga Kebersihan
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Komite Sekolah
22
Gambar 1. Struktur Organisasi SD Suharjo, 2006: 20 Struktur diatas terkandung bagian-bagian dan hubungan antar
bagian yang diatur dengan baik untuk mencapai tujuan. Hubungan dari tiap bagian dibentuk oleh garis lurus dan putus-putus. Garis lurus
menandakan saluran komando atau perintas. Sedangkan garis putus-putus melambangkan hubungan koordinasi. Kepala sekolah mempunyai
wewenang untuk memberikan perintahtugas secara langsung kepada para pendidik, staff TU maupun tenaga kebersihan. Tapi kepala sekolah
tidak memberikan komando pada komite sekolah karena hubungannya hanya bersifat koordinatif.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar terdapat komponen yang penting salah satunya adalah pendidik dan tenaga kependidikan.
Pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam pembentukan dan perkembangan karakter peserta didik
pada tingkat sekolah dasar. Dijelaskan dalam Undang- undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 40 bahwa:
“Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki beberapa kewajiban utama, yaitu: a Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; b Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan;dan c
Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadan
ya”.
Siswa
23
Setelah melakukan beberapa kewajiban tersebut pendidik dan tenaga kependidikan berhak mendapatkan hak-hak yang tertulis dan
diatur dalam undang-undang. Melihat pentingnya peran pendidik di sekolah dasar yang ikut
pembentukan dan perkembangan karakter peserta didik, maka diperlukan kemampuan dan syarat tertentu. Suharjo 2006: 56 mengemukakan
secara umum persyaratan menjadi pendidik sekolah dasar sebagai berikut: a Persyaratan kepribadian artinya seorang pendidik sekolah
dasar memiliki kepribadian yang utuh, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, dan
memiliki komitmen yang tinggi. Selain dijadikan sebagai landasan dalam segala perbuatan pendidik, kepribadian ini juga sebagai contoh bagi
peserta didik. Di sekolah dasar kepribadian pendidik sangat berpengaruh pada pembentukan karakter peserta didik, b Persyaratan jasmani dan
kesehatan artinya dalam berinteraksi secara optimal disekolah diperlukan kondisi kesehatan yang prima baik kesehatan jasmani dan rohani. Hal
tersebut dimaksudkan agar pendidik dapat bekerja secara maksimal dan tidak merugikan peserta didik dari segi kesehatan. Selain itu peran
pendidik sekolah dasar yang sangat besar sebagai wali kelas. Diperlukan kondisi yang baik untuk menjadi pendidik sekolah dasar karena harus
mengampu dan melaksanakan segala kompetensi pengetahuan yang diperlukan peserta didik, c Persyaratan penguasaan kompetensi pendidik
24
sekolah dasar artinya salah satu persyaratan untuk menjadi pendidik sekolah dasar adalah pendidik harus memiliki kompetensi tertentu agar
dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Seorang pendidik dianggap kompeten bila mampu menunjukkan tindakan cerdas yang penuh
tanggung Jawab dalam bidang tersebut, sehingga ia mendapat kepecayaan dari masyarakat.
Ibrahim Bafadal 2009: 9 mengemukakan pentingnya pendidikan dasar dari beberapa perspektif. Dilihat dari perspektif yuridis ada dua
fungsi pendidikan yang didasarkan pada PP No. 28 Tahun 1990 pasal 3 yaitu melalui pendidikan sekolah dasar anak didik dibekali kemampuan
dasar dan sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan ke jenjang berikutnya.
Sedangkan dari perspektif teoritik keberhasilan peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah menengah dan perguruan tinggi sangat ditentukan
oleh keberhasilannya dalam mengikuti pendidikan di sekolah dasar. Melihat dari perspektif global besarnya peranan pendidikan di
sekolah dasar sangat didasari oleh semua negara di dunia dengan semakin meningkatnya investasi pemerintah pada sektor tersebut dari
tahun ke tahun. Berdasarkan beberapa pendapat narasumber di atas dapat
disimpulkan bahwa kebijakan sekolah adalah suatu keputusan dengan kewenangan yang sah dari sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat
25
yang dikelola dengan tujuan pengembangan masing-masing sekolah. Komponen penting dalam pendidikan sekolah dasar diperhatikan secara
mendetail pada kompetensinya untuk meralisasikan tujuan pendidikan nasional serta diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Penerapan budaya pada pendidikan sekolah dasar membantu penanaman nilai luhur budaya bangsa sejak dini pada awal pendidikan peserta didik.
Nilai budaya itu kemudian dikembangkan pada jenjang selanjutnya dan menciptakan rasa cinta pada bangsa.
C. Budaya Jawa