Budaya Sekolah KAJIAN TEORI

56 kehidupan ragawi dan menuju kehidupan jiwa atau spiritualnya; j megatruh adalah gambaran terpisahnya nyawa dari jasad manusia; k pocung adalah gambaran dimana manusia yang tertinggal hanyalah jasad dan dibalut dalam kain kafan menuju liang lahat http:budayasenijawa.wordpress.com . Berdasarkan pendapat narasumber tersebut dapat disimpulkan bahwa tradisi masyarakat Jawa dalam menanamkan nilai budaya yang mengandung ajaran budi pekerti dan norma-norma lainnya kepada generasi selanjutnya tidak hanya melalui tembang dan kegiatan religiusitas saja, namun dapat ditanamkan melalui kesenian wayang, gamelan, tari dan seni rupa. Walaupun ada ungkapan yang saat ini tidak lagi relevan karena kemajuan zaman, namun kearifan ini perlu pula dipakai sebagai model bagi penanaman dan pengembangan budi pekerti luhur atau pendidikan karakter bagi generasi muda. Pendidik dapat memberi tauladan moralitas berkomunikasi di sekolah. Dimana moralitas tersebut berhubungan dengan unggah-ungguh dan sopan santun yang tepat Suwardi Endraswara, 2006: 59.

D. Budaya Sekolah

Aan Komariah dan Cepi Triatna 2008: 45 mengemukakan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan pendidikan, dan perilaku orang di dalamnya. Budaya sekolah menampakkan sifat “unik”, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan 57 aturan, kebiasaan-kebiasaan, upacara, dan lambang yang memberikan corak yang khas kepada sekolah yang bersangkutan. Apa yang ditampilkan oleh setiap sekolah sesungguhnya menggambarkan budaya sekolah yang mempunyai pengaruh mendalam terhadap proses dan cara belajar. Penerapan budaya pada pendidikan diperlukan berbagai strategi. Strategi tersebut digunakan untuk mengimplementasikan budaya Jawa terutama nilai dan budi pekerti yang merupakan kompetensi sikap dan tidak bisa menjadi mata pelajaran. Ajat Sudrajat Darmiyati Zuchdi, 2011: 152, mengatakan bahwa pelaksanaan budaya sekolah untuk membentuk karakter terpuji diorganisasikan dan diterapkan menggunakan strategi sebagai berikut: a permodelan modeling, yaitu pihak sekolah harus memahami pentingnya permodelan bagi peserta didik dalam bersikap di lingkungan sekolahnya, memperlakukan dan melayani orangtua maupun memperlakukan dan melayani peserta didik sendiri. Selain pendidik, orang tua juga memainkan peranan yang sangat penting sebagai model bagi anak-anaknya. Selain itu, masyarakat juga sebagai contoh dan model yang dapat menjadi pendorong keberhasilan para peserta didik dalam menerapkan nilai, norma dan kebiasaan- kebiasaan yang baik, b pengajaran teaching, yaitu pihak sekolah bersama keluarga dan masyarakat harus memberikan perhatian yang serius terhadap pentingnya pembelajaran nilai, norma, dan kebiasaan- kebiasaan yang baik bagi peserta didik. Semua kegiatan harus 58 diorganisasikan secara tepat sesuai dengan karakter yang sedang dibudayakan, c penguatan lingkungan reinforcing, yaitu agar pendidikan karakter dapat berkembang dan berjalan dengan efektif harus didiukung dengan adanya penguatan yang konsisten yaitu dengan dilaksanakan komunikasi secara terus menerus berkaitan dengan nilai, norma, kebiasaan-kebiasaan yang telah menjadi prioritas dan juga memberikan kesempatan peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai tersebut. Penguatan tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan yang mendukung keterlaksanaan pendidikan tersebut atau pemasangan slogan- slogan yang bermuatan nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan baik, majalah dinding dan lain sebagainya. Semua individu memiliki posisi yang sama untuk mengangkat citra melalui performance yang merujuk pada budaya sekolah efektif Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2008: 103. Montago dan Dawson mengartikan bahwa budaya merupakan the way of life, yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa Daryanto, 2015: 1. Deal dan Kennedy mengatakan bahwa budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat Daryanto, 2015: 9. Sharifah menjabarkan bahwa budaya sekolah boleh diartikan sebagai cara hidup sekolah yang meliputi segala perbuatan sekolah diluar dan didalam ruangan yang mencerminkan nilai, kepercayaan dan norma 59 yang bekerjasama sesama warganya, ada yang diwarisi secara turun temurun, ada yang telah dibentuk oleh warga sekolah itu sendiri Daryanto, 2015: 20. Menurut lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat diukur, menjadi ciri budaya sekolah seperti: a tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga sekolah, komite sekolah lainnya dalam berinisiatif, b sejauh mana warga sekolah atau personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif, inovatif, dan berani mengambil resiko, c sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan upaya mewujudkannya Daryanto, 2015: 18. Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif, positif dan profesional.

E. Kegiatan Ekstrakurikuler