120
juga mengajar sekolah lain, jadinya kita ambil pelatih dari luar. Kalau untuk tembang, gurunya juga dari sini, sama tari juga dari
sini ”.
Hal senada juga diungkapkan oleh guru pamong dengan inisial “D”, dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:
“Kendala utama lebih kepada pendanaan dan alat untuk pelaksanaan ekstrakurikuler karawitan. Selain itu, sekolah juga
belum mempunyai sanksi tegas apabila ada siswa yang melanggar program tersebut, serta lemahnya pengawasan yang diberikan
oleh aparat sekolah sehingga sekolah tidak dapat mengontrol satu
persatu siswa pada saat program dilaksanakan”. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor penghambat pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan
Tamansiswa adalah kebiasaan sehari-hari siswa di rumah yang sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa jawa, sehingga siswa
tidak terbiasa berbahasa jawa di lingkungan sekolah, keterbatasan dana sekolah sehingga penyediaan sarana dan prasarana sekolah terbatas,
keterbatasan alat, kurangnya pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler karawitan sehingga sekolah menggunakan pelatih dari luar dengan
menggunakan pendanaan dari sekolah, sekolah belum memiliki sanksi yang tegas, kurangnya kontrol dan pengawasan pada saat program
dilaksanakan.
6. Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis
Budaya Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa
Upaya pihak sekolah dalam mengatasi setiap hambatan pada pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-nilai
121
budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diuraikan dalam wawancara sebagai berikut.
Wakil K epala sekolah dengan insial “M”, menjawab kendala
yang dihadapi melalui wawancara sebagai berikut: “Sekolah melakukan kerjasama dengan seluruh masyarakat
sekolah dan orangtua untuk mensosialisasikan kegiatan yang dicanangkan dalam hal penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD
Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, supaya orangtua turut berperan serta menanamkan nilai-nilai budaya tersebut dirumah.
Sehingga anak tidak canggung lagi dalam mengucapkan bahasa Jawa ketika berada di sekolah. Dalam hal pendanaan sekolah
dapat bekerjasama dengan orangtua siswa dan pemerintah. Akan tetapi pada pelaksanaanya sekolah mengoptimalkan dahulu
kemampuan sekolah baru apabila tidak mampu meminta bantuan
orang tua siswa dan pemerintah”. Guru p
among dengan inisial “E” menjelaskan bahwa: “Kendala utama bagi siswa adalah ketika keseharian siswa tidak
diimbangi dengan penggunaan bahasa jawa, sehingga siswa menjadi canggung dan tidak percaya diri dalam pengucapannya.
Maka dari itu, sekolah mengadakan program dinten sabtu menggunakan bahasa Jawa, hal ini dilakukan untuk mengimbangi
kebiasaan anak-anak yang sering menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Jawa. Dalam hal alat dan pelatih, sekolah
meminjam alat di SMP dan mendatangkan pelatih dari
luar” Hal senada juga diungkapkan oleh guru pamong dengan inisial
“D”, beliau menyatakan bahwa “Sekolah melakukan kerjasama dengan guru, siswa dan orangtua
untuk mensosialisasikan kegiatan penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, melalui
pendidikan berbasis budaya. Hal ini dilakukan supaya orangtua turut berperan serta menanamkan nilai-nilai budaya tersebut
dirumah. Dalam hal pendanaan sekolah bekerjasama dengan pemerintah dan orangtua. Meskipun pada pelasanaannya sekolah
akan mengoptimalkan kemampuannya terlebih dahulu. Apabila dalam kondisi tertentu dan sekolah tidak mampu mengatasi maka
sekolah baru bekerjasama dengan pemerintah dan orangtua
siswa”.
122
Guru among dengan inisial “D” juga mengungkapkan bahwa: “Untuk kendala sarana prasarana sekolah biasanya bekerjasama
dengan SMP, sehingga setiap latihan siswa boleh menggunakan alat-alat yang ada di SMP.Selain itu, untuk masalah gedung
sekolah sedemikian rupa sehingga jadwal pemakaian gedung diatur supaya seluruh kegiatan ekstra dapat meggunakan semua
tanpa terkecuali”. Wakil kepala sekolah dengan inisial “M” menambahkan bahwa:
“Selain yang sudah saya tuturkan di atas, kendala lain yang sekolah hadapi adalah kurangnya kontrol dan pengawasan dari
aparat sekolah, maka dari itu sekolah memberikan kewenangan penuh kepada masing-masing guru kelas untuk mengawasi setiap
kelasnya dan memberikan sanksi tegas bagi yang melanggar”. Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa upaya pihak sekolah dalam mengatasi setiap hambatan pada pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam
penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Sekolah melakukan kerjasama dengan seluruh masyarakat sekolah dan
orangtua untuk mensosialisasikan kegiatan yang dicanangkan dalam hal penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu
Pawiyatan Tamansiswa, supaya orangtua turut berperan serta menanamkan nilai-nilai budaya tersebut dirumah.
b. Diadakannya program menggunakan bahasa Jawa, hal ini dilakukan
untuk mengimbangi kebiasaan anak-anak yang sering menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Jawa.
123
c. Dalam hal pendanaan sekolah bekerjasama dengan pemerintah dan
orangtua supaya program dapat berjalan lancar. d.
Dalam hal alat musik yang digunakan pada saat kegiatan ekstrakurikuler karawitan, sekolah sementara menggunakan alat
musik yang terdapat di SMP, meskipun sekolah juga berupaya mengumpulkan dana untuk pembelian alat itu sendiri.
e. Kurangnya pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler karawitan
diantisipasi oleh sekolah dengan mendatangkan pelatih dari luar, supaya kegiatan ekstrakurikuler karawitan dapat berjalan dengan
optimal dan maksimal. f.
Kurangnya kontrol dan pengawasan dari sekolah pada saat program dilaksanakan, maka dari itu sekolah memberikan tanggung jawab
kepada guru kelas untuk bertanggung jawab kepada masing-masing kelas dan memberikan sanksi tegas bagi siswa yang melanggar.
C. Pembahasan
1. Bentuk Nilai – Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di Sekolah
a. Pendidikan Berbasis Budaya
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendidikan berbasis budaya adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Pada usia sekolah dasar, anak
cenderung meniru atau mencontoh hal-hal yang ada di lingkungan mereka, dimana pada anak sekolah dasar proses inilah yang pertama