131
pergi tanpa ijin,\ dan tidak bisa diperingatkan. Perilaku agresif subjek WD menimbulkan kemarahan pengajar dan guru di sekolah ketika subjek WD
sulit diatur dan menceritakan kisah pribadi kepada pengajar. Perilaku agresif subjek DW menimbulkan kekesalan korban yang menjadi pelampiasan subjek
untuk mencari perhatian seperti santri yang sering dikirimi pesan singkat oleh subjek.
Perilaku agresif subjek juga berdampak pada peniruan perilaku oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini seperti yang dialami oleh subjek RN dan DW
di mana perilaku agresif mereka seperti merendahkan orang lain ditirukan oleh santri yang lain. Santri lain khususnya yang baru masuk di Pondok
Pesantren Al-Ihsan seperti WL dan MR menemukan contoh perilaku pada lingkungan baru. Oleh karena itu, perilaku agresif subjek dikatakan sebagai
model perilaku bagi lingkungannya. Hal ini seperti pendapat Anantasari
2006: 96 bahwa perilaku agresif berdampak sosial dengan dampak yang paling jelas adalah ketika perilaku tersebut menjadi model perilaku ideal yang
kemudian ditiru oleh anak-anak yang lain.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya subjek yang kurang terbuka saat memberikan informasi sehingga membuat pertemuan untuk
wawancara mendalam berbeda-beda disetiap subjeknya. Subjek WD 4X pertemuan, subjek RN 6X pertemuan dan subjek DW membutuhkan 3X
pertemuan wawanncara mendalam untuk mendapatkan informasi yang lengkap.
132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada tiga orang subjek yang berperilaku agresif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor Penyebab Perilaku Agresif
Antecendent
Faktor penyebab ketiga subjek berperilaku agresif adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekat subjek pada masa lampau
dan saat ini serta kepribadian subjek. Jika disimpulkan maka dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Subjek WD yang kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang
tuannya di 6 tahun terakhir ini. b.
Subjek RN tidak mendapatkan perhatian dan contoh yang baik dari seorang ayah karena ayahnya sudah meninggal dunia sejak RN duduk di
bangku kelas VI SD. c.
Subjek DW tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari seorang ayah sejak ayah dan ibunya bercerai.
2. Bentuk Perilaku Agresif
Behavior
Perilaku agresif ketiga subjek bentuk verbal dan non verbal mempunyai frekuensi rata-rata sering dan intensitas rata-rata berat. Perilaku yang paling
menonjol dari masing-masing subjek adalah:
133
a. subjek WD menceritakan kisah pribadi ke banyak orang terutama kepada
pengajar ustadz. b.
Subjek RN sering menyombongkan kemampuan diri. c.
Subjek DW sering mengirim pesan singkat kepada santri lain khususnya santri putra.
Bentuk perilaku agresif antara subjek laki-laki dengan subjek perempuan terdapat perbedaan. Secara garis besar, subjek laki-laki WD dan RN lebih
banyak melakukan perilaku agresif bentuk verbal sedangkan subjek perempuan DW lebih banyak melakukan perilaku agresif non verbal.
3. Dampak Perilaku Agresif
Consequences
Dampak perilaku agresif mengarah pada diri sendiri dan lingkungan. Dampak bagi diri subjek sendiri adalah perasaan puassenang setelah tujuan
dilakukannya perilaku agresif tercapai yakni korban tersakiti. Secara lebih khusus, dampak yang paling dirasakan oleh subjek yaitu:
a. Subjek WD tidak memiliki teman di pondok pesantren.
b. Subjek RN yang sering mendapatkan hukuman hafalan surah dari ustadz.
c. Subjek DW yang menjadi bahan pembicaraan santri lain.
Dampak perilaku agresif subjek kepada lingkungan adalah terjalinnya hubungan sosial yang kurang sehat yakni antara subjek dengan santri lain
seperti dijauhi dan antara subjek dengan pengajar ustadz seperti diperlakukan berbeda dengan santri yang lain, menimbulkan kemarahan dari
korban perilaku agresif subjek, dan menjadi model perilaku bagi santri lain.
134
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari peneliti ini dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Subjek Penelitian
Subjek sebaiknya dilatih untuk mengelola emosi yang baik dengan cara berperilaku asertif, yakni dengan memiliki kepercayan diri yang baik, dapat
mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut, serta berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Selain itu, subjek diharapkan
menyadari besarnya pengorbanan yang sudah dilakukan dari keluarga masing- masing. Subjek juga sebaiknya mengenali potensi yang terdapat dalam dirinya
untuk kemudian dikembangkan agar menjadi kegiatan yang positif dan dapat mengurangi perilaku agresif yang selama ini dilakukan.
2. Bagi Pengurus dan Pengajar Pondok Pesantren Al-Ihsan
Pengurus dan pengajaran ustadz hendaknya mendidik santri dengan disiplin dan tegas. Mendidik santri dengan disiplin dan tegas memungkinkan
santri lebih taat dan patuh kepada pengurus maupun pengajar ustadz di Pondok Pesnatren Al-Ihsan. Selain itu santri mempunyai lebih banyak ruang
untuk mengekspresikan bakat dan minatnya serta menjadikan kehidupan di pondok pesantren lebih harmonis yakni menyangkut hubungan antar santri dan
hubungan antara santri dengan pengajar ustadz. Terkait dengan bakat dan minat
subjek, pengasuh
hendaknya memonitor
dan memfasilitasi
pengembangan potensi diri subjek. Dengan berkembangnya potensi yang