Identifikasi Perilaku Agresif Subjek I : WD
73 Key informan
1 memberikan keterangan: “DW berperilaku agresif kepada santri iya, temen sekolah iya dan pak
ustadzz
juga iya .” Selasa, 27 Januari 2015
Berdasarkan informasi dari kedua
key informan
tersebut, maka dapat diketahui bahwa subjek WD berperilaku agresif di pondok pesantren dan
sekolah. Subjek berperilaku agresif tidak hanya kepada orang yang lebih muda dan seumur tetapi juga kepada orang yang lebih tua seperti pengajar
ustadz
. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa subjek
berperilaku agresif di pondok pesantren dan juga sekolah, baik bentuk verbal maupun non verbal. Bentuk perilaku agresif subjek menurut
key informan
1 adalah sebagai berikut: “Kalau dikasih tahu njawab. Kemarin dinasihati kalau menyalakan air
di kamar mandi jangan sampai luber. Lalu dia diam. Kelihatan kalau dia marah. Waktu itu c
uma njawab “Insya Allah”. Dia kalau dikasih tahu memang tidak menjawab “Iya”, tapi menjawab “Insya Allah”
mas .” Selasa, 27 januari 2015
Key informan
2 memberikan keterangan jika subjek berperilaku agresif verbal.
“Kalau secara verbal, dia sering mencari perhatian ke pengajar dengan menceritakan kisah pribadinya. Kalau bertemu pengajar, bukan masalah
pelajaran yang ditanyakan, malah menceritakan masalah pribadinya. Jadi, semua pemhajar di pondok pesantren ini tahu kisah hidupnya.
Nah, itu tujuannya biar dapat simpati dari banyak orang. Seperti itu setau saya
.” Jumat, 30 Januari 2015
Saat subjek WD menceritakan masalah dengan pengajar
ustadz
yang pernah terjadi, peneliti menemukan subjek berperilaku agresif secara verbal
dengan berkata tidak sopan. Peneliti mengamati subjek WD berkata
74
dengan nada yang sedikit tinggi dan seperti berbicara dengan teman sebayannya padalah subjek sedang berhadapan dengan pengajarnya.
Berdasarkan pemaparan subjek, dapat diketahui bahwa subjek berkata tidak sopan karena kesalahpahaman yang terjadi antara subjek dan pengajar
ustadz
. Pengajar
ustadz
yang yang bemaksud memberi pelajaran kepada subjek agar tidak mengulangi kesalahannya lagi ditangkap berbeda oleh
subjek. Sepemahaman subjek, pengajar
ustadz
mengeluarkannya dari pondok pesantren. Keterangan tujuan pengajar disampaikan
key informan
2 pada saat wawancara:
“Kemarin kita suruh dia pulang dulu seminggu ke rumah neneknya. Setelah seminggu ya dia balik lagi. Kan biar nggak mengulangi
kesalahan tujuannya.” Jumat, 30 Januari 2014 Perilaku tersebut juga peneliti temukan saat pengamatan pada hari
Kamis, 18 Desember 2015 di Pondok Pesaantren Al-Ihsan. Subjek ditegur
oleh salah satu pengurus pondok sehingga subjek mengumpat bahwa
pengurus pondok itu munafik. Atas perilaku yang dilakukanya, WD terlihat puas tetapi WD memandang buruk pengurus pondok itu.
Berdasarkan penuturan subjek pada saat wawancara, peneliti juga
menemukan subjek berperilaku agresif dengan membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di tempat. Subjek yang sebelumnya dikatakan
akan dikeluarkan dari pondok pesantren kemudian diminta untuk kembali lagi mengatakan bahwa pengurus pondok tidak konsekuen dengan
ucapannya. Atas perilaku yang dilakukanya, WD terlihat puas tetapi WD memandang pengurus.
75
Peneliti menglarifikasi kebenaran informasi yang disampaikan oleh subjek WD dengan menanyakan kepada
key informan
1.
Key informan
1 mengatakan:
“Dulu WD pernah di-skors disuruh pulang ke rumah neneknya satu apa dua minggu ya mas aku lupa. Gara-garanya kemarin dulu nglakuin
kesalahan. Habis selesai masa skors ya dia balik lagi ke sini.” Kamis, 1 Februari 2015
Peneliti menyimpulkan bahwa terjadi kesalahpahaman antara subjek WD dengan pengurus pondok pesantren. Subjek WD mengira bahwa
kepulangannya ke rumah nenek WD disebabkan dirinya dikeluarkan dari ponndok pesantren oleh salah satu pengurus pondok. Sementara,
berdasarkan informasi dari
key informan
4, subjek di-skors oleh pengurus karena melakukan kesalahan yang sudah membuat pengajar marah dan tidak
bisa ditolerir, bukan dikeluarkan dari pondok pesantren. Pada lembar observasi pribadi yang diisi oleh subjek pada hari Senin,
15 Desember 2015, subjek mengaku bahwa sering menyoraki santri subjek
karena subjek marah dan kesal dengannya. Setelah menyoraki, subjek mengaku puas, tetapi santri lain menjadi tidak suka kepada subjek. Pada
lembar tersebut, subjek juga mengaku pernah memanggil santri lain dengan
nama yang tidak disukai. Subjek memanggil santri itu dengan nama orang
tuanya. Setelah itu, subjek mengaku senang, tetapi santri itu menjadi tidak suka kepada subjek.
Selain perilaku agresif bentuk verbal, subjek juga melakukan perilaku agresif bentuk non verbal.
Key informan
memberikan keterangan terkait
76
perilaku agresif bentuk non verbal yang dilakukan oleh subjek.
Key informan
1 mengatakan: “Secara perilaku non verbal, kalau lagi di kelas ada temannya lewat
dan nyenggol badannya, subjek langsung memukul temannya itu. Begitu juga yang terjadi dulu kelas VII semester II. Teman yang
sebangku dengannya pasti nggak betah, mas. Sampai-sampai saya bilang ke siswa-
siswa “Yang duduk sama WD harus bergiliran”. Kan dulu di kelas tiap hari duduknya aku suruh untuk muter, jadi nggak
stagnan di meja yang sama. Nah, teman-temannya dia nggak ada yang mau sebangku sama dia.” Selasa, 27 januari 2015
Lanjut
key informan
2: “Saya tahu kalo di sekolah dia juga tidak ada yang mau dekat. Siswa-
siswa yang lain tidak mau duduk sama dia soalnya suka diusilin sama dia. Kalau ngerjain tugas atau pekerjaan yang lain pasti ditutupi. Kalau
yang anaknya berani yaa...membalas. Nah kalau yang pendiem kan cuma diem aja, terus nangis. Itu ssaya dapat info dulu dari santri lain
yang satu sekolah sama subjek.
” Jumat, 30 Januari 2015 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
key informan
2, peneliti menemukan subjek berperilaku agresif dengan membalas teman yang
menyenggol badan subjek dan sekadar usil. Selain itu, kepada siswa yang lain, subjek selalu menutupi pekerjaannya. Perilaku agresif lain yang
dilakukan oleh subjek adalah menjahili siswa lain. Hal tersebut diceritakan
oleh
key informan
1 yang juga teman sekelas subjek: “Ada itu yang satu kelas waktu kelas VII, namanya JR. Pernah dia
dikerjain sama subjek. Jadi subjek memakai sepeda JR. JR disuruh lari di belakangnya. Padahal JR itu asma kayaknya mas. Paginya aku
panggil, katanya biar JR
latihan lari, mau diajak lomba lari, begitu.” Selasa, 27 Januari 2015
Key informan
1 juga menjelaskan kepada peneliti bahwa subjek pernah terlibat perkelahian dengan siswa MTs yang lain.
77
“Pernah mas. Dulu berkelahi kelas VIII B namannya Oyel dan sampai kena poin 45 kalo gak salah
. Terus masuk BK.” Selasa, 27 Januari 2015
Subjek WD juga menceritakan kepada peneliti dalam wawancara bahwa dirinya menantang adik kelasnya berkelahi.
“Dulu aku ngajakin berantem adik kelasku lho, namannya Oyel. Jadi temennya Oyel yang suka nanya-nanyain atau nyampein pertanyaannya
Oyel ke aku itu punya temen. Nah dia punya temen. Temennya itu yang tak tantang aja, tak ajak
single
. Tapi aku bilangnya ke temennya Oyel. Dia tak suruh nyampein ke temennya lagi. Kalau nggak disampein,
temennya Oyel yang tak ajak
gelut
malah.” Rabu, 28 Januari 2015 Berdasarkan informasi-informasi di atas, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa subjek melakukan perilaku agresif bentuk verbal dan non verbal. Ada pun perilaku agresif bentuk verbal yang subjek
WD lakukan di sekolah dan di pondok pesantren adalah jika diberi tahu menjawab, mencari perhatian dari pengajar dengan menceritakan kisah
pribadinya, berkata tidak sopan, mengumpat, membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di tempat, menyoraki, dan memanggil teman
subjek dengan nama yang tidak disukai. Perilaku agresif bentuk non verbal yang dilakukan oleh subjek di
sekolah dan pondok pesantren adalah memukul teman yang menyenggol badan, selalu menutupi tugas atau pekerjaan, dan iseng memukul teman.
Selanjutnya menjahili siswa yang lemah dan menantang teman berkelahi. Jika disajikan dalam bentuk tabel, maka bentuk perilaku subjek WD
adalah sebagai berikut:
78
Tabel 7. Bentuk Perilaku Agresif Subjek WD
Behavior Bentuk perilaku agresif verbal:
1. Mencari perhatian dari pengajar dengan menceritakan kisah pribadinya
2. Berkata tidak sopan
3. Memanggil orang lain dengan nama yang tidak disukai
4. Membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di tempat
5. Menyoraki
6. Jika diberitahu menjawab
7. Mengumpat
Bentuk perilaku agresif non verbal: 1.
Memukul siswa lain yang menyenggol badan subjek 2.
Selalu menutupi tugaspekerjaan agar tidak dilihat oleh siswa lain 3.
Menantang siswa lain berkelahi 4.
Berkelahi 5.
Menjahili santri lain 6.
Merokok di lingkungan pondok pesantren
Tabel di atas menunjukkan bahwa perilaku agresif subjek bentuk verbal dan non verbal hampir seimbang. Frekuensi subjek melakukan perilaku
agresif adalah sering dengan intensitas berat karena perilaku agresif yang subjek lakukan sebagian besar merupakan perilaku yang berlangsung cukup
lama.