Profil Subjek Penelitian Deskripsi Data

63 Sejak usia 9 tahun WD tinggal di pondok pesantren. Sedangkan ayah dan ibu WD tinggal di Cianjur bersama adik perempuannya. Di Jogja WD memiliki seorang nenek dan WD merupakan cucu pertamannya. Semenjak adik perempuan subjek lahir, ayah dan ibu WD memutuskan untuk memondokkan WD di pondok pesantren Al-Ihsan dan mereka memilih Jogja karena nenek WD tinggal disana. WD merasa dirinya tidak dibutuhkan lagi didalam keluarga. Hal ini senada dengan apa yang dituturkan oleh seorang santri berinislai HM pada hari Kamis 18 Desember 2015: “WD itu suka gambar mas dan gambarnya bagus kayak nyata. Di bukunya ada gambar keluarga gitu tapi anak cowoknya disilang trus ada tulisannya sek ora dianggep gitu mas. Kalo gak percaya coba aja cek mas di buku tulis materi tajwid halaman belakang sendiri. ” Subjek WD sudah sangat dekat dengan neneknya karena menurut hasil wawancara dengan kepala pondok pesantren pada hari Kamis, 22 Januari 2015, beliau mengatakan sejak dititipkan di pondok pesantren kurang lebih sejak 6 tahun yang lalu ayah dan ibu WD tidak pernah lagi menjenguk. Setiap dua bulan sekali yang menjenguk WD hanyalah neneknya saja dan nenek subjek sangat memanjakan subjek. Tapi untuk biaya sekolah, ayah dan ibu WD selalu mentransfer dengan tepat waktu ke pihak pondok pesantren. Pada wawancara oleh peneliti pada hari Selasa, 27 Januari 2015, subjek WD menceritakan bahwa selama kurang lebih 6 tahun tinggal di pondok pesantren Al-Ihsan ini ayah dan ibu WD tidak pernah menjenguknya sekalipun. WD hanya menerima pesan singkat dari ibunya yang menanyakan kabar dan itupun tidak sering. Setiap WD membalas sms dan bertanya kapan ayah dan ibu akan ke Jogja untuk menjenguk WD maka pesan singkat itu tidak pernah 64 lagi di balas. Ibu WD pernah beberapa kali menelvon tapi hanya menanyakan kabar dan menyuruh subjek agar jadi santri yang baik di pondok pesantren. Liburan sekolah tahun 2014 lalu WD berniat untuk pulang ke Cianjur bersama neneknya. Subjek WD ingin menghabiskan liburan sekolah dengan ayah, ibu dan adik perempuannya yang kurang lebih sudah 4 tahun tidak bertemu. Namun saat WD menelvon ibunya, bukan kabar baik yang subjek dengar melainkan kabar tidak enak. Ibu WD melarang subjek untuk ke Cianjur karena ayah dan ibu WD sedang pergi ke Lampung. Saat mendengar kabar itu WD sangat terpukul karena apa yang subjek inginkan tidak akan bisa tercapai. Rasa rindu yang sangat dalam seketika menjadi benci. Subjek semakin merasa bahwa ia tidak lagi diharapkan didalam keluarga. Saat ini subjek bersekolah di MTs dekat pondok pesantren kelas XI. Pada bulan Desember lalu, peneliti melakukan observasi ke sekolah WD dengan bantuan perijinan dari kepala pondok pesantren. Peneliti mendapatkan informasi bahwa WD menjuarai lomba adzan dan iqamat di MTsnya. WD mengikuti dua ekstrakulikuler di sekolahnya, yakni pramuka dan sepak bola. Keaktifan WD pada kedua bidang tersebut membawa WD pada lingkungan dan pergaulan yang lebih luas. Namun, hal ini tidak berarti WD mempunyai banyak teman dan relasi di sekolahnya. Menurut penuturan Key Informan 1 NV dalam wawancara singkat oleh peneliti pada hari Rabu, 17 Januari 2015 di halaman MTs, WD merupakan anak yang tidak mempunyai banyak teman. Siswa-siswa di kelas WD tidak menyukai sifat WD yang sombong, dan suka menyakiti teman yang lain 65 sehingga lebih dari dua tahun WD bersekolah di MTs tersebut tidak mempunyai teman dekat kecuali NV yang juga teman pondoknya Hal ini dikarenakan WD sering berbuat ulah kepada teman kelasnya.. Subjek WD berkepribadian tertutup baik di sekolah maupun di pondok pesantren dan tidak banyak bergaul dengan temannya. Tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas. Seperti yang diamati peneliti pada saat subjek WD olahraga, subjek WD selalu menyendiri dan tidak membaur dengan teman-teman yang lain. Ketika siswa lain bermain basket bersama-sama, subjek WD memilih untuk duduk istirahat. Alasan yang diberikan oleh subjek ketika peneliti mengklarifikasi hal tersebut adalah saat itu dirinya sedang menjalankan puasa dan memang pada dasarnya subjek WD tidak menyukai permainan basket. Subjek menyukai olahraga sepak bola. Saat istirahat sekolah, aktivitas yang dilakukan oleh subjek adalah membaca buku di dalam kelas dan terlihat sering sekali keluar untuk mencuci tangan di depan kelasnya. Ketika bel pulang sekolah berbunyi, subjek langsung pulang jalan kaki ke pondok pesantren. Pada beberapa kali pertemuan wawancara, subjek menceritakan kepada peneliti bahwa sebelumnya subjek sering mengunjungi tempat lain sepulang sekolah tanpa sepengetahuan pengurus pondok pesantren. Hal tersebut menyebabkan subjek sering diperingatkan oleh pengurus karena tidak meminta ijin terlebih dahulu saat akan pergi dan pulang terlambat. Menurut penuturan key informan 1 dan key informan 2, di mata santri yang lain, WD dikenal sebagai santri yang suka membantah, temperamen, dan tidak