Fungsi Pondok Pesantren Kajian tentang Pondok Pesantren

45 jati diri, 2 pengaruh negatif, 3 kemarahan, 4 empati, dan 5 depresi. Sedangkan faktor eksternal penyebab perilaku agresif diantarannya: 1 menjadi model perilaku, 2 provokasi, 3 frustasi, dan 4 penggunaan alkohol dan narkoba. Berbagai macam faktor penyebab perilaku agresif di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku agresif adalah karakteristik individu, lingkungan sosial rumah, hubungan dengan teman sebaya, kegagalan sekolah, pengaruh media kekerasan, faktor komunitas dan masyarakat, frustasi, faktor psikologis, dan kondisi fisik. Pada bulan November 2014, telah mendapatkan data dari hasil wawancara dengan pihak pondok pesantren dan beberapa santri di antaranya: 1 terdapat santri yang mengancam santri yang lain agar santri yang diancam menuruti kemauannya sesuai yang diinginkan, 2 beberapa santri diam-diam melanggar aturan pondok pesantren dengan merokok dan mabuk yakni AZ dan RN, 3 pengajar dengan karakter yang tegas dianggap galak oleh santri, dan 4 terdapat santri yang suka menyombongkan kemampuan dirinya. Permasalahan yang lain adalah: 5 terdapat santri putri yang suka menarik jilbab santri lain sehingga membuat santri lain marah dan bahkan ada yang menangis, 6 terdapat santri yang jika diperingatkan oleh pengajar mengumpat setelah tidak ada pengajar walaupun saat pengajar ada dihadapannya hanya diam, dan masih banyak lagi permasalahan yang terjadi di pondok pesantren Al-Ihsan, 7 terdapat santri yang suka mengejek dan sering merendahkan santri lain. 46 Beberapa permasalahan di atas jika dikerucutkan mengarah pada satu perilaku yakni perilaku agresif. Hawadi Anisa Siti Maryanti, 2012: 14 menjelaskanbahwa anak yang cenderung berperilaku agresif atau kurang mampu mengekspresikan kemarahannya dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh lingkungan akan berdampak negatif. Dampak tersebut dapat berpengaruh terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, yakni sebagai berikut: a. Dampak bagi dirinya sendiri yaitu akan dijauhi oleh teman-temannya dan memiliki konsep diri yang buruk. Anak akan dicap sebagai anak yang nakal sehingga membuatnya merasa kurang aman dan kurang bahagia. b. Dampak bagi lingkungan, yaitu dapat menimbulkan ketakutan bagi anak-anak lain dan akan tercipta hubungan sosial yang kurang sehat dengan teman- teman sebayanya. Selain itu, dapat mengganggu ketenangan lingkungan karena biasanya anak yang berperilaku agresif memiliki kecenderungan untuk merusak sesuatu yang disekitarnya. Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dampak perilaku agresif terdiri dampak kepada diri subjek sendiri dan dampak kepada lingkungan subjek. Dampak kepada diri subjek sendiri di antaranya perasaan tidak berdaya, ketergantungan perilaku, menjadi perilaku pondasi, dijauhi teman, dan mempunyai konsep diri yang buruk, sedangkan dampak kepada lingkungan subjek di antaranya timbulnya ketakutan orang lain, adanya kemarahan dari korban perilaku agresif subjek, tercipta hubungan yang kurang sehat dengan teman sebayanya, dan menjadi model yang buruk bagi lingkungan.