15 kombinasi merupakan kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional
yang seimbang antara balas dengan pelaksanaan pekerjaan.
Sedangkan, Edy Sutrisno 2009: 74 memberikan pengertian dan batasan
tentang kepuasan kerja yang dapat diringkas sebagai berikut:
1 Kepuasan kerja sebagai suatu reaksi emosional yang kompleks. Reaksi emosional tersebut merupakan akibat dari dorongan, keinginan, tuntutan dan
harapan-harapan karyawan terhadap pekerjaan yang dihubungkan dengan realitas-realitas yang dirasakan karyawan, sehingga menimbulkan suatu
bentuk reaksi emosional yang berwujud perasaan senang, puas atau tidak puas. 2 Kepuasan kerja adalah sikap karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan situasi kerja, kerja sama antar karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang menyangkut faktor fisik dan psikologis.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepuasan kerja guru merupakan sikap dan perasaan menyenangkan yang
dirasakan oleh guru di dalam bekerja karena memperoleh sesuatu yang diharapkan yang berhubungan dengan faktor pekerjaan maupun faktor di luar pekerjaan.
2. Indikator Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan perasaan menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja guru dapat dilihat dari sikap guru di dalam bekerja.
Menurut Hasibuan 2009: 202 sikap kepuasan kerja dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Dengan demikian, dapat dikatakan apabila
seseorang memiliki kepuasan kerja maka moral kerja, kedisiplinan, dedikasi, kecintaan, dan prestasi kerja pegawai akan meningkat.
16 Hubungan kepuasan kerja dan kedisiplinan menurut Hasibuan 2009: 202
yaitu bahwa “...jika kepuasan diperoleh dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya, jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya
maka kedisiplinan karyawan rendah.” Sedangkan, hubungan antara kepuasan kerja dan prestasi kerja dijelaskan oleh T. Hani Handoko 2000: 195 sebagai
berikut: ...prestasi kerja lebih baik mengakibatkan penghargaan yang lebih tinggi.
Bila penghargaan tersebut dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat karena prestasi kerja mereka. Dilain
pihak, bila penghargaan dipandang tidak mencukupi untuk suatu tingkat prestasi kerja mereka, ketidakpuasan kerja cenderung terjadi.
Berdasarkan pendapat tersebut, apabila seseorang memiliki prestasi maka akan memperoleh penghargaan sehingga memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan
kerja juga akan meningkatkan prestasi seseorang. Apabila seseorang mencintai pekerjaan, maka akan bekerja dengan sebaik-baiknya sehingga akan
meningkatkan prestasi kerja mereka. Pendapat lain, menurut Strauss Sayles T. Hani Handoko, 2000: 196 sikap
pegawai yang memiliki kepuasan dan ketidakpuasan kerja adalah sebagai berikut. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah
mencapai kematangan psikogis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja
rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang
harus dilakukan. Sedangkan, karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran lebih baik, kurang
aktip dalam kegiatan serikat karyawan, dan kadang-kadang berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan
kerja.