pemerintah terhadap saluran pemasaran terutama selama ini penjualan berupa produk buah segar saja tanpa memperhatikan industri hilirnya.
Tabel 9. Rata-rata Produksi Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat
Produksi per grade KilogramHektar Umur Tanaman
AB C D E Jumlah 0 0
1 0 2 250
550 350
125 1
275 3
750 1 000
450 125
2 375 4
2 315 609
405 71
3 400 5
2 880 758
504 88
4 230 6
4 071 1 072
713 124
5 980 7
5 072 1 335
888 155
7 450 8
6 569 1 730
1 151 200
9 650 9
8 462 2 228
1 482 258
12 430 10
9 367 2 468
1 641 286
13 760 11
9 020 2 375
1 580 275
13 250 12
8 476 2 231
1 484 259
12 450 13
6 638 1 748
1 163 203
9 750 14
5 208 1 371
912 159
7 650 Jumlah
69 078 19 475
12 723 2 328
103 604
Sumber : Analisis data primer, 2007
4.5.2. Aspek Pasar
Tanaman jeruk Siam Pontianak terdapat di setiap Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan sentra pengembangan berada di Kabupaten Sambas.
Jeruk yang berasal dari Kabupaten Sambas biasanya dijual ke pedagang pengumpul, ke Pedagang distributor, ke pedagang besarpedagang antar pulau
atau langsung ke konsumen. Pola penjualan jeruk berdasarkan hasil survai lapangan wawancara dengan petani adalah 1 melalui satu group atau kelompok
petani dengan cara pedagang pengumpul yang mendatangi petani, 2 sistem upah petik yang digunakan adalah menggunakan sistem borongan per Kilogram sampai
pada tempat pengumpulan buah jeruk kemudian dilakukan transaksi jual beli dan biasanya letaknya berdekatan dengan pengumpul dan biaya transportasi
ditanggung oleh petani yang bersangkutan, 3 melalui pola kemitraan dengan pihak swasta seperti PT. Mitra Raya Lestari dan PT. Mitra Raya Khatulistiwa.
Cara ketiga yang banyak dilakukan oleh petani keturunan cina, cara pertama dan kedua dilakukan oleh petani pribumi.
Pengumpul tersebut kebanyakan berasal dari penduduk setempat yaitu petani keturunan cina. Cara ini lebih sering digunakan, sebagian petani buah jeruk
kepada pedagang pengumpul yang telah menjadi langganannya. Pengambilan jeruk dilakukan oleh pedagang pengumpul atau melalui buruh petik yang sampai
pada tempat pedagang pengumpul. Pemetikan buah biasanya dilakukan pada pagi hari, dan siang harinya langsung dijual ke pedagang pengumpul, pedagang
eksportir atau distributor dan pedagang besar atau Pedagang Antar Pulau. Ada empat kelas mutu buah jeruk yang dijual di tingkat petani, yaitu kelas
AB, C, D dan E. Tingkat harga jeruk berdasarkan kelas AB Rp 2 067 per Kilogram, kelas C Rp 1 667 per Kilogram, kelas D Rp1 267 per Kilogram, dan
kelas E Rp 817 per Kilogram, dengan sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Alat grading jeruk yang digunakan di Kalimantan Barat masih sangat sederhana,
yaitu dengan menggunakan papan kayu yang diberi lobang menurut diameter tertentu. Akan tetapi ukuran alat grading tersebut tidak seragam, seperti tercantum
dalam Tabel 10. Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa jeruk Siam Pontianak untuk grade A
dan grade B dijadikan dalam satu grade, sehingga terdapat empat grade yaitu AB, C, D, E. Sedangkan grade jeruk menurut SNI: 01-3165-1992 terdapat lima grade
yaitu A, B, C, D, dan E. Ukuran dalam setiap grade yang berlaku di Kalimantan Barat belum standar, hal ini terbukti dengan adanya variasi ukuran grade.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata terdapat empat keragaman ukuran grade terutama untuk grade AB, C, D dan E. Ukuran dalam setiap grade yang berlaku di
Kalimantan Barat juga tidak sesuai dengan ukuran menurut Standar Nasional Indonesia. Ukuran grade menurut SNI lebih kecil jika dibandingkan dengan
ukuran grade yang berlaku. Dalam hal ini petani menjadi pihak yang dirugikan, mengingat jeruknya dihargai setingkat lebih rendah dibanding standar SNI.
Tabel 10. Grade Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat
Menurut Standar Nasional Indonesia
Menurut Pedagang di Kalbar Grade
Versi A Versi B
Versi C Menurut SNI:
01-3165- 1992
A 6.5 cm
6.5 cm 6.5 cm
7.1 cm B
6.5 cm 6.5 cm
6.5 cm 6.1 – 7.0 cm
C 6.0 -6.4 cm
6.0 -6.4 cm 6.0 -6.4 cm
5.1 – 6.0 cm D
5.5 – 5.9 cm 5.0 – 5.9 cm
5.0 – 5.9 cm 4.0 – 5.0 cm
E 4.5 – 5.4 cm
4.0 – 4.9 cm 4.5 – 4.9 cm
3.9 cm Sumber: Data primer, dan Haerah B., 2006
Kemudian pedagang pengumpul menjual jeruk kepada pedagang distributoreksportir yang berkedudukan juga pada daerah setempat. Jeruk sudah
harus sampai di gudang distributor pada sore harinya, untuk menghindari kerusakan buah. Jika pedagang pengumul menjual kepada pedagang distributor,
pedagang besar atau eksportir pada siang hari atau menjelang sore. Selisih harga antara pedagang pengumpul dengan distributor sekitar Rp 629 – 989 per
Kilogram yang terdiri dari transport, bongkar muat, sortir, kerusakan buah, retribusi, biaya listrik dan penyusutan serta keuntungan. Keuntungan rata-rata
semua ukuran per Kilogram pedagang pengumpul sekitar Rp 117 per Kilogram dengan volume penjualan pedagang pengumpul ke pedagang besareksportir
1 818 Ton per bulan. Pedagang pengumpul mempunyai mitra tertentu pedagang
distributor yang merupakan pemilik modal. Pedagang distributor juga merupakan mitra dari pengecer yang diberikan pinjaman modal oleh distributor. Selisih harga
antara distributor dengan pengecer rata-rata antara Rp 793 – 1 690 per Kilogram. Permintaan pasar akan produk jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan
Barat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Permintaan ini selain berasal dari dalam daerah sendiri untuk konsumsi rumah tangga juga dari luar Kalimantan
Barat maupun negara tetangga. Oleh karena itu agar pemasaran jeruk dapat menembus pasar ekspor, perlu adanya perbaikan mutu buah jeruk. Dalam hal ini
adanya upaya pemerintah untuk melakukan keterpaduan dan keselarasan antara sub sistem pendukung agribisnis jeruk, serta dilaksanakan secara terpadu oleh
masyarakat dan swasta, pelatihan kepada petani terutama dalam pengelolaan budidaya jeruk yaitu pemeliharaan, pengendalian hama penyakit dan perbaikan
pasca panen. Selain pasar untuk buah jeruk Siam Pontianak sebagai konsumsi rumah
tangga, pasar industri lokalpun harus diperhatikan. Selama ini tidak terdapat industri pengolahan buah jeruk di daerah, hal ini membuat keterpurukan petani
dari tahun ke tahun sehingga umur tanaman produktif 10-15 tahun. Menurut Muhammad, 2005 umur tanaman jeruk masa produktif 10-20 tahun.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN