- Bagian timur walaupun secara geografis berbatasan langsung dengan
Kalimantan Timur, namun transportasi darat yang menghubungkan kedua Provinsi jalan trans Kalimantan sampai saat ini masih belum terealisasi.
Topografi daratan Kalimantan Barat sebagian besar berupa daerah rawa- rawa dengan kondisi tanah gambut dan bentangan hutan mangrove-nya. Hal ini
terkait dengan topografi Kabupatenkota, dimana sebagian besar luas lahan khususnya daerah pantai berada pada kelas kemiringan lereng dibawah 2 persen
yaitu sekitar 35.92 Hektar dan pada kelas kemiringan lereng 2 persen sampai 15 persen yaitu sekitar 24.31 persen. Untuk daerah yang memiliki lahan relatif luas
pada kelas kemiringan lereng cukup tinggi diatas 40 adalah Kapuas Hulu yaitu sekitar 1.166 ribu Hektar atau sekiar 53.62 persen dari total luas Kapuas Hulu atau
sekitar 40.77 persen dari total luas lahan pada kelas diatas 40 persen di Kalimantan Barat. Untuk Kabupaten Sintang sebagian besar lahan 34.12
berada pada kelas kemiringan lereng 15-40 persen.
Kalimantan Barat juga terkenal dengan julukan Provinsi ‘seribu sungai’ sejalan dengan kondisi geografis yang memiliki ratusan sungai. Bahkan sungai
terpanjang di Indonesia terdapat di Provinsi ini, yaitu Sungai Kapuas yang melalui Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Sanggau dan Kota Pontianak. Dari panjang
sungai Kapuas yang mencapai 1 086 kilometer, sekitar 842 kilometer di antaranya dapat dilayari.
4.2. Kondisi dan Potensi Jeruk Siam Pontianak di Kalimantan Barat
Kalimantan Barat memiliki wilayah relatif luas yaitu sekitar 25.57 persen dari luas Pulau Kalimantan. Wilayah yang luas ternyata masih belum diimbangi
dengan jumlah dan persebaran penduduk, dimana tahun 2005 tingkat kepadatan
penduduk Kalimantan Barat sekitar 28 jiwa per kilometer persegi. Daerah perkotaan terutama Kota Pontianak memiliki tingkat kepadatan sebesar 4 575 jiwa
per kilometer persegi, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah kabupaten. Bahkan terdapat empat kabupaten yang memiliki tingkat kepadatan di bawah 20
jiwa per kilometer persegi yaitu Kapuas Hulu 7 jiwakm
2
, Ketapang 14 jiwakm
2
, Melawi 15 jiwakm
2
dan Kabupaten Sintang dengan tingkat kepadatan 16 jiwa per kilometer persegi. Relatif kecilnya tingkat kepadatan
mencerminkan Provinsi ini memiliki potensi pengembangan sektoral berbasis sumberdaya alam terutama pada sektor pertanian khususnya pengembangan jeruk
Siam Pontianak. Kondisi pertanaman jeruk Siam Pontianak secara umum sampai tahun 2006
luas tanam 13 060 Hektar luas panen 5 015 Hektar dengan total produksi sebanyak 73 435
Ton Diperta Kalbar, 2007. Banyak pertanaman jeruk Siam Pontianak yang belum panen tersebut memerlukan peranan pemerintah terutama
dalam perbaikan insfrastruktur jalan usahatani dan pemasaran hasil karena sudah dipastikan petani akan mengalami dalam hal pemasaran.
Pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak di Kalimantan Barat masih mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena masih
banyaknya lahan tidur yang termarjinalkan. Disamping itu lahan yang tersedia sangat cocok untuk budidaya tanaman jeruk Siam Pontianak. Gambaran kondisi
pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak di Kalimantan Barat tahun 2002-2006 dari aspek perkembangan luas tanam luas tanam, luas panen dan produksinya
dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 7 menunjukkan perkembangan jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat dari luas tanam, luas panen dan produksi.
Tabel 7. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2002-2006
Tahun Luas Tanam Hektar
Luas Penen Hektar Produksi Ton
2002 974.64
142.00 1 161
2003 2 475.76
2 563.00 33 794
2004 9 694.60
3 011.00 47 149
2005 12 069.32
4 241.22 64 720
2006 13 060.62
5 015.46 73 435
Sumber : Diperta Kalbar, 2007
Pada tahun 2002 luas areal tanam seluas 974 Hektar, luas panen 142 Hektar dengan produksi 1 161 Ton pertahun kemudian pada tahun 2006 luas
tanam mencapai 13 060 Hektar luas panen 5 015 Hektar dengan total produksi 73 435 Ton. Kondisi ini yang menjadi bahan pemikiran dari Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat untuk mengembangkan industri hilir sehingga lebih menarik minat masyarakat untuk kembali meningkatkan areal pertanamannya.
Potensi pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak selama ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yaitu pertama : faktor eksternal meliputi 1
lahan yang belum dimanfaatkan cukup luas, 2 letak geografis Kalimantan Barat berada pada dataran rendah dan pesisir serta sangat sesuai untuk pertumbuhan
jeruk, dan 3 teknologi budidaya yang mudah dan sederhana untuk dilakukan oleh petani, kedua faktor internal 1 permintaan pasar yang berasal dari
masyarakat lokal, luar daerah dan ekspor, dan 2 komitmen Pemda Provinsi Kalimantan Barat dan pengusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
petani. Seiring dengan perkembangan teknologi, jeruk Siam Pontianak berpeluang
untuk dikembangkan ke sektor hilirnya seperti diolah menjadi industri minuman seperti yang diharapkan masyarakat saat ini. Pengembangan industri hilir
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari produksi jeruk itu sendiri serta memberikan nilai jual yang tinggi pada on-farm dalam dalam upaya membantu
peningkatan pendapatan petani.
4.3. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian