Sehubungan dengan dilaksanakannya pengembangan komoditas hortikultura khususnya buah jeruk Siam Pontianak, ada tiga program pengembangan yang
ditempuh, yaitu : 1 program ketahanan pangan yang bertujuan agar masyarakat mampu memperoleh dan mengkonsumsi berbagai produk pangan termasuk
hortikultura sepanjang tahun dengan harga terjangkau melalui peningkatan produksi, produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan petani dan kesempatan
kerja on-farm dan off farm, 2 program peningkatan agribisnis yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan dayasaing melalui
peningkatan efisiensi manajemen usaha, penggunaan skala efisien dan pemilihan komoditas bernilai ekonomi usaha, penggunaan skala efisiensi dan pemilihan
komoditas bernilai ekonomi tinggi berorientasi pasar, baik domestik maupun ekspor, dan 3 program rintisan korporasi melalui pembinaan kerjasama ekonomi
dalam kelompok tani melalui konsolidasi manajeman usahatani dalam skala efisien dan manajemen profesional untuk menciptakan nilai tambah sehingga
efisiensi usaha dan dayasaing komoditas dalam jangka panjang bisa meningkat.
4.4.2. Kebijakan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Jeruk Siam Pontianak
Kebijakan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil jeruk Siam Pontianak adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan dayasaing melalui pengembangan jaminan mutu produk, pemanfaatan teknologi dan sarana pengolahan yang tepat dan ramah
lingkungan, serta peningkatan efisiensi pemasaran dan promosi. 2. Titik berat pembinaan diarahkan pada pembangunan ekonomi masyarakat
dengan basis sumberdaya domestik yaitu pengembangan jeruk Siam
Pontianak yang dilengkapi dengan usaha-usaha pengolahan dan pemasaran yang lebih efisien.
3. Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil jeruk dilakukan dengan berdasarkan atas sumberdaya dan budaya lokal, pemanfaatan teknologi ramah
lingkungan dan berorientasi pasar. 4. Pembangunan usaha pengolahan dan pemasaran hasil jeruk Siam Pontianak
skala rumah tangga, UKM, dan koperasi dilakukan dengan mengembangkan akses terhadap modal, teknologi, dan pasar.
5. Pengembangan dan penerapan pola-pola pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan penuh dari masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pembangunan. 6. Pelaksanaan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil jeruk Siam
Pontianak diarahkan pada upaya melayani, memfasilitasi, dan melindungi kepastian berusaha bagi pelakunya.
Mengacu pada kebijakan di atas, maka pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil jeruk Siam Pontianak menekankan program-program diantaranya
1 pengembangan dan penguatan pasar dalam negeri, 2 pengembangan pasar internasional, 3 pengembangan jaminan mutu, 4 pembinaan teknologi pasca
panen dan pengolahan hasil, 5 pembinaan sarana pasca panen dan pengolahan hasil, 6 pengembangan manajemen informasi dan jaringan pasar, 7
pengembangan promosi, dan 8 pembangunan dan pengembangan sistem distribusi hasil jeruk Siam Pontianak
Sesuai dengan program di atas, maka beberapa kegiatan utama yang sudah dilaksanakan sampai tahun 2007 adalah 1 pembangunan terminal
agribisnis terpadu, 2 pembangunan citrus center, 3 pembangunan perusahaan daerah yang menangani masalah jeruk, 4 memberikan bantuan penguatan modal
petani, 5 pembangunan tempat pengumpulan jeruk, 6 peningkatan sumberdaya manusia melalui magang bagi petugas dan petani, 7 membentuk asosiasi farum
hortikultura krakatau Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Kalimantan Barat, dan 8 menjalin kemitraan jeruk dengan pihak swasta seperti PT. Mitra Raya Lestari
dan PT. Mitra Raya Khatulistiwa. Beberapa program kegiatan utama yang akan dilaksanakan sampai tahun
2007 adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan kebijakan, pedoman dan standar pengolahan dan pemasaran
hasil. 2. Pengembangan informasi pasar khususnya permintaan dan harga, sangat
membantu pelaku agribisnis dalam menentukan harga jual produk selain meningkatkan posisi tawar petani.
3. Pengembangan wahana informasi dan pelayanan teknologi pengolahan hasil jeruk.
4. 5. Karakteristik Responden
Secara umum identitas responden yang dikemukakan dalam penelitian ini meliputi umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, luas pengusahaan
usahatani dan status kepemilikan lahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Rata-rata umur petani yang mengembangkan jeruk Siam Pontianak terutama di Kabupaten Sambas berkisar antara 26 hingga 50 tahun, dengan
pengalaman yang bervariasi sesuai dengan tingkatan umur. Pada umumnya
responden merupakan warna keturunan Cina yang sudah menetap secara turun temurun dari tahun 1936-an di Desa Segarau Kecamatan Tebas Kabupaten
Sambas. Pengalaman dan tata cara berusahatani lebih banyak mengarah pada apa yang pernah mereka kerjakan secara turun temurun, yang tercermin pada sistem
usahataninya.
Tabel 8.
Karasteristik Responden Pengembangan Sentra Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat
Nomor Uraian Minimal Maksimal
Rata-rata 1
Umur responden tahun 26
50 35.2
2 Pendidikan formal
SD S1
SMP 3
Jumlah anggota keluarga orang
3 7 3-4 4
Luas pengusahaan Hektar 0.5
5 1.35
5 Umur tanaman jeruk Hektar
0-5 tahun 0.5
5.2 1.32
5-10 tahun
2 6
1.73 15 tahun
0.5 2
1.00 6
Jumlah tanaman per Hektar 278
400 394
6 Pengalaman usahatani tahun
4 23
10 7
Produksi per Hektar Kilogram
1 275 13 760
6 906 Sumber : Analisis data primer, 2007
Tingkat pendidikan petani masih rendah rata-rata 6.7 tahun hanya dari
kalangan muda yang mengecam pendidikan hingga ke sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Jenis kelamin responden yang diambil yaitu dari laki-laki karena
penelitian dilakukan ke lahan pertanian. Kondisi lahan yang cukup berat lahan marginal yang membutuhkan masukkan teknologi dan input cukup tinggi serta
hasil kadang yang kurang menguntungkan, mereka lebih senang bekerja di sektor perkebunan sawit atau industri playwood.
Lahan yang diusahakan untuk pengembangan jeruk Siam Pontianak seluas 0.5 – 5 Hektar dengan rata-rata luas kepemilikan 1.35 Hektar dengan jumlah
keluarga 3-4 orang per kepala keluarga KK dengan tingkat upah yang diterima adalah bersifat borongan yaitu upah penebasan lahan, pembuatan trumbuk,
pembuatan parit, pemupukan, penanaman dan bersifat harian pengendalian hama penyakit, pemangkasan dan penjarangan buah serta upah panen juga bersifat
boronan per Kilogram buah sebesar Rp 125.
4.5.1. Aspek TeknisProduksi