5.4.2.2 . Kerjasama antara Lembaga Pemasaran
Bentuk kerjasama yang terjadi diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jeruk Siam Pontianak berdasarkan adanya keterikatan dalam
bentuk modal, yang didasarkan atas kepercayaan. Bentuk kerjasama antara petani dan pedagang pengumpul sebatas hanya kerjasama pembeli dan penjual, tanpa
ikatan dalam bentuk modal. Kerjasama dalam bentuk modal terjadi diantara pedagang pengumpul dengan pedagang distributor, pedagang distributor dengan
pedagang pengecer. Modal yang dimiliki pedagang pengumpul dan pedagang pengecer
merupakan pinjaman yang diberikan oleh pedagang distributor untuk membeli pedagang pengumpul dan memfasilitasi pinjaman mobil untuk mengangkut jeruk
yang telah dikumpulkan dari petani ke gudang pedagang distributor. Pedagang distributor biasanya melakukan kerjasama dengan pedagang pengecer yang telah
menjadi kepercayaannya. Adanya keterkaitan ini menyebabkan pedagang pengumpul menjual seluruh jeruk kepada disributor dan pedagang pengecer
mengambil kepada pedagang distributor. Pinjaman ini diberikan tanpa bunga dan tanpa adanya suatu ikatan hukum. Kelebihan pinjaman akan dikembalikan kepada
pedagang distributor.
5.4.3. Sistem Pemasaran
Saluran pemasaran jeruk Siam Pontianak Provinsi Kalimantan Barat melibatkan lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul, distributor, Pedagang
Antar Pulau PAP atau Pedagang Besar PB, dan pengecer. Lembaga-lembaga ini harus melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti menyalurkan semua jenis
buah jeruk dalam waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Sebagai
gambaran umum produksi jeruk Siam Pontianak Provinsi Kalimantan Barat sampai tahun 2006 sebanyak 1.630 juta
Ton dipasarkan ke Lokal Kalimantan Barat sebanyak 0.37 persen, Jakarta 70.90 persen, Semarang 0.94 persen,
Palembang 24.59 persen, Riau sebanyak 0.25 persen, Tanjung Pinang 0.34 persen, Bangka Belitung 0.75 persen, dan Malaysia 1.95 persen, Diperta Kalbar,
2006 Pelabuhan pengiriman buah jeruk Siam Pontianak oleh pedagang umumnya
melalui pelabuhan utama dan lokal dengan penyebaran pelabuhan Pontianak sebanyak 15.69 persen, Sentete Pemangkat 56.45 persen, Kuala Tebas 20.69
persen, Sungai Batang 4.20 persen, lokal Pontianak 1.02 persen dan Pos Lintas Batas 1.95 persen. Untuk meningkatkan hasil pemasaran dan menampung hasil
panen, maka diperlukan adanya pembangunan sarana dan prasarana jalan usahatani, penyediaan alat grading dan tempat penampungan sementara yaitu
pasilitas penunjang yaitu terminal angribinis terpadu serta menjalin kemitraan petani dengan swasta. Penelitian ini dengan keterbatasan waktu dan biaya hanya
dilakukan survai delapan saluran pemasaran yang dikelompokkan menjadi tiga pola pemasaran jeruk Siam Pontianak dapat ditunjukkan pada Gambar 9.
Pola pertama adalah termasuk saluran pemasaran tingkat dua, khusus untuk pasar Kota Singkawang. Produsen menjual jeruk kepada pedagang pengumpul,
kemudian pedagang pengumpul menjualnya kepada para pengecer, kemudian pengecer akan menjualnya kepada konsumen akhir. Sangat sedikit pedagang
distributor yang menjual jeruk langsung kepada konsumen tertentu di pusat pasar di Kota Singkawang. Pedagang distributor lebih senang menjual langsung kepada
pedagang pengecer karena merasa mendapatkan harga yang lebih baik. Selain itu mereka tetap dapat melakukan jual beli meskipun volume penjualannya kecil.
Gambar 9. Pola Pemasaran Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan
Barat
Pola kedua adalah pola pemasaran untuk lima Kabupaten dan Kota yaitu Sei
Pinyuh, Kabupaten Landak, Sanggau, Sintang, dan Kota Pontianak termasuk dalam kategori saluran pemasaran tingkat tiga yaitu produsenpetani menjual
jeruknya ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang distributor, pedagang distributor menjual kepada pedagang
pengecer, dan pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen akhir.
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Distributor
Pedagang Pengecer
Pedagang Pengecer
Pedagang Antar Pulau
Pedagang Distributor
Konsumen
Konsumen Pedagang
Pengecer
Konsumen
Pola ketiga termasuk saluran pemasaran tingkat empat yaitu produsenpetani menjual jeruknya ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul
menjual kepada pedagang besar atau pedagang antar pulau, pedagang PAP menjual kepada pedagang distributor Muara Angke, Kramatjati, dan Cibinong,
pedagang distributor menjual kepada pedagang pengecer Jakarta dan Bogor, dan pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen akhir.
Sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang mereka ke pemakai akhir konsumen. Produsen dan konsumen terdapat sekumpulan perantara
pemasaran yang melakukan fungsi tertentu dan menyandang nama tertentu. Produsen adalah petani jeruk yang berada di Sentra Produksi SP jeruk Siam
Pontianak, di kalangan para pelaku pasar jeruk dibedakan atas 4 grade atau kelas yaitu grade AB, C, D, dan grade E.
Dalam proses distribusi barang dari produsen ke konsumen biasanya melibatkan tiga pihak yaitu pedagang, agen, dan fasilitator. Menurut Kotler
1997, pedagang adalah orang yang membeli, mempunyai hak, dan menjual kembali barang dagangannya; agen adalah orang yang mencari pelanggan, dan
dapat bernegosiasi atas nama produsen tetapi tidak memiliki hak atas barang tersebut; sedangkan fasilitator adalah pihak-pihak yang membantu dalam proses
distribusi tetapi tidak memiliki atau menegosiasikan pembelian atau penjualan. Untuk mengidentifikasi saluran pemasaran dan sistem kelembagaan, akan
difokuskan ke pedagang yang terlibat dalam kegiatan pemasaran jeruk. Pedagang perantara yang terlibat secara langsung pada proses pemasaran jeruk Siam
Pontianak terdiri dari pengumpul, distributor, pedagang antar pulau atau pedagang besar, dan pengecer.
Secara umum, lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran jeruk Siam Pontianak adalah pedagang pengumpul, pedagang besar atau pedagang
antar pulau, distributor, dan pengecer. Diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam tataniaga jeruk Siam Pontianak, mempunyai hubungan timbal-balik yang
sudah mengakar kuat dan berlangsung lama. Hubungan antar lembaga pemasaran tersebut adalah 1 petani Vs pengumpul, PAP, distributor, 2 pengumpul Vs
PAP, distributor, 3 PAP Vs distributor, 4 distributor Vs pengecer, dan 5 pengecer Vs konsumen. Petani menjual hasil jeruknya kepada pengumpul
sebanyak 1 763.88 Ton per bulan, dari pengumpul disaluran ke distributor sebanyak 383.47 Ton per bulan atau 18.69 persen dan ke pedagang antar pulau
sebanyak 1 318.07 Ton per bulan atau 72.51 persen dan sisanya ke pengecer langsung sebanyak 116.08 Ton per bulan atau 6.58 persen. Sistem kelembagaan
dan keragaan rantai pemasaran hasil penelitian pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak di Kalimantan Barat.
Berdasarkan Gambar 9 terdapat delapan saluran pemasaran atau 3 pola saluran pemasaran yang terjadi pada pemasaran jeruk Siam Pontianak mulai dari
tingkat petani hingga ke konsumen akhir. Tiga pola pemasaran jeruk Siam Pontianak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pola Saluran Pemasaran ke-1
Petani Æ Pedagang Pengumpul Æ Pedagang Pengecer Æ Konsumen Pola pemasaran ke satu terdiri dari petani ke pedagang pengumpul ke
pedagang pengecer lalu ke konsumen. Saluran pemasaran ke satu merupakan saluran pemasaran pendek, dimana hanya terdapat dua lembaga pemasaran.
yang terlibat, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Petani
melalukan proses pemasaran langsung kepada pedagang pengumpul karena lokasi pedagang pengumpul yang tidak terlau jauh dari lahan petani, sehingga
memungkinkan penjualan jeruk secara langsung. 2.
Pola Saluran Pemasaran ke-2 Petani Æ Pedagang Pengumpul Æ Pedagang Distributor Æ Pedagang
Pengecer Æ Konsumen. Pola pemasaran kedua terdiri dari petani ke pedagang pengumpul ke pedagang
distributor ke pedagang pengecer lalu ke konsumen Saluran pemasaran kedua merupakan saluran pemasaran lebih panjang, dimana terdapat tiga lembaga
pemasaran yang terlibat, yaitu pedagang pengumpul, pedagang distributor, dan pedagang pengecer. Pola saluran pemasaran kedua dilakukan untuk
Kabupaten Pontianak Sei Pinyuh, Landak, Sanggau, Sintang dan Kota Pontianak.
3. Pola Saluran Pemasaran ke-3
Petani Æ Pedagang Pengumpul Æ Pedagang Antar Pulau PAP Æ Pedagang Distributor Æ Pedagang Pengecer Æ Konsumen
Pola pemasaran ketiga terdiri dari petani ke pedagang pengumpul ke pedagang antar pulau ke pedagang distributor ke pedagang pengecer lalu ke konsumen.
Pola pemasaran ketiga merupakan saluran pemasaran panjang, dibanding pola pemasaran kesatu dan kedua, dimana terdapat empat lembaga pemasaran yang
terlibat, yaitu pedagang pengumpul, pedagang antar pulau, pedagang distributor, dan pedagang pengecer. Pola saluran pemasaran ketiga dilakukan
untuk di wilayah Jakarta dan Bogor
Dari hasil pengamatan di lapangan dengan para pedagang buah jeruk ternyata bahwa petani lebih cenderung memilih menjual produksinya kepada
pedagang pengumpul dengan pertimbangan karena ketidakmampuan petani untuk menanggung biaya pemasaran dan resiko pemasaran seperti adanya fluktuasi
harga jual yang mendadak dan pertimbangan lainnya. Studi lapang pemasaran di Provinsi Kalimantan Barat dikonsentrasikan pada pedagang pengumpul hingga
pedagang distributor, PAP, pedagang pengecer, dan konsumen akhir.
5.4.4. Fungsi-fungsi Pemasaran