Aspek TeknisProduksi Kebijakan Pengembangan Produksi Jeruk Nasional

keluarga 3-4 orang per kepala keluarga KK dengan tingkat upah yang diterima adalah bersifat borongan yaitu upah penebasan lahan, pembuatan trumbuk, pembuatan parit, pemupukan, penanaman dan bersifat harian pengendalian hama penyakit, pemangkasan dan penjarangan buah serta upah panen juga bersifat boronan per Kilogram buah sebesar Rp 125.

4.5.1. Aspek TeknisProduksi

Secara teknisproduksi tanaman jeruk Siam Pontianak yang dikembangkan di Provinsi Kalimantan Barat, karena dari beberapa syarat yang dikehendaki untuk syarat tumbuh tanaman jeruk Siam Pontianak antara lain: curah hujan, suhu udara, dan tinggi tempat. Kalimantan Barat terutama di Kabupaten Sambas memiliki curah hujan yang cukup baik yaitu 2 800 mmtahun, suhu udara berkisar 22 o C- 31 o C, kelembaban 81-90 persen, dan tinggi tempat yang sebagian merupakan daerah dataran rendah yaitu 1-100 meter dpl dengan kondisi tanah yang relatif subur untuk tanaman pangan dan hortikultura khususnya jeruk siam Pontianak. Disamping itu secara teknis, Kalimantan Barat masih memiliki ketersediaan lahan yang cocok untuk usahatani jeruk Siam Pontianak mencapai kurang lebih 537 ribu Hektar, Bappeda Kalbar, 2006. Sebagai gambaran teknis pengelolaan usahatani jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat memiliki ciri-ciri yang spesifik yaitu : 1. Modal awal berusaha tani jeruk 100 persen berasal dari modal petani sendiri 2. Pembukaan lahan dilakukan secara manual dimulai dari penebasan lahan, pembuatan trumbuk, saluran drainase baik primer dan sekunder. 3. Semasa tanaman utama jeruk belum atau sudah menghasilkan diperlukan pemeliharaan meliputi pengemburan trumbuk, pembersihan saluran drainase, pemupukan, pengendalian hamapenyakit, penyiangan gulma, pemangkasan, dan penjarangan buah. 4. Setelah tanaman jeruk menghasilkan, maka sistem upah petik yang digunakan adalah menggunakan sistem borongan per Kilogram sampai pada tempat pengumpulan buah jeruk. 5. Secara umum ada juga sistem penjualan ditingkat petani dilakukan dengan cara pengumpul mendatangi di tempat pengumpul petani. 6. Sarana transfortasi yang ada pada wilayah penelitian sebagian besar adalah melalui anak sungai kecil dengan alat transfortasi tradisional Sampan atau motor air dengan ukuran mesin kecil. 7. Luas lahan jeruk siam berkisar 0.5 – 5 Hektar, dengan kepemilikan rata-rata per KK seluas 1.35 Hektar. Produksi tanaman jeruk Siam Pontianak Provinsi di Kalimantan Barat pada umur sebelas tahun mencapai produksi puncak tertinggi dengan rata-rata 13.76 Ton per Hektar. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura 2005, produksi jeruk adalah 12-15 Ton per Hektar. Rata-rata produksi Jeruk Siam Pontianak di Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 9. Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa produksi tanaman jeruk Siam Pontianak pada saat umur 11 tahun produksinya yaitu sebesar 13.25 Ton per tahun, hal ini sudah menunjukan adanya penurunan produksi bila dibandingkan dengan umur tanaman 11 tahun, tahun ke 13 sebesar 12.45 Ton, tahun ke 14 sebesar 9.75 Ton, tahun ke 15 sebesar 7.65 Ton. Kondisi ini lebih disebabkan lemahnya perhatian petani itu sendiri terhadap pemeliharaan tanaman sehingga tanaman banyak tanaman terserang hama dan penyakit dan lemahnya kontrol pemerintah terhadap saluran pemasaran terutama selama ini penjualan berupa produk buah segar saja tanpa memperhatikan industri hilirnya. Tabel 9. Rata-rata Produksi Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat Produksi per grade KilogramHektar Umur Tanaman AB C D E Jumlah 0 0 1 0 2 250 550 350 125 1 275 3 750 1 000 450 125 2 375 4 2 315 609 405 71 3 400 5 2 880 758 504 88 4 230 6 4 071 1 072 713 124 5 980 7 5 072 1 335 888 155 7 450 8 6 569 1 730 1 151 200 9 650 9 8 462 2 228 1 482 258 12 430 10 9 367 2 468 1 641 286 13 760 11 9 020 2 375 1 580 275 13 250 12 8 476 2 231 1 484 259 12 450 13 6 638 1 748 1 163 203 9 750 14 5 208 1 371 912 159 7 650 Jumlah 69 078 19 475 12 723 2 328 103 604 Sumber : Analisis data primer, 2007

4.5.2. Aspek Pasar