seluas 1.35 Hektar dengan jumlah keluarga 3-4 orang per KK, maka pengembangan jeruk Siam Pontianak layak untuk dikembangkan hal ini
ditunjukkan dengan tingkat pendapatan per bulan sebesar Rp 768 ribu per Hektar atau sebesar Rp 1.036 juta per 1.35 Hektar sehingga pendapatan per kapita per
bulan sebesar Rp 259 ribu, bila dibandingkan tingkat upah minimum regional Provinsi Kalimantan Barat tahun 2006-2007 sebesar Rp 750 ribu per bulan .
Rendahnya pendapatan pada saat penelitian apabila dibanding dengan proyeksi umur tanaman 15 tahun, hal ini disebabkan karena pada saat penelitian
harga jeruk mengalami penurunan harga sebesar 40 persen bila dibanding harga musim panen 2003-2006 sebelumnya. Berdasarkan analisis usahatani
pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak mencapai masa produksi optimum yaitu pada saat tanaman berumur sebelas tahun dengan produksi berkisar 13 760
Kilogram, sehingga tanaman sejak mulai berumur sebelas tahun ke atas diharapkan petani mampu memperbaiki sistem budidayaagronominya agar
supaya dapat mempertahankan hasil produksinya kembali dan petani tidak mengalami kerugian yang cukup besar.
5.2. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi
Hasil analisis kelayakan finansial dan ekonomi yang menggambarkan kelayakan usahatani pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak di Provinsi
Kalimantan Barat per Hektar kebun jeruk siam selama lima belas tahun. Untuk jelasnya seperti terdapat pada Tabel 12.
Tabel 12 Menunjukkan bahwa pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat secara finansial layak untuk dikembangkan karena
nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 59.583 juta, nilai BC ratio sebesar 1.93
lebih besar dari satu serta nilai IRR 33.20 persen dan pay back period 4 tahun 3 bulan 5 tahun. Nilai IRR yang melebihi dari nilai suku bunga tabungan yang
berlaku 13 persen mengindikasikan bahwa modal yang dimiliki lebih baik diinvestasikan untuk usahatani jeruk Siam Pontianak.
Tabel 12. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Pengembangan Sentra Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat
Hektar Nomor
Indikator Kelayakan Finansial
Ekonomi 1
NPV Rp 59.583 juta
Rp 229.083 juta 2 BC
ratio 1.93
4.73 3 IRR
33.20 62.76
4 Pay Back Period
4 tahun + 3 bulan 3 tahun + 2 bulan
5 Umur Optimum
13 tahun 13 tahun
Sumber : Analisis data primer, 2007 Usaha ini lebih menguntungkan daripada modal tersebut di simpan di bank,
karena manfaat yang diperolehnya akan lebih besar. Selain itu nilai BC ratio yang diperoleh yaitu 1.93 mengandung makna untuk setiap satu rupiah yang
diinvestasikan atau dikeluarkan dalam usahatani pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak, akan memberikan pengembalian masing-masing sebesar Rp 1.93 atau
dengan kata lain manfaat yang diperoleh adalah 1.93 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Dari nilai BC ratio ini dilihat tingkat keuntungan yang dapat
diberikan usahatani jeruk Siam Pontianak adalah sebesar 193 persen dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan waktu pengembalian investasinya, digunakan
analisis pay back period dari hasil analisis yang dilakukan. Usahatani jeruk Siam Pontianak ini akan mencapai masa pengembalian investasi pay back period pada
tanaman berumur 4 tahun 3 bulan 5 tahun, bila ditinjau dari hasil penelitian umur tanaman 15 tahun, umur produksi optimum tanaman jeruk pada saat
berumur 13 tahun, maka dapat dikatakan usahatani ini masih memiliki sisa umur
tanaman yang cukup untuk mendapatkan keuntungan, tetapi perlu tindakan agronomi yang lebih intensif.
Analisis ekonomi pada Tabel 12 menunjukkan keragaan pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak jauh lebih baik dibandingkan kelayakan finansial.
Pada tingkat suku bunga yang sama, pendapatan nilai NPV yang diterima petani sebesar Rp 229.083 juta dengan nilai BC ratio 4.73. Nilai NPV yang positif dan
BC ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani ini secara ekonomis layak dikembangkan. Indikator lainnya yang dapat digunakan dalam menilai
kelayakan secara ekonomi adalah IRR dalam pengembangan usaha ini sebesar 62.76 persen dengan lama pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 4
tahun, dengan umur produksi optimum 13 tahun. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
empat variabel simulasi pertama yaitu kenaikan harga input tradable terdiri harga pupuk, pestisida dan alat pertanian masing masing sebesar 20 persen, kedua
kenaikan harga faktor domestik yaitu upah tenaga kerja, sewa lahan dan sarana pertanian lainnya masing-masing sebesar 15 persen. Asumsi kenaikan harga input
produksi didasarkan atas fluktuasi harga-harga input yang berpengaruh besar terhadap kemungkinan tingkat inflasi maksimal atau laju pertumbuhan harga yang
berakibat ikut naiknya harga input seperti terjadi tahun 2004-2005. Ketiga penurunan harga output sebesar 40 persen. Penurunan harga output sebesar 40
persen didasarkan atas pengalaman dari laju pertumbuhan harga jual jeruk siam tahun 2003-2006 dan simulasi keempat, adalah peningkatan harga input tradable
sebesar 20 persen simulasi 1, faktor domestik sebesar 15 persen simulasi 2 dan penurunan harga output sebesar 40 persen simulasi 3. Berikut ini hasil analisis
sensitivitas usaha pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Pengembangan Sentra Jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat
Hektar
Perubahan Harga Input
Kriteria Kelayakan Input
Tradable Input
Domestik Perubahan
Harga Output
NPV Rp IRR
BC Rasio
PBP Umur Optimum
+20 55.664 juta
31.31 1.81
4 th + 4 bln 13 tahun
+15 52.864 juta
30.12 1.74
4 th + 5 bln 13 tahun
-40 9.996 juta
17.51 1.16
5 th + 6 bln 14 tahun
+20 +15
-40 - 641 ribu
12.73 0.99 diatas 15 thn
15 thn
Sumber : Analisis data primer, 2007
Hasil analisis sensitivitas pada kelayakan pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak menunjukkan bahwa pada simulasi pertama apabila input tradable yaitu
harga pupuk, pestisida dan alat pertanian masing-masing naik sebesar 20 persen, maka pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak mengalami kerugian sebesar
Rp 59.583 juta – Rp 55.664 juta = Rp 3.919 juta atau mengalami penurunan pendapatan sebesar 6.55 persen. Kriteria investasi dinyatakan layak hal ini
ditunjukkan ole nilai NPV sebesar Rp 55.664 juta, IRR sebesar 31.31 persen , Net BC rasio sebesar 1.81 dan pengembalian investasi selama 4 tahun 4 bulan, umur
produksi optimum 13 tahun. Simulasi kedua kenaikan input faktor domestik yaitu harga upah tenaga
kerja, sewa lahan dan sarana pertanian lainnya masing-masing sebesar 15 persen, maka pengembangan sentra jeruk siam pontianak mengalami kerugian sebesar
59.583 juta – Rp 52.864 juta = Rp 6.719 juta atau mengalami penurunan pendapatan sebesar 11.28 persen, kriteria investasi dinyatakan layak hal ini
ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 52.864 juta, IRR sebesar 30.12 persen, net
BC rasio sebesar 1.74 dan pengembalian investasi selama 4 tahun 5 bulan, umur produksi optimum tanaman jeruk Siam Pontianak berumur 13 tahun.
Simulasi ketiga penurunan harga output sebesar 40 persen, maka pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak mengalami kerugian sebesar Rp
59.583 juta - Rp 9.996 juta = Rp 45.587 juta atau mengalami kerugian pendapatan sebesar 83.22 persen, kriteria investasi layak tetapi pendapatan relatif kecil, hal ini
ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 9.996 juta, IRR sebesar 17.51 persen, BC rasio sebesar 1.16 dan pengembalian investasi selama 5 tahun 6 bulan, umur
produksi optimum tanaman jeruk Siam Pontianak berumur 14 tahun. Berarti bahwa pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak tidak peka terhadap penurunan
harga output sampai sebesar 40 persen dengan asumsi variabel yang lain tetap. Simulasi keempat yaitu peningkatan harga input tradable sebesar 20 persen,
input domestik sebesar 15 persen dan penurunan harga output sebesar 40 persen, maka pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak mengalami kerugian sebesar Rp
59.583 juta – Rp - 641 ribu = Rp 60.224 juta atau mengalami penurunan pendapatan sebesar 101.08 persen, kriteria investasi kurang layak hal ini
ditunjukkan oleh NPV sebesar Rp - 641 ribu, IRR sebesar 12.73 persen, BC rasio sebesar 0.99 dan pengembalian investasi diatas umur 15 tahun, serta tanaman
berproduksi maksimum berumur diatas 15 tahun. Berarti bahwa pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak peka terhadap gabungan peningkatan harga input
tradable sebesar 20 persen, faktor domestik sebesar 15 persen dan penurunan harga output sebesar 40 persen.
5.3. Analisis Kebijakan Pemerintah