merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia alam IPA dan sekitarnya
2.1.9. Teori Konstruktivisme
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah PBM diadopsi dari istilah inggris Problem Based Intruction PBI. Model pengajaran berdasarkan masalah
ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey dalam Trianto, 2012:91 belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem
otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan
baik. Model pengajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara
siswa-siswa. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informai baru dan
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus bekerja menyelesaikan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, berusaha dengan susah payah untuk ide-ide Trianto, 2012:28. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky dan John Dewey.
2.1.9.1. Teori Piaget
Piaget dalam Winataputra dkk, 2007:6.8 menjelaskan pentingnya berbagai faktor internal seseorang seperti tingkat kematangan berpikir,
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri, dan keyakinan dalam proses belajar. Piaget memandang bahwa konstruktivisme adalah perkembangan
kognitif sebagai proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka
menurut Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tahap Perkiraan Usia
Kemampuan-Kemampuan Utama Sensorimotor
Lahir sampai 2 tahun
Terbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif
ke perilaku yang mengarah pada tujuan.
Praoperasional 2 sampai 7 tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-
objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.
Operasi Konkret 7 sampai 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir
secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang
dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah
tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
Operasi Formal 11 tahun sampai
dewasa Pemikiran abstrak dan murni simbolis
mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan
eksperimentasi sistematis.
Implementasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep,
memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir formal.
2.1.9.2. Teori Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan dibangun secara sosial, dalam pengertian bahwa peserta yang terlibat dalam suatu interaksi sosial akan
memberikan kontribusi dan membangun bersama makna suatu pengetahuan Winataputra dkk, 2007:6.9 teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek
sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak
bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarai, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal
development , yakni daerah tingkat perkembangan sedikit diatas daerah
perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar-
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap dalam individu tersebut
2.1.9.3. Teori John Dewey
Menurtu John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah
kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah. a.
Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar diri siswa sendiri.
b. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan
menentukan masalah yang dihadapinya. c.
Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah
tersebut. d.
Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.
e. Selanjutnya ia mencoba memperaktikan salah satu kemungkinan pemecahan
yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul tidaknya pemecahan masalah tersebut.
Dengan demikian, betapa penting makna bekerja, karena memberikan pengalaman, dan pengalaman memimpin orang berpikir sehingga dapat bertindak
bijaksana dan benar Trianto, 2012:31. Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah tidak hanya guru yang memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
2.1.10. Media Grafis Sebagai Pendukung Model Problem Based Intruction