kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, dengan peran guru sebagai fasilitator dan moderator.
2.1.3. Hakikat IPA
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam IPA. Berhubungan
dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Jadi ilmu pengetahuan alam IPA itu pengertiannya dapat disebut ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Selain itu Nash dalam bukunya The Nature of science
, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia
ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara fenomena dengan fenomena lain Samatowa, 2011:1-2. Hakikat ilmu pengetahuan alam
IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanyaperilakukarakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian
proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia Mariana, 2009:13. Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari
segi pengembangan sikap serta teknologi. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung empat dimensi IPA tersebut.
2.1.3.1. IPA Sebagai Produk IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA
terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam
bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting tetapi ada sisi lain IPA yang tidak kalah penting yaitu
“proses”, maksudnya proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam itu sendiri. 2.1.3.2. IPA Sebagai Proses
Yang dimaksud dengan “proses” di sini adalah proses mendapatkan IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi
yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan
harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk perpaduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Disamping itu, pentahapan
pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: 1 observasi; 2 klasifikasi; 3 interpretasi; 4
prediksi; 5 hipotesis; 6 mengendalikan variabel; 7 merencanakan dan melaksanakan penelitian; 8 inferensi; 9 aplikasi; dan 10 komunikasi.
2.1.3.3. IPA Sebagai Pemupukan Sikap Menurut Wynne Harlen, setidak-tidaknya ada sembilan aspek sikap dari
ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SDMI, yaitu : 1 sikap ingin tahu; 2 sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; 3 sikap kerja sama; 4
sikap tidak putus asa; 5 sikap tidak berprasangka; 6 sikap mawas diri; 7 sikap bertanggung jawab; 8 sikap berpikir bebas; dan 9 sikap kedisiplinan diri.
Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan di lapangan Sulistyorini 2007:9-10.
2.1.3.4. IPA Sebagai Teknologi Sains dan teknologi saling melengkapi sangat erta satu dengan yang
lainnya. Penemuan dalam sains memungkinkan pengembangan teknologi dengan menyediakan instrumen yang baru lagi sehingga memungkinkan mengadakan
observasi dan percobaan dalam sains. Pada abad ke-20 ini, pengembangan sains sangat ditunjang teknologi Fischer, 1975:77. Dengan demikian hendaknya
perubahan pendidikan sains harus merefleksi atau mengarahkan kepada hubungan antara sains dan teknologi dengan masalah yang dihadapi manusia dalam
kehidupan sehari-hari dalam Mariana, 2009:36. Jadi menurut definisi diatas, IPA sangat penting diberikan pada siswa
karena mencakup empat hal yang dibutuhkan oleh siswa dalam mempelajari IPA yaitu konten atau produk, proses atau metode, dan sikap serta teknologi. Jika
ketiga hal dialami siswa dengan baik, pemahaman siswapun akan menjadi komprehensif dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.4. Pembelajaran IPA di SD