kepuasan pelanggan untuk menarik pelanggan. Pasar monopoli murni yaitu pasar yang hanya ada satu penjual yang menguasai pasar suatu produk tertentu. Penjual
berperan sebagai price maker, hambatan masuk dan keluar pasar tinggi karena alasan teknis atau alasan undang-undang untuk monopoli yang teregulasi.
3.1.6 Efisiensi Tataniaga
Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tataniaga adalah tingkat efisiensi dari tataniaga, karena tataniaga yang efisien dapat memberikan kepuasan
kepada semua pihak yang terlibat dalam tataniaga. Dahl and Hammond 1977 menyatakan bahwa terdapat dua ukuran yang dapat digunakan dalam mengukur
tingkat efisiensi yaitu efisiensi operasional teknologi dan efisiensi harga ekonomi. Efisiensi operasional menggambarkan keadaan dimana biaya input
dapat diturunkan tanpa mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi operasional pada proses
tataniaga produk yaitu dilihat dari keragaaan pasar analisis margin tataniaga, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.
Efisiensi harga tercermin dari tiga kondisi yaitu 1 ada alternatif pilihan bagi konsumen, 2 perbedaan harga yang mencerminkan adanya biaya-biaya
yang dikeluarkan sebagai akibat perlakuan terhadap komoditi dalam sistem tataniaga, dan 3 terjadi aktivitas pembelian dan penjualan yang cocok antara
petani, lembaga tataniaga dan konsumen yang berdampak pada kepuasan pada setiap pelaku tataniaga. Tingkat efisiensi tataniaga dapat dilihat dengan
mengunakan dua pendekatan sekaligus atau salah satu dari pendekatan tersebut.
Marjin tataniaga. Dahl and Hammond 1977 menyatakan bahwa marjin
tataniaga menjelaskan perbedaan harga di tingkat petani P
f
dengan harga tingkat
pengecer P
r
. Perbedaan nilai ini juga direpresentasikan sebagai jarak vertikal dan jarak antara kurva permintaan atau antara kurva penawaran Gambar 1. S
r
menunjukkan supply turunan, S
f
menunjukkan supply dasar, D
r
merupakan demand turunan, D
f
merupakan demand dasar, P
r
merupakan harga retail, dan P
f
merupakan harga petani Gambar 1. Nilai marjin tataniaga adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim tataniaga dikalikan dengan kuantitas produk yang
dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah value added.
Gambar 1 Marjin Tataniaga.
Sumber: Dahl and Hammond 1977
Pengertian ekonomi nilai marjin tataniaga adalah harga dari sekumpulan jasa tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan
penawaran produk–produk tersebut. Oleh karena itu nilai marjin tataniaga dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges. Marjin
tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen
Marjin Tataniaga P
r
– P
f
Quantity
Price
P
r
P
f
S
r
S
f
D
r
D
f
Qr, f VMM
P
r
– P
f
Q
rf
dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas produk yang dipasarkan, sehingga jumlah produk di tingkat petani sama dengan
jumlah produk di tingkat pengecer. Marjin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan marjin keuntungan Dahl and Hammond, 1977.
Marjin tataniaga terjadi karena adanya faktor-faktor biaya tataniaga pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, dan lain-lain dan
keuntungan, yang akhirnya akan mempengaruhi pembentukan harga jual produk itu sendiri antara petani dan pedagang Elizabeth, 2007. Keuntungan tataniaga
adalah pengurangan marjin tataniaga dengan biaya-biaya tataniaga.
Farmer s share. Azzaino 1982 menyatakan bagian yang diterima petani
farmer s share merupakan harga yang diterima petani sebagai imbalan kegiatan usahataninya dalam menghasilkan kondisi tertentu. Farmer s share juga
menyatakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga di tingkat lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam persentase.
Rasio BC. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga merupakan
perbandingan antara keuntungan yang diambil lembaga tataniaga terhadap biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk tersebut. Secara teknis sistem
tataniaga akan semakin efisien jika rasio keuntungan terhadap biaya merata di setiap lembaga tataniaga.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional