Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian dari pendahuluan.

A. Latar Belakang Masalah

Kecakapan dasar yang sangat penting sebagai fondasi untuk pengembangan kecakapan akademis seseorang adalah membaca, menulis, dan menghitung. Salah satu mata pelajaran yang mempelajari salah satu aspek dari kecakapan dasar tersebut adalah matematika. Menurut Susanto 2012: 185 matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir dan juga berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan juga dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi, matematika menjadi salah satu bidang studi yang wajib diperkenalkan dan juga dipelajari. Bahkan matematika juga telah diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Gunawan mengatakan bahwa ada sebuah riset yang menunjukkan bahwa kecakapan matematika sangatlah mempengaruhi perkembangan diri anak Soesilowati, 2011: xvii. Ketika anak suka, mampu, serta cakap dalam berhitung maka anak akan tumbuh dengan konsep diri yang baik, bahkan anak merasa cakap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI serta berharga. Akan tetapi sebaliknya, saat anak tidak suka, tidak mampu, atau tidak cakap berhitung, anak tumbuh dengan konsep diri yang tidak baik karena merasa rendah diri minder dan menghindar dari pelajaran yang melibatkan hitungan atau angka. Menurut survei yang dilakukan oleh Supriadi 2013: 7 mengatakan bahwa beberapa siswa masih menganggap matematika menjadi salah satu pelajaran yang menakutkan karena dirasa paling sulit. Hal ini menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan siswa semakin sulit memahami matematika. Kesulitan belajar dan menguasai matematika dasar, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian ini juga dapat berawal pula dari proses belajar yang salah. Padahal sikap dan minat yang positif terhadap matematika merupakan salah satu standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Kesulitan dalam pembelajaran khususnya matematika sering dijumpai di sekolah-sekolah. Hal ini terjadi di SD Negeri Caturtunggal 1. Peneliti melakukan observasi selama PPL Program Pengalaman Lapangan tanggal 14 September 2015 pada kelas III SD Negeri Caturtunggal 1, menemukan beberapa siswa terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Khususnya pada materi perkalian. Siswa masih belum memahami perkalian terutama untuk perkalian dua angka. Untuk perkalian satu angka, mereka dapat menghitung menggunakan jari mereka. Ketika dihadapkan dengan perkalian dua angka, siswa terlihat kebingungan dalam menghitungnya. Siswa kebingungan angka mana yang harus dikalikan terlebih dahulu. Selain itu, siswa terlihat pasif saat proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran. Terlihat dari siswa hanya mendengarkan guru berbicara menyampaikan materi dan siswa menyimak materi ajar yang ada pada buku paket. Saat pembelajaran berlangsung tanggal 14 September 2015, terlihat kurangnya interaksi antara guru dengan siswa. Hal ini dapat terlihat ketika guru memberikan tugas kepada siswa, namun beberapa siswa belum memahami mengenai apa yang guru jelaskan. Siswa yang belum memahami materi enggan bertanya kepada guru karena siswa malu dan menganggap teman-teman yang lain sudah memahami materi. Pembelajaran di kelas III diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung dan pembelajaran belum menggunakan media yang dapat membantu siswa memahami materi. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada guru kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 tanggal 7 Maret 2016, guru jarang menggunakan media ketika pembelajaran matematika berlangsung. Hal ini disebabkan karena guru merasa kebingungan dengan media yang harus digunakan dalam pembelajaran matematika. Matematika dianggap sebagai pembelajaran abstrak sehingga guru sulit menentukan media yang pas. Selain itu, tidak adanya waktu untuk mempersiapkan media yang digunakan saat pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan media untuk menyampaikan materi perkalian kepada siswa agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media pembelajaran dari Montessori. Media Montessori merupakan alat yang digunakan oleh Maria Montessori yang berasal dari Italia untuk pembelajaran di sekolah. Alat Montessori PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda, unik dan tidak dimiliki oleh media pada umumnya. Maria Montessori merumuskan empat karakteristik media yang baik sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Karakteristik tersebut adalah menarik, bergradasi, auto-correction mempunyai pengendali kesalahan, dan auto-education dapat digunakan secara mandiri Montessori, 2002: 171-175. Latar belakang inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan suatu tindakan guna memperbaiki keadaan tersebut menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik dan juga relevan. Peneliti mengimplementasikan salah satu media pembelajaran dari Montessori yaitu bead frame untuk materi perkalian pada siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

B. Rumusan Masalah