sebagai linkungan kedua yang mendukung dalam mendidik siswa, setelah lingkungan keluarga.
2.1.1.4 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Somantri dalam Sapriyana 2009 : 11 mengemukakan bahwa, “pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Sedangkan dalam penjelasan UU Sikdinas pasal 37 dalam
Supriya 2009:45
tertulis bahwa
IPS dimaksud
untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Dilihat dari teori-teori di atas IPS mempelajari tentang
kehidupan manusia dengan lingkungan sekitar. Pengertian di atas tampak jelas bahwa IPS terdiri dari himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dan
berdasar pada realita kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. IPS menghimpun semua materi yang berhubungan secara langsung dengan masalah penyusunan dan
pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat dari berbagai sudut ilmu sosial dan humaniora.
Pada penelitian ini peneleti meneliti materi IPS pada Standar Kompetensi SK Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional,
pada masa Hindu, Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam, suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Dan pada Kompetensi Dasar KD 1.5 yaitu
mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.1.5 Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini dijelaskan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dapat memberi kontribusi bagi penyusunan proposal penelitian ini.
Hasil penelitian yang relevan ini bersumber dari beberapa penelitian yang membahas tentang peningkatan keaktifan, peningkatan prestasi belajar, dan
penggunaan media pembelajaran audio-visual. Beberapa penelitian tersebut antara lain:
Rinanta 2011 meneliti peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi kelas X di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta menggunakan media audio-visual. Terjadi peningkatan
dan hasil belajar dalam penelitian tersebut. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan keaktifan dan hasil belajar geografi setelah menggunakan media audio
visual adalah sebagai berikut: 1 jumlah siswa aktif dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan antara lain; jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan
melalui audio visual meningkat dari 66,7 menjadi 100 pada siklus 3, mencatat penjelasan materi dari media audio visual 66,7 menjadi 100, menjawab
pertanyaan dari guru secara spontan dari 33,3 menjadi 83,3, mengajukan pertanyaan dari 33,3 menjadi 66,7, menanggapi respons siswa lain dari 50
menjadi 83,3, menjawab dengan
ditunjuk dari 0 menjadi
83,3, memperhatikan penjelasan guru dari 83,3 menjadi 100, melaksanakan tugas
dari 100 menjadi 100, 2 rata-rata nilai meningkat dari 61,67 menjadi 92,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran
geografi dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kelas X Madrasah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta. Dari penelitian ini ada kesamaan penggunaan media audio visual dan peningkatan keaktifan. Perbedaan
dalam penelitian tersebut adalah pada peningkatan hasil belajar sedangkan peneliti ingin meneliti peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS.
Anisa 2010 meneliti peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS mengenai perkembangan teknologi dengan menggunakan media puzzle. Dari
penelitan tersebut pada kelas IVA SD Negeri 1 lembang Bandung diperoleh hasil
sebagai berikut 1 Data yang diperoleh, menunjukan bahwa pemahaman siswa
terhadap kompetensi dasar untuk memahami perkembangan teknologi. Nilai rata- rata yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 4,7 dari kondisi awalnya 3,9. Hal ini
menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam menyerap materi pelajaran
menunjukan nilai “lebih dari cukup”. 2 Data yang diperoleh, menunjukan bahwa
pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar untuk memahami perkembangan teknologi adanya peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa
pada siklus II sebesar 7,2 dari kondisi awalnya 3,9. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam menyerap materi pelajaran menunjukan nilai “lebih dari
cukup”. 3 Data yang diperoleh, menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap
kompetensi dasar untuk memahami perkembangan teknologi adanya peningkatan dari siklus II. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus III sebesar 8,5 dari
kondisi awalnya 3,9. Ini menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
yang diajarkan menunjukan nilai “baik”. Hasil Rata-rata dari setiap siklus I, II dan III menampakkan adanya peningkatan hasil belajar. Dari penelitian tersebut
terdapat kesamaan pada peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar dan mata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelajaran yang diteliti. Lalu perbedaan terletak pada penggunaan media yaitu media pembelajaran puzzle dan materi pelajaran mengenai teknologi, sedangkan penulis
menggunakan media pembelajaran audio-visual terhadap materi pelajaran kegiatan ekonomi di Indonesia.
Figaritis 2012 meneliti tentang peningkatan hasil belajar IPS pada kelas II menggunakan media visual pada kelas V SD N Karangtengah 3 Blitar.
Berdasarkan observasi pembelajaran tersebut, diperoleh nilai yang sangat rendah, dari 25 siswa hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM. Hal ini
dikarenakan guru menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media saat kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian dengan menerapkan media visual
menunjukkan adanya peningkatan dalam aktivitas siswa. Dalam siklus yang ke II yang merupakan siklus terakhir, nilai rata
– rata hasil belajar siswa secara klasikal adalah 72. Persentase ketuntasan klasikal satu kelas adalah sebesar 84 atau
sebanyak 21 siswa telah tuntas belajar. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan media visual dalam pembelajaran IPS dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Ada persamaan dalam penelitian tersebut yaitu sama
– sama meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa, sedangkan perbedaannya peneliti menggunakan media visual dan penulis
menggunakan media audio visual dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Risana 2010 meneliti tentang peningkatan keaktifan dan kemampuan membaca puisi dengan media audio-visual pada siswa kelas VII C SMP N 3
Pracimantoro tahun ajaran 20102011. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 3
Pracimantoro yang berjumlah 31 siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan mulai dari survei awal, siklus I, siklus II, dan siklus III. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa a meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi dari 58 menjadi 80; b meningkatnya minat dan motivasi siswa saat
mengikuti kegiatan pembelajaran dari 45 menjadi 83; dan c meningkatnya keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi dari 48
menjadi 77. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari skor atau nilai pekerjaan siswa pada tiap siklusnya.Pada siklus I, kualitas pembacaan puisi siswa yang sudah
memenuhi standar kelulusan sebesar 48.Pada siklus II, terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya menjadi 74 terhadap nilai kelulusan siswa.Pada siklus III,
persentase kelulusan siswa sudah menjadi 77. Dari penelitian ini ada kesamaan penggunaan media audio visual dan peningkatan keaktifan.Perbedaan dalam
penelitian tersebut adalah pada peningkatan kemampuan membaca puisi sedangkan penulis meneliti peningkatan prestasi belajar.
Melihat data penelitian yang relevan tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas tentang keaktifan dan prestasi belajar pada Mata Pelajaran
IPS sudah banyak dilakukan. Empat penelitian yang relevan ini dapat dijadikan landasan bagi terlaksananya penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini
masih relevan untuk diteliti meskipun sudah banyak peneliti lain yang meneliti keaktifan dan prestasi belajar, namun penelitian ini bisa jadi pelengkap dari
penelitian-penelitian yang sudah ada. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi alternatif peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS.
Jika dijelaskan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat hubungan yang saling terkait antara penelitian satu sama lain. Hubungan keterkaitan ini dapat
dilihat pada gambar II.2.
Keaktifan Prestasi
Keaktifan dan Prestasi penelitian ini
Gambar II.2 Diagram Antar Hubungan Penelitian yang Relevan
Pemanfaatan Media Pembelajaran Audio Visual
Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Geografi Kelas X di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta
Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas
V SD Kanisius Gayam I dengan Penggunaan Media Audio-Visual
oleh Diani Tri Ambarwati Peningkatan Hasil Belajar
IPS pada Kelas II dengan Menggunakan Media Visual
di SD N Karangtengah 3 Kota Blitar
Peningkatan Keaktifan dan Kemampuan Membaca Puisi
dengan Media Audio Visual Pada siswa Kelas VII C SMP
Negeri 3 Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri tahun
ajaran 20102011 Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa dalam Pembelajaran IPS Mengenai Perkembangan
Teknologi dengan Menggunakan Media Puzzle
Gambar II.2 tersebut menunjukkan hubungan keterkaitan antar penelitian dengan menggunakan jenis-jenis media pada mata pelajaran IPS. Terdapat dua
penelitian yang menggunakan media audio-visual pada pembelajaran. Dua penelitian Rinata, 2011; Risana 2010 membuktikan bahwa penggunaan media
audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran. Penelitian oleh Anisa 2010 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi
belajar pada mata pelajaran IPS. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Figaritis 2011 membuktikan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar dengan
menggunakan media visual. Keempat penelitian tersebut dapat dijadikan landasan yang relatif kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
media audio-visual dalam mengupayakan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Peneliti memperoleh informasi bahwa
permasalahan yang terjadi pada pembelajaran mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Gayam I dapat diatasi dengan penggunaan media audio-visual untuk
menyampaikan isi materi ajar. Pertimbangan penggunaan media visual tersebut adalah kajian materi IPS, karakteristik siswa kelas V serta sarana dan prasarana
pendukung yang ada di SD Kanisius Gayam I. Oleh karena itu, peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Gayam I dengan Menggunakan Media
Audio-Visual.
2.2 Kerangka Berpikir
Tingkat prestasi siswa pada mata pelajaran IPS sebagian besar masih tergolong rendah berdasarkan dokumentasi dan wawancara peneliti. Peneliti juga
mendapati cara belajar siswa yang pasif selama melakukan observasi di kelas. Hal ini dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan berpusat pada guru,
sehingga nampak suatu kondisi dimana siswa cenderung tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi dan saat pemberian tugas. Penggunaan media
pembelajaran inovatif pun tidak nampak, media yang digunakan guru ketika peneliti melakukan observasi di kelas adalah papan tulis dan buku paket IPS anjuran
sekolahyayasan kanisius. Sehingga kondisi yang tercipta adalah sebagian besar siswa sibuk dengan aktivitas yang lain seperti menggambar, bercerita dengan
teman, bermain karet, dan menjahili teman dengan menggelitiki secara sembunyi. Kegiatan pembelajaran sebaiknya dirancang sebaik mungkin agar keterlibatan
siswa dalam pembelajaran maksimal. Media pembelajaran sangat dibutuhkan karena merupakan segala sesuatu yang mampu menyampaikan isi pesan berupa
materi ajar dari pengirim pesan kepada penerima pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran bermacam-macam jenisnya, salah satunya adalah media audio-visual. Yakni media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
ataupun materi ajar yang berupa gambar dan suara yang dipadukan menjadi satu. Sehingga pada proses penyampaian materi IPS mengenai jenis-jenis usaha dan
kegiatan ekonomi di Indonesia kiranya pas disajikan dengan media audio-visual. Disamping itu sarana dan prasarana yang dibutuhkan pun memadai, sehingga pada