Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Akhir dalam bab ini terdapat pula penjelasan tentang batasan pengertian untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar adalah latihan-latihan yang dilakukan sendiri oleh tiap orang dengan tujuan ia memperoleh kemampuan baru pengetahuan, pemahaman, pemecahan masalah, ketrampilan, sikap, pola, tingkah laku, menurut Tanlain, 2010:5 dalam Strategi Belajar dan Mengajar. Dalam program pendidikan sekolah kegiatan belajar berlangsung dalam situasi yang diatur oleh guru, yaitu mengenai waktu, tempat, bahan ajar, metode kerja, dan penilaian hasil. Di sini guru bertindak sebagai fasilitator sedangkan siswa sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya sehingga potensi diri yang mereka miliki menjadi berkembang dan pengetahuan yang mereka peroleh menjadi bermakna. Dalam hal ini, guru memiliki peranan penting untuk mengendalikan jalannya proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa 2007:95, yaitu bahwa “menjadi guru yang kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan”. Pembelajaran dapat dikatakan kondusif jika suasana dan iklim belajar yang tercipta adalah bahwa siswa benar-benar berperan aktif dalam belajar. Menurut Uno 2011:77 “strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu diisi.” Dari hal ini dapat diartikan bahwa siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi, tetapi harus diterapkan komunikasi interpersonal dan keterlibatan kelompok dengan siswa lain. Didukung oleh pendapat Huda 2012:4 bahwa: “dengan berinteraksi satu sama lain, siswa akan menerima feedback atas semua aktivitas yang mereka lakukan, mereka akan belajar bagaimana berperilaku dengan baik, dan mereka akan memahami apa yang harus dilakukan dalam kerja kelompok.” Dalam strategi pembelajaran PAILKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik, konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif Uno Mohamad 2012:10. Dari teori tersebut terlihat bahwa situasi dan iklim belajar yang kondusif nampak jika guru mampu mengkondisikan suasana kelas dengan penerapan media pembelajaran yang dapat menunjang efektivitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI proses pembelajaran. Pemahaman guru terhadap situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar diperlukan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, suasana dan iklim belajar yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran belum nampak pada proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di SD Kanisius Gayam I. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebanyak dua kali, peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran IPS dan diperoleh sejumlah data tentang permasalahan yang timbul selama pembelajaran. Observasi yang pertama dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2015. Saat pengamatan tersebut kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas terlihat bahwa guru menjelaskan materi ajar dengan menggunakan strategi pembelajaran secara tradisional. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru dan siswa melakukan kegiatan tanya jawab, lalu siswa mencatat informasi yang ditulis guru di papan tulis dan mendengarkan penjelasan guru. Guru dan siswa terlihat menggunakan buku paket anjuran yayasan kanisius sebagai sumber belajar di kelas. Selama observasi peneliti tidak menjumpai adanya penggunaan model pembelajaran inovatif serta media pendukung pembelajaran seperti gambar, video, ataupun alat peraga lainnya saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar mengajar tersebut terlihat jelas bahwa guru memberikan pengetahuan secara terus- menerus pada jam pertemuan tersebut kepada siswa tanpa adanya interaksi aktif antara guru dan siswa. Jumlah siswa kelas V SD Kanisius Gayam I seluruhnya adalah 38 siswa, terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pada kegiatan tanya jawab, terlihat 10 siswa dari 38 siswa sering melakukan tanya jawab kepada guru dan lainnnya hanya diam dan tidak ada yang berusaha bertanya kepada guruteman. Hanya ada 9 orang siswa dari 38 siswa yang sering mengemukakan pendapat untuk mengoreksi jawaban guru yang salah pada papan tulis ketika kegiatan mencatat hasil diskusi. Saat guru memberi tugas untuk membaca dalam hati terdapat 18 dari 38 siswa yang melaksankan tugas tersebut, sedangkan sisanya sibuk dengan aktivitas yang lain seperti menggambar, bercerita dengan teman lain, bermain karet, dan menjaili teman dengan menggelitiki secara sembunyi. Ketika tanya jawab berlangsung, guru memberikan sebuah pertanyaan mengenai materi kenampakan alam dan buatan pada seorang siswa namun siswa tersebut diam kurang lebih selama 15 detik, lalu guru menyuruh siswa tersebut untuk mencari jawabannya pada buku dengan halaman sekian kemudian siswa membacakan tanpa guru memberi umpan balik sesudahnya. Guru tidak mencoba memancing siswa untuk mencari jawabannya secara mandiri. Hal ataupun masalah yang seharusnya dapat diselesaikan secara mandiri oleh anak tersebut atau bahkan dapat menjadi pembahasan asyik dalam kelas akan tetapi menjadi berlalu begitu saja. Hal-hal serupa terjadi berulang kali, guru memberi pertanyaan kepada siswa dan setelah dua hingga empat siswa menjawab guru menyahut dengan melontarkan jawabannya sendiri tanpa menanggapi jawaban siswa lain. Pada bagian ini terlihat bahwa guru seringkali melontarkan pertanyaan sekaligus dijawab sendiri serta perhatian guru terlihat kurang menyeluruh. “Jika siswa pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, maka meskipun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI komunikasi itu bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung komunikasi satu arah” Munadi 2010:10. Dari pendapat ahli tersebut terlihat bahwa kualitas kemampuan guru menciptakan komunikasi dua arah dengan siswa kelas V di SD Kanisius Gayam I kurang nampak, padahal terdapat siswa yang terlihat aktif menanggapi pernyataan guru dalam pembelajaran. Selanjutnya, siswa yang terlihat pasif pada proses pembelajaran justru terlihat bersemangat ketika mereka bermain dengan mainannya sendiri ataupun mengobrol dengan teman sebangkunya ketika ditinggal oleh guru. Selain itu, dalam observasi pertama terlihat bahwa perhatian guru kurang merata ke seluruh siswa karena guru terpaku di depan kelas saat proses pembelajaran dan terlihat pula guru bertanya kepada siswa namun tidak mendapat umpan balik feed back dari siswa tersebut. Peneliti melakukan observasi lanjutan pada tanggal 3 Oktober 2015. Seperti yang terjadi pada observasi pertama, guru menjelaskan materi secara lisan selama proses pembelajaran, guru terpaku menjelaskan di depan kelas kemudian menuliskan materi pelajaran di papan tulis dan perhatian guru cenderung tidak merata kepada seluruh siswa dalam kelas. Selain itu, sebanyak 13 siswa dari 38 siswa sering melakukan tanya jawab kepada guru dan atau siswa lain, sedangkan sisanya terlihat diam dan ada pula yang mengobrol dengan teman sebangkunya. Tidak ada kegiatan berdiskusi dalam pembelajaran kali ini, siswa melakukan tanya jawab dengan guru lalu mencatat kemudian dilanjutkan dengan pemberian pekerjaan rumah. Pada pembelajaran ini terlihat bahwa keterlibatan siswa terhadap aktivitas pembelajaran sangat kurang serta minimnya interaksi antara siswa dengan siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil kedua observasi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan tanya jawab kepada guru dan atau teman sebanyak 3,71. Sedangkan siswa yang mengemukakan pendapat dalam berdiskusi sebanyak 3,47, dan jumlah siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sebanyak 5,58. Data yang diperoleh dari kedua observasi menunjukkan beberapa kesamaan diantaranya adalah dalam hal interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang cenderung mengacu pada strategi pembelajaran tradisional dan tidak terlihat adanya model pembelajaran yang inovatif, menyenangkan maupun menarik pada kegiatan belajar mengajar sehingga siswa terlihat pasif dan suasana kelas terlihat sangat sunyi. Penelitian berlanjut dengan pengumpulan informasi dari kegiatan wawancara interview dengan guru atau wali kelas V pada tanggal 3 Oktober 2015“Apakah ibu memanfaatkan media atau alat peraga pada kegiatan belajar mengajar? ”, kemudian guru menjawab, “Wah, jarang mbak. Saya tidak punya banyak waktu untuk membuat alat peraga atau media. Saya terlalu sibuk mengurusi administrasi sekolah yang sangat banyak dan sangat melelahkan. Belum lagi sekarang saya diminta yayasan untuk membuat buku, saya stress mbak. Ya sudah, sekarang seperti biasa saya menjelaskan materi dan anak-anak mencatat dan terkadang anak diajak untuk berdiskusi dalam kelompok”. Berdasarkan informasi dari guru tersebut memperkuat adanya masalah dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V. Kurangnya menggunakan media pembelajaran inovatif menyebabkan siswa kelas V mengalami kesulitan dalam memahami materi IPS. Informasi yang diperoleh juga menunjukkan keterbatasan waktu bagi guru dalam menciptakan media sehingga hal yang dilakukan guru adalah penyampaian materi secara tradisional teacher centered. Beberapa masalah yang nampak ini memberi pengaruh pada kualitas pembelajaran yang relatif belum efektif sehingga ditakutkan akan menurunkan tingkat keaktifan belajar siswa. Data selanjutnya yang diperoleh peneliti adalah hasil dokumentasi tentang nilai-nilai ulangan harian IPS kelas V SD Kanisius Gayam I menunjukkan prestasi belajar siswa yang rendah. Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM untuk mata pelajaran IPS kelas V adalah 67, sedangkan data menunjukkan 16 42,10 dari 38 siswa lulus KKM pada ulangan harian 1 semester 1 tahun ajaran 20142015. Data selanjutnya yang diperoleh peneliti adalah 12 dari 38 siswa 31,58 lulus KKM pada Ujian Tengah Semester UTS tahun ajaran 20142015. Beberapa dokumentasi pada mata pelajaran IPS tersebut menunjukkan rata-rata tingkat pemahaman siswa yang dapat dikatakan rendah karena persentase siswa yang lulus KKM adalah 36,84. Berdasarkan data-data di atas terlihat bahwa proses pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I masih bersifat teacher centered serta pengetahuan dan pemahaman guru tentang pembelajaran inovatif masih terbatas. Hal ini menyebabkan guru cenderung melakukan ceramah selama proses pembelajaran, tidak ada penggunaan media pembelajaran yang inovatif, pembelajaran yang dilakukan pasif antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan terkesan monoton, guru tidak memberdayakan keterlibatan siswa secara maksimal, guru tidak mampu mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, perhatian siswa teralihkan kepada hal-hal yang lebih menarik daripada gurunya, dan tingkat ketercapaian hasil belajar siswa yang rendah. Sejumlah materi pembelajaran akan terasa abstrak jika diberikan begitu saja kepada siswa tanpa adanya perantara atau alat penyampai materi tersebut. Menurut Munadi 2010:7- 8, “ media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien”. Jika ditinjau dari konsep pendidikan tersebut, maka penggunaan media pembelajaran akan efektif dan efisien selama mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPS yang terdapat pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I menunjukkan bahwa dibutuhkan kemampuan menciptakan media pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga terjadi interaksi yang baik antara guru, siswa dan materi ajar. Jika guru mampu menggunakan media-media pembelajaran yang inovatif ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar KBM IPS, maka siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa akan meningkat diikuti dengan peningkatan pemahaman terhadap materi ajar sehingga diharapkan prestasi belajar mereka juga meningkat. Jika melihat kembali konsep pembelajaran efektif pada strategi pembelajaran PAILKEM, maka media pembelajaran merupakan sarana yang efektif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di kelas. Beberapa kemungkinan penggunaan media pembelajaran untuk mata pelajaran IPS pada kelas V SD Kanisius Gayam I berdasarkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran diantaranya adalah media audio dan visual. Berdasarkan objek kajian materi ajar IPS yang mengangkat mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, peneliti memilih menggunakan media audio-visual untuk mengatasi permasalahan belajar IPS. Berkaitan dengan objek kajian dan tujuan pembelajaran IPS, Arsyad 2007:2 menjelaskan bahwa “media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar”. Lebih lanjut Sudjana Rivai dalam Arsyad, 2007:24 menjela skan “manfaat penerapan media pada pembelajaran yaitu bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran”. Diteguhkan oleh Usman 2003 : 20-31 bahwa “dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan siswa yakni : 1 melibatkan siswa secara aktif; 2 menarik minat dan perhatian siswa; 3 membangkitkan motivasi siswa; 4 prinsip individualisme; 5 alat peraga atau media dalam pembelajaran ”. Selain memenuhi lima variabel diatas, guru juga diharapkan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS. Usman 2003:47 juga berpendapat bahwa “manfaat media diantaranya adalah menarik minat peserta didik, membuat pelajaran lebih menetap dan tidak mudah dilupakan, dan memberi pelajaran yang nyata. Penggunaan media pembelajaran diharapkan mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan proses kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan media, ketidakjelasan bahan ajar yang akan disampaikan dapat diperjelas. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikonkretkan, dan apa yang belum jelas tentang materi yang disampaikan oleh pendidik dapat diperjelas oleh media ”. Pemilihan media audio-visual oleh peneliti diperkuat oleh pendapat Ahmad 2000:12 mengenai “keunggulan media audio-visual adalah a memberikan dasar pengalaman konkret bagi pemikiran dengan pengertian-pengertian abstrak; b mempertinggi perhatian anak; c memberikan realitas sehingga mendorong adanya self activity; d memberikan hasil yang permanen; e memperbanyak perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipaham i”. Selain dilihat dari manfaat media audio-visual, peneliti menggunakan media audio-visual juga dikarenakan guru belum menggunakan media audio-visual dalam pembelajaran. Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh penelitian Rinata 2011 dan Risana 2010 membuktikan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran. Penelitian oleh Anisa 2010 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar pada Mata Pelajaran IPS. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Figaritis 2011 membuktikan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan media visual. Keempat penelitian tersebut dapat dijadikan landasan yang relatif kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan media audio-visual dalam mengupayakan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Gayam I. Berdasarkan semua data yang telah didapatkan oleh peneliti maka peneliti memilih media audio-visual untuk diterapkan pada pembelajaran kelas V SD PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kanisius Gayam I dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Dengan demikian, peneliti memperoleh judul penelitian “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Gayam I dengan Menggunakan Media Audio-Visual ”. 1.2 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPS kelas V semester I dengan kompetensi dasar mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia dalam penggunaan media audio-visual untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

1.3 Rumusan Masalah