informasi yang membawa pesan-pesan atau mengandung maksud-maksud
pengajaran, maka media tersebut disebut media pembelajaran”. Jadi, dari para ahli tersebut peneliti merangkum pengertian media pembelajaran menjadi segala
sesuatu yang mampu menyampaikan isi pesan berupa materi ajar dari pengirim pesan kepada penerima pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.
2.1.1.1.2 Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Yamin 2009:186 penggunaan dan pemilihan media harus mempertimbangkan empat hal, meliputi 1 tujuanindikator yang hendak dicapai;
2 kesesuaian media dengan materi yang dibahas; 3 tersedia sarana dan prasarana penunjang, dan 4 karakteristik siswa. Lebih lanjut, menurut Kustandi 2011:86
pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang mengacu pada tiga ranah kognitif, tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang
sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, praktis dan luwes dalam berbagai kondisi, serta guru harus terampil dalam menggunakannya agar siswa tidak
kebingungan dalam menerima materi pembelajaran yang disajikan menggunakan media.
Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh banyak peneliti, para peneliti menggunakan kerucut pengalaman Dale sebagai landasan teoriya. “Dale
mengklasifikasikan pengalaman dalam usaha memanfaatkan media dalam proses pembelajaran dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Tingkat pengalaman
dalam kerucut tersebut berdasarkan seberapa banyak indera yang terlibat di dalamnya” Munadi, 2010:18. Lalu Arsyad 2007:9-11 mengatakan bahwa
“perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sangat menonjol perbedaannya. Dale memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75, melalui indera dengar sekitar 13
dan melalui in dera lainnya sekitar 12”. Kerucut Pengalaman Dale dapat dilihat
pada gambar II.1.
Gambar II.1 Kerucut Pengalaman Dale
Pastore dalam Munadi, 2010:19 menjelaskan lebih rinci kerucut pengalaman Dale berkaitan dengan gambar II.1 di atas bahwa pengalaman belajar
siswa semakin ke atas semakin abstrak. Sekitar 90 diperoleh dari pengalaman langsung dan benda tiruanpengamatan, 70 diperoleh dari dramatisasi dan
karyawisata, 50 diperoleh dari televisi dan gambar hidup pameran, 30 gambar diam, rekaman radio dan lambang visual dan 30 diperoleh dari lambang kata.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, Rohani 2004:163 merangkumkan bahwa siswa dapat belajar dengan: 1 mengalami secara langsung, dengan melakukannya
atau berbuat pada tahap pengalaman langsung sampai dengan pengalaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karyawisata, 2 mengamati orang lain melakukannya pada tahap pengalaman televisi sampai pengalaman gambar diam dan rekaman radio, dan 3 membaca
pada tahap pengalaman lambang visual dan lambang kata. Lebih lanjut, Rohani 2004:163 menjelaskan bahwa:
“pengalaman yang konkret perlu untuk setiap tingkat di atasnya. Setiap ide atau teori betapa pun abstraknya berasal dari alam konkret. Sebaliknya terlampau
banyak pengalaman langsung, mungkin dapat menghambat ketercapaian pengertian yang lebih abstrak. Karena itu, kedua-duanya yang konkret dan
yang abstrak harus berjalan. Tidak selalu yang abstrak itu lebih sulit dari yang konkret. Malah kadang yang konkret bisa mengacaukan dari yang abstrak.
Petabagan sering lebih mudah daripada mengamati realitas sendiri. Makin tinggi ke arah puncak kerucut makin abstrak, tetapi tidak selalu tambahlebih
sulit”. Peneliti dapat merangkum dari pendapat ahli tersebut bahwa siswa dapat
memperoleh pengalaman barunya dengan mudah jika pengalaman belajarnya dilakukan oleh pengalamannya sendiri. Dan akan terjadi bila dengan proses
mengamati secara langsung contoh-contoh media yang digunakan oleh guru. Hasil penelitian yang dilakukan Dale menunjukkan bahwa 75 pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera penglihatan, melalui indera dengar sekitar 13 dan melalui indera lainnya sekitar 12.
Peneliti menggunakan
media audio
visual berdasarkan
tingkatan pengalaman pada tahap pengalaman gambar hidup pameran dan televisi dengan
pertimbangan bahwa perkembangan kognitif siswa SD kelas V yaitu tahap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
operasional konkret. Hal tersebut mengakibatkan dibutuhkannya media maupun pengalaman belajar yang nyata konkret. Gambar hidup pameran yang digunakan
berupa penyajian video presentasi dari kumpulan foto yang sesuai dengan isi materi ajar, sedangkan televisi yang digunakan berupa rekaman aktivitas konkret yang
sesuai dengan isi materi ajar. Berkaitan dengan pendapat Rohani kedua jenis media tersebut menunjukkan persamaan jenis tahapan pengalaman belajar yang diterima
siswa, yakni sama-sama mengamati orang yang sedang melakukan. Pada dua pengalaman tersebut terdapat perbedaan pula, siswa memperoleh pengalaman yang
konkret pada pengalaman televisi tetapi dalam pengalaman gambar pameran hidup siswa memperoleh pengalaman yang abstrak.
Peneliti menggunakan dua jenis media tersebut dikarenakan melihat tahap perkembangan kognitif siswa kelas V yang mampu melakukan pengklasifikasian
maupun menghubungkan data-data berupa gambar ke dalam kondisi konkret. Hal ini dilakukan dengan mengaitkan hal-hal dan atau benda-benda nyata berbentuk
gambar dalam sebuah video peresentasi abstrak, serta mengelompokkan suatu hal dari proses pengamatan video konkret pada pembelajaran. Selain itu peneliti juga
melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk memilih media pembelajaran tersebut. Peneliti memilih menggunakan media audio visual
ini didukung dengan teori Dale yang dijelaskan oleh Arsyad 2007:10-11 bahwa: “kerucut pengalaman Edgar Dale menunjukkan bahwa pengalaman langsung
akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi yang terkandung dalam pengalaman itu karena melibatkan indera penglihatan,
pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. Hal ini dikenal dengan learning by doing
.” Terlihat jelas dari beberapa teori tersebut bahwa perkembangan kognitif
siswa akan menciptakan pengetahuan baru yang diperoleh melalui pengalaman belajar sesuai tahap kognitifnya. Pengalaman belajar siswa pada tahap operasional
konkret akan menjadi lebih baik ketika disertai dengan media audio-visual dalam proses pembelajarannya, khususnya IPS dalam penelitian ini. Siswa akan lebih
mudah memaknai materi pelajaran yang disampaikan guru dengan bantuan media audio visual. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih luas
dengan adanya pengalaman langsung yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran untuk melakukan kegiatan siswa dalam menyusun media audio visual.
2.1.1.1.3 Media audio visual