pengisian Surat Permohonan Penutupan Asuransi SPPA, pembayaran premi asuransi pertama, pengambilan polis dan seterusnya diurus oleh agen, dan bahkan
pengurusan klaim asuransi atas meninggalnya Alm. Mardi Simarmata juga diurus oleh agen yang sama yaitu Maureen Inggrid Gantini.
Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa pada umumnya pemasaran asuransi diselengarakan melalui representatives perusahaan asuransi yang dikenal
sebagai agen. Agen asuransi adalah siapa saja yang dikuasakan oleh perusahaan asuransi untuk mencari, membuat, mengubah, atau mengakhiri kontrak-kontrak
asuransi antara perusahaan asuransi dengan publik. Dan Agen yang baik adalah agen yang mempunyai pengetahuan mengenai risiko yang hadapi kliennya,
penutupan asuransi yang tepat untuk itu, dan pasar di mana dapat diperoleh penutupan tersebut dengan harga yang pantas.
Sehingga seharusnya tidak ada masalah dalam prosedural dalam penerbitan polis asuransi jiwa ini, baik dalam hal pengisian SPPA sampai pada
saat pengajuan klaim asuransi jiwa. Seperti halnya yang dipermasalahkan oleh pihak PT. Avrist Assurance dalam hal tidak ada pemberian centang pada kolom
“dengan pemeriksaan medis” dan tanda centang pada “tanpa pemeriksaan medis”. Kedudukan agen seharusnya memberikan penjelasan yang baik dan benar sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari PT. Avrist Assurance terhadap kedua hal tersebut agar tidak menjadi masalah dikemudian hari seperti dalam kasus ini.
3. Penyakit yang dianggap Disembunyikan.
Alm. Mardi Simarmata mengajukan permohonan menjadi tertanggung asuransi pada PT. Avrist Assurance sesuai dengan Surat Permohonan Penutupan
Universitas Sumatera Utara
Asuransi SPPA yang ditandatangani olehnya pada tanggal 31 Maret 2007 dan diterima oleh PT. Avrist Assurance pada tanggal 16 April 2007.
Melalui SPPA yang diberikan oleh Alm. Mardi Simarmata, maka PT. Avrist Assurance menerbitkan polis asuransi nomor U020761662 pada tanggal 17
April 2007. Dan pada tanggal 27 September 2007, Alm. Mardi Simarmata melakukan pemulihan pertanggungan polis dengan mengisi formulir polis seperti
dalam SPPA. Alm. Mardi Simarmata meninggal tanggal 2 Februari 2008 dimana dalam
klaim disebutkan bahwa yang bersangkutan meninggal karena penyakit karsinoma nasofaring atau kanker yang menyerang alat pernafasan. Dan oleh karena itu,
pihak PT. Avrist Assurance melakukan cross check untuk mendapatkan kebenaran informasi. Diketahui bahwa pada tanggal 29 September 2007 Alm.
Mardi Simarmata menjalani tindakan medis berupa alat bantu pencernaan. Dalam hal ini tidak terdapat hubungan sebab akibat dari meninggalnya Alm. Mardi
Simarmata karena penyebab meninggalnya adalah penyakit karsinoma nasofaring. Pada tanggal 14 April 2008, Alm. Mardi Simarmata pernah menjalani CT Scan
Nasofaring di Rumah Sakit Kanker Dharmais dan CT paru-paru. Berdasarkan Cross Check yang dilakukan PT. Avrist Assurance,
disebutkan bahwa penyakit kanker karsinoma nasofaring yang diderita alm. Mardi Simarmata setidaknya telah diderita sejak tanggal 6 Oktober 2006. Pernyataan ini
adalah suatu hal yang menerka-nerka. Karena Alm. Mardi Simarmata sendiri kemungkinan bahkan tidak mengetahui bahwa penyakit karsinoma nasofaring
Universitas Sumatera Utara
tersebut telah dideritanya sejak tanggal yang disebutkan oleh PT. Avrist Assurance dan tidak ada bukti satu pun yang membenarkannya.
Dan menurut penulis, dalam kasus ini tidak ada terlihat niat dari tertanggung untuk menyembunyikan penyakitnya. Hal tersebut tampak dari
ketidaktahuan Alm. Mardi Simarmata dalam beransuransi sehingga semuanya diserahkan kepada agen asuransinya yaitu Maureen Inggrid Gantini. Bahkan
dalam pengisian pemulihan polis pada tanggal 27 April 2007 didelegasikan kepada agen almarhum. Maureen Inggrid Gantini yang juga sebagai kerabat dekat
dari Almarhum seharusnya memberikan keterangan yang benar dan jelas dalam asuransi yang ditawarkan kepada Almarhum.
Kasus ini jelas mengindikasikan bahwa agen asuransi yang menangani Alm. Mardi Simarmata tidak melaksanakan tugasnya dengan kehati-hatian dan
teliti serta tidak melakukan tugasnya dengan itikad baik. Sehingga perusahaan asuransi dimana agen itu berkerja dalam hal ini PT. Avrist Assurance tetap harus
bertanggung jawab atas perbuatan agennya yang tidak hati-hati teliti. Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian bahwa ketentuan-ketentuan agen asuransi meliputi:
a. Setiap Agen Asuransi hanya dapat menjadi agen dari 1 satu
Perusahaan Asuransi; b.
Agen Asuransi wajib memiliki perjanjian keagenan dengan Perusahaan Asuransi yang diageni;
c. Semua tindakan Agen Asuransi yang berkaitan dengan transaksi
asuransi menjadi tanggung jawab Perusahaan Asuransi yang diageni; d.
Agen Asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus memberikan keterangan yang benar dan jelas kepada calon tertanggung tentang
program asuransi yang dipasarkan dan ketentuan isi polis, termasuk mengenai hak dan kewajiban calon tertanggung.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketentuan-ketentuan agen asuransi di atas maka perusahaan asuransi yang menaungi agen tersebut tidak dapat melepaskan tanggung jawab
atas kesalahan daripada agennya.
4. Proses Persidangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.