Bentuk-Bentuk Itikad Buruk dari Perusahaan Asuransi Jiwa Terkait dengan Polis Asuransi Jiwa.

Keuangan NonBank poin 3, program 3 tentang “Perlindungan Pemegang Polis” dengan Penanggung Jawab Departemen Keuangan RI.

B. Bentuk-Bentuk Itikad Buruk dari Perusahaan Asuransi Jiwa Terkait dengan Polis Asuransi Jiwa.

Pada umunya, masyarakat seringkali mengeluh berurusan dengan dengan asuransi karena banyak janji-janji manisnya, sedangkan sewaktu menangani klaim atau komplain, nasabah menemuinya pun sulit. Kurland Sendra, 2009:33 menegaskan bahwa situasi serupa sebenarnya terjadi pula di sejumlah negara maju, termasuk Amerika Serikat, contoh survei yang dilakukan Roper Organization untuk Insurance Reseacrh Council IRC mengungkap bahwa sebagian besar populasi Amerika bersikap negatif terhadap industri asuransi. Dalam praktek, pertanggungan asuransi merupakan perjanjian dengan unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung. Penanggung percaya bahwa tertanggung akan memberikan segala keterangan dengan baik dan benar. Di lain pihak tertanggung juga percaya bahwa kalau terjadi peristiwa penanggung akan membayar ganti rugi. Saling percaya tersebut merupakan dasar dari asas kejujuran, yang merupakan asas yang sangat penting dalam setiap perjanjian pertanggungan, sehingga harus dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian untuk menghindari terjadinya kecurangan asuransi. Pemegang polis asuransi berhak mendapatkan atau melakukan klaim asuransi kepada perusahaan yang telah melakukan perjanjian sebelumnya jika hal- hal yang belum jelas tersebut benar-benar terjadi. Klaim asuransi sendiri adalah Universitas Sumatera Utara tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak memiliki atau mempunyai atas sesuatu dalam hal ini polis asuransi. 100 Dalam kacamata hukum, terlepas dari sistem hukum yang berbeda-beda antarnegara, aktivitas yang bisa dikategorikan kecurangan fraudulent menurut Vianene dan Dedene dalam Sendra 2009:33 umumnya membutuhkan setidaknya tiga elemen, yaitu: Namun, banyak perusahaan asuransi yang berlaku curang, maksud apabila saatnya terima klaim dari pemegang polis mereka seolah-olah mengulur waktu dengan dalih prosedur yang memakan waktu cukup lama, investigasi kasus, dokumen-dokummen yang diperlukan untuk klaim tersebut tidak lengkap. 1. Menyembunyikan, memalsukan, atau berdusta untuk tidak menyampaikan data-data atau informasi material material misrepresentation; 2. Maksud atau intensi untuk menipu atau mengelabui; 3. Bertujuan mendapatkan keuntungan pribadi atau unauthorized benefit. Di satu sisi, ketiadaan salah satu dari ketiga elemen ini cenderung membuat sebuah kasus kecurangan sulit diajukan secara legal. Namun, ketiadaan salah satu atau lebih dari elemen-elemen tersebut bisa dikategorikan sebagai abuse of insurance, yaitu segala macam praktik yang menggunakan asuransi dengan cara-cara yang bertentangan dengan tujuan pokoknya atau hukum yang berlaku. Dengan demikian, konsep kecurangan asuransi bisa didefinisikan secara 100 Anne Ahira, Klaim Asuransi, diakses dari http:www.anneahira.comklaim- asuransi.htm, pada tanggal 25 November 2013 Universitas Sumatera Utara luas hingga mencakup pula kecurangan asuransi dan dapat dipakai tanpa harus mengindakasikan konsekuensi hukum secara langsung. Terlepas dari perdebatan menyangkut definisi kecurangan asuransi, aktivitas atau tindakan curang itu sendiri menurut Cohen Felson dalam Sendra 2009:40 merupakan produk dari motivasi dan peluang. Walau terdengar klise, sejauh ini motif paling lazim melakukan kecurangan asuransi adalah motif ekonomi yaitu mendapatkan keuntungan finansial. Biasa dijumpai pula faktor-faktor motivasi psikologis, seperti ‘kenikmatan’ atau kesenangan yang didapatkan dari tindak kecurangan itu sendiri, kepuasan ego, prestise dan rasa bangga serta motif balas dendam. Pengelolaan klaim wajib bersifat konsisten dari waktu ke waktu dan efektif dalam pelaksanaannya. Selain itu juga harus mengambil peranan untuk menyempurnakan persyaratan yang telah ditentukan dalam underwriting sesuai dengan kontrak polis untuk menghindari kecenderungan terjadinya klaim-klaim yang digugat oleh penerima manfaat atau ahli waris bahkan berakibat kepada tuntutan pengadilan atau litigasi. Pengelolaan klaim harus menciptakan suatu prosedur yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan yang bekerja di bagian klaim sebagai suatu pedoman kerja guidelines pada saat menerima pengajuan klaim dan menetapkan persyaratan bukti-bukti yang harus diajukan sebagai pendukung klaim agar manfaat dapat dibayarkan. 101 101 Ibid Universitas Sumatera Utara Di dalam proses pemasaran asuransi jiwa, masing-masing yang mengadakan perjanjian harus sama-sama memiliki itikad baik untuk mengadakan perjanjian. Masing-masing pihak juga harus dapat mengungkapkan atau menyampaikan data dan informasi yang dibutuhkan untuk perjanjian tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya duty of disclosure, tetapi dalam praktiknya sering terjadi kelemahan-kelemahan, yaitu antara lain: 1. Petugas pemasaran atau agen kurang profesional. Pada umumnya mereka telah dilatih mengenai cara berjualan yang baik dan efektif oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka juga diajarkan prinsip-prinsip yang mendasari bisnis asuransi. Tetapi mereka tidak menjalankan semuanya atau adakalanya sengaja mengabaikan apa yang telah dipelajarinya. Mereka kurang memahami isi dari produk asuransi yang dijual. Mereka lebih cenderung mengungkapkan tentang apa yang dijamin benefits tetapi sedikit sekali tentang apa yang tidak dijamin atau dikecualikan, lebih-lebih tentang syarat-syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi tertanggung baik sebelum, selama pertanggungan berjalan, atau setelah terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian. 2. Petugas pemasaran atau agen selalu tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan isi produk asuransi yang ditawarkannya dengan lengkap. Mereka selalu ingin agar jualannya cepat dibeli. Mereka terdorong oleh keinginan untuk secepatnya mencapai target produksi, menerima komisi, bonus, dan berprestasi. 3. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam aplikasi permohonan asuransi atau Surat Permintaan Asuransi Jiwa SPAJ kurang lengkap, bahkan kadang-kadang-kadang tidak sesuai dengan fakta. Hal ini dapat diartikan sebagai penyembunyian fakta atau pembohongan. Mereka mungkin lupa atau menggampangkan dampak yang mungkin akan timbul dari jawaban-jawaban yang tidak benar itu. Acapkali SPAJ tidak diisi sendiri oleh calon tertanggung. SPAJ boleh saja diisi oleh petugas pemasaran atau agen, tetapi jawabannya harus datang dari Calon tertanggung. Jawaban-jawaban itu harus dikonfirmasikan kebenarannya oleh calon tertanggung sebelum SPAJ ditandatanganinya. Tertanggung atau ahli warisnya tidak dapat menggunakan dalih bahwa SPAJ-nya diisi oleh petugas penjualan atau agen perusahaan asuransi jika pada saat pengajuan klaim di kemudian hari klaimnya ditolak dengan alasan jawaban atas pertanyaan SPAJ yang tidak benar. 4. Pembeli atau calon tertanggung selalu kurang waktu untuk mengeluarkan penjelasan petugas pemasaran atau agen. Mereka selalu Universitas Sumatera Utara sibuk dengan kegiatan usahanya sendiri. Asuransi bukan suatu topik yang menarik untuk didengarkan karena seringkali calon tertanggung tidak membeli asuransi atas kemauannya sendiri akan tetapi terpaksa membeli. Mereka dipaksa membeli, misalnya, oleh institusi keuangan pemberi kredit atau mereka terpaksa membeli demi menghindari desakan dan bujukan terus menerus dari petugas pemasaran atau agen. Adakalanya, mungkin mereka petugas pemasaran atau agennya perlu disenangkan hatinya karena ia menarik atau cantik. Atau membeli asuransi karena faktor kedekatan hubungan kekerabatan dan atau untuk membantu kinerja petugas pemasaran atau agen belaka. Tertanggung cenderung mengingat apa yang dijamin benefits dan melupakan apa yang dikecualikan termasuk apa yang merupakan kewajibannya. Sendra, 2009:52

C. Upaya-Upaya Hukum Yang Dilakukan Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Atas Polis Asuransi Jiwa

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

1 49 95

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 8

BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN KONSUMEN DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN ITIKAD BURUK DARI PERUSAHAAN ASURANSI JIWA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 560 KPDT.SUS2012)

0 2 10