Berdasarkan ketentuan-ketentuan agen asuransi di atas maka perusahaan asuransi yang menaungi agen tersebut tidak dapat melepaskan tanggung jawab
atas kesalahan daripada agennya.
4. Proses Persidangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.
Tata cara persidangan dengan cara Arbitrase di BPSK sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen dan Keputusan Menperindag Nomor: 350MPP122001. Dalam hal ini para pihak menyerahkan sepenuhnya kepada Majelis BPSK untuk
memutuskan dan menyelesaikan sengketa konsumen terjadi dan proses pemilihan Majelis BPSK ditempuh melalui 2 dua tahap Pasal 32 SK Menperindag Nomor:
350MPPKep122001 yakni: a.
Pertama, para pihak memilih arbiter dari anggota majelis BPSK;
b. Kedua, arbiter yang dipilih para pihak tersebut kemudian memilih
arbiter ketiga dari anggota BPSK dari unsur pemerintah sebagai ketua majelis BPSK.
Tata cara penyelesaiannya sengketa konsumennya juga melalui 2 dua persidangan, yaitu:
a. Pertama, 1 Majelis BPSK berkewajiban memberikan petunjuk tentang
upaya hukum bagi kedua belah pihak; 2 Kewajiban majelis hakim BPSK untuk mendamaikan kedua belah pihak; 3 Pencabutan gugatan
konsumen dilakukan sebelum pelaku usaha memberikan jawaban, dituangkan dengan surat penyertaan disertai kewajiban majelis BPSK
mengumumkan pencabutan dalam persidangan; 4 Kewajiban majelis BPSK untuk memberikan kesempatan yang sama bagi para pihak
asas audit et alteram partem.
Universitas Sumatera Utara
b. Kedua, 1 kewajiban Majelis Hakim BPSK untuk memberikan
kesempatan terakhir sampai persidangan kedua disertai kewajiban para pihak membawa alat bukti yang diperlukan; 2 Persidangan kedua
dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 5 lima hari kerja persidangan pertama; 3 kewajiban sekretariat BPSK untuk
memberitahukan persidangan kedua dengan surat panggilan kepada para pihak.
Pasal 33 sd Pasal 36 SK Menperindag Nomor:
350MPPKep122001 Pernyataan PT. Avrist Assurance yang menyatakan proses persidangan
BPSK tidak dilaksanakan secara patut, adil dan berimbang oleh karena mereka sebagai pelawan tidak diberikan kesempatan yang patut untuk membela diri
menurut penulis adalah suatu alasan yang tidak rasional karena karena pada tanggal 8 November 2011, PT. Avrist Assurance atau pelawan hanya memintakan
bukti copy polis dan pemulihan untuk dicatat dalam Berita Acara Sidang dan tidak ada bukti lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pihak PT. Avrist
Assurance tidak benar-benar ingin melakukan penyelesaian sengketa melalui BPSK padahal PT. Avrist Assurance menyetujui untuk menyelesaikan sengketa
melalui BPSK. Menurut penulis, proses persidangan pada BPSK yang sampai menyatakan
pertimbangan bahwa tertanggung dibebaskan dari kesalahan akibat adanya fakta atau informasi yang disembunyikan adalah tepat. Karena tampak dalam kasus ini
bahwa agen asuransi yang menagani Alm. Mardi Simarmata tidak memberikan penjelasan yang tegas pada bagian kolom “tanpa pemeriksaan medis” dalam
SPPA sehingga Alm. Mardi Simarmata sebelum menandatangani SPPA tidak melakukan medical check up sehingga ketika Alm. Mardi Simarmata meninggal
dunia dianggap menyembunyikan informasi. Di tambah lagi, yang mengisi SPPA
Universitas Sumatera Utara
adalah agen dari Alm. Mardi Simarmata sendiri dengan informasi yang diperoleh dari mendiang. Sehingga hal ini terindikasi pada kelalaian dari agen asuransi PT.
Avrist Assurance yang dianggap masih memiliki hubungan dekat dengan keluarga Alm. Mardi Simarmata.
5. Putusan yang Dikeluarkan Pengadilan Negeri Tangerang