Dalam Kasus Perlindungan Konsumen dalam Putusan Mahkamah Agung No. 560 KPdt.Sus2012 yaitu antara Hermi Sinurat Vs. PT. Avrist Assurance
terlihat telah melalui 3 tiga tahapan penyelesaian sengketa dan pada kasus ini tidak mengenal upaya banding terhadap putusan pengadilan negeri yang
memutuskan keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, tapi langsung dikasasi ke Mahkamah Agung. Tidak dikenal upaya hukum banding
tersebut tidak mengurangi tahapan penyelesaian sengketa konsumen yang sebelumnya diusahakan penyelesaiannya melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen. Berikut adalah beberapa tanggapan penulis terhadap kasus dalam putusan ini:
1. Perusahaan Asuransi Jiwa PT. AIA Indonesia yang berubah nama menjadi PT. Avrist Assurance.
PT Asuransi American International Assurance AIA Indonesia berganti nama sejak 22 Oktober 2009 menjadi PT Avrist Assurance. Perubahan nama ini
terkait dengan keluarnya AIG Group dari AIA group. AIA Meliputi AIA Indonesia, AIU Indonesia, dan AIA Financial. AIA group memiliki saham 60 di
AIA Indonesia dan AIU Indonesia. Sedangkan 40 sisanya, dimiliki PT Bina Aseta Nusa, perusahaan milik Harry Harmain Diah yang juga Direktur Utama
AIA Indonesia. Perubahan nama ini merupakan nama ketiga bagi perusahaan ini, setelah Ikrar Abadi dan AIA Indonesia.
116
116
Kontan, Ausuransi AIA Indonesia Ganti Nama, diakses dari http:keuangan.kontan.co.idnewsasuransi-aia-indonesia-ganti-nama-1, pada tanggal 13
Desember 2013
Universitas Sumatera Utara
Menurut Head of Marketing PT Avrist Assurance Novita J Rumangangun, Pergantian nama ini akan diikuti pergantian nama seluruh produk. Sedangkan
untuk struktur organisasi tidak berubah. Dan Ia menegaskan kegiatan operasional perusahaan berjalan seperti biasa, segala hak dan kewajiban karyawan dan agen,
serta kontrak dengan pihak ketiga tidak akan mengalami perubahan dan jajaran manajemen tetap. Demikian juga dengan polis asuransi nasabah, tetap mengikuti
ketentuan yang sama seperti sebelumnya. Polis nasabah akan tetap ditangani oleh orang-orang yang sama, baik agen maupun staf Harian Kompas, Oktober 2009.
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa perubahan nama menjadi PT. Avrist Assurance tidak menjadi masalah yang harus dipertimbangkan Pengadilan
Negeri Tangerang karena perubahan nama tersebut sifatnya terbuka ataupun diumumkan kepada publik. Karena perubahan nama itu tidak mengubah polis
asuransi jiwa yang dipegang oleh nasabah ataupun ketentuan-ketentuannya.
2. Riwayat Penerbitan Polis Asuransi Jiwa.
Penerbitan Polis Asuransi Jiwa ini, tidak terlepas dari peran Maureen Ingrid Gantini yang kedudukannya sebagai agen asuransi pada PT. Avrist
Assurance. Agen inilah yang menawarkan program asuransi kesehatan kepada Alm. Mardi Simarmata. Dalam kasus ini, terlihat bahwa Alm. Mardi Simarmata
tidak tertarik dengan asuransi dengan pada awalnya beberapa kali menolak tawaran agen asuransi tersebut. Dan Alm. Mardi Simarmata terindikasi tidak tahu-
menahu bagaimana berasuransi. Hal tersebut terlihat jelas dengan diputuskan dan disetujuinya untuk beransuransi pada PT. Avrist Assurance, Alm. Mardi
Simarmata memintakan agen untuk mengurus keseluruhannya mulai dari
Universitas Sumatera Utara
pengisian Surat Permohonan Penutupan Asuransi SPPA, pembayaran premi asuransi pertama, pengambilan polis dan seterusnya diurus oleh agen, dan bahkan
pengurusan klaim asuransi atas meninggalnya Alm. Mardi Simarmata juga diurus oleh agen yang sama yaitu Maureen Inggrid Gantini.
Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa pada umumnya pemasaran asuransi diselengarakan melalui representatives perusahaan asuransi yang dikenal
sebagai agen. Agen asuransi adalah siapa saja yang dikuasakan oleh perusahaan asuransi untuk mencari, membuat, mengubah, atau mengakhiri kontrak-kontrak
asuransi antara perusahaan asuransi dengan publik. Dan Agen yang baik adalah agen yang mempunyai pengetahuan mengenai risiko yang hadapi kliennya,
penutupan asuransi yang tepat untuk itu, dan pasar di mana dapat diperoleh penutupan tersebut dengan harga yang pantas.
Sehingga seharusnya tidak ada masalah dalam prosedural dalam penerbitan polis asuransi jiwa ini, baik dalam hal pengisian SPPA sampai pada
saat pengajuan klaim asuransi jiwa. Seperti halnya yang dipermasalahkan oleh pihak PT. Avrist Assurance dalam hal tidak ada pemberian centang pada kolom
“dengan pemeriksaan medis” dan tanda centang pada “tanpa pemeriksaan medis”. Kedudukan agen seharusnya memberikan penjelasan yang baik dan benar sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari PT. Avrist Assurance terhadap kedua hal tersebut agar tidak menjadi masalah dikemudian hari seperti dalam kasus ini.
3. Penyakit yang dianggap Disembunyikan.