Pengertian Konsumen Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha, serta Hukum Perlindungan Konsumen.

memacu untuk memikirkan secara sungguh-sungguh usaha untuk melindungi konsumen, dan dimulailah gerakan untuk merealisasikan cita-cita itu. 22 Tokoh-tokoh yang terlibat pada waktu itu mulai mengadakan temu wicara dengan beberapa kedutaan asing, Departemen Perindustrian dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Puncak lahirnya YLKI dengan moto yang telah menjadi landasan dan arah perjuangan YLKI, yaitu melindungi konsumen, menjaga martabat konsumen, dan membantu pemerintah. 23 Selain itu, suara-suara untuk memberdayakan konsumen semakin gencar, baik melalui ceramah-ceramah, seminar-seminar maupun melalui tulisan-tulisan di media massa. Puncaknya adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 24

A. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha, serta Hukum Perlindungan Konsumen.

1. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer Inggris- Amerika, atau consumentkonsument Belanda. Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harfiah arti consumer adalah lawan dari produsen setiap orang yang menggunakan barang. 25 22 Abdul Halim Barkatulah, Op. Cit, hal 16 23 Ibid. 24 Ibid., hal 17 25 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal 22 Universitas Sumatera Utara Pengertian konsumen antara negara yang satu dengan negara yang lain tidak sama. Sebagai contoh, di Spanyol, konsumen diartikan tidak hanya individu orang, tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir. Dan yang menarik, konsumen tidak harus terikat dalam hubungan jual beli, sehingga dengan sendirinya konsumen tidak identik dengan pembeli. 26 Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius dalam Barkatulah 2008:8, menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa uiteindelijke gebruikeer van goederen en diensten. Dengan rumusan itu, Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir konsumen antara dengan konsumen pemakai terakhir. Di Perancis, berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang, konsumen diartikan sebagai, “the person who obtains goods or services for personal purposes”. 27 Di Australia, dalam Trade Practices Act 1974, konsumen diartikan sebagai “seseorang yang memperoleh barang atau jasa tertentu dengan Dari definisi itu terkandung dua unsur, yaitu: pertama, konsumen hanya orang; dan kedua, barang atau jasa yang digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarganya. Sekalipun demikian, makna kata “memperoleh” to obtain masih kabur, apakah maknanya hanya melalui hubungan jual beli atau lebih luas daripada itu. 26 Abdul Halim Barkatulah, Op. Cit., hal 8 27 Ibid., hal. 9 Universitas Sumatera Utara persyaratan harganya tidak melewati 40.000 dolar Australia”. Artinya, sejauh tidak melewati jumlah uang diatas, tujuan pembelian barang atau jasa tersebut tidak dipersoalkan. 28 Selain pengertian-pengertian di atas, dikemukakan pula pengertian konsumen, yang khusus berkaitan dengan ganti kerugian. Di Amerika Serikat, pengertian konsumen meliputi “korban produk cacat” yang bukan hanya meliputi pembeli, melainkan korban yang bukan pembeli, namun pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh perlindungan yang sama dengan pemakai. 29 Sedangkan di Eropa, pengertian konsumen bersumber dari Product Liability Directive selajutnya disebut Directive sebagai pedoman bagi negara MEE dalam menyusun ketentuan hukum Perlindungan Konsumen. 30 Az. Nasution dalam Kristiyanti 2009:25 menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni: Berdasarkan Directive tersebut yang berhak menuntut ganti kerugian adalah pihak yang menderita kerugian karena kematian atau cedera atau kerugian berupa kerusakan benda selain produk yang cacat itu sendiri. a. Konsumen adalah setiap yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu; b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang danataau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barangjasa lain atau untuk diperdagangkan tujuan komersial; c. Konsumen akhir, adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan menggunakan barang danatau jasa untuk tujuan memenuhi 28 Ibid. 29 Ahmadi Miru, Op. Cit., hal. 20 30 Abdul Halim Barkatulah, Op. Cit., hal. 9 Universitas Sumatera Utara kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali nonkomersial. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah “konsumen” sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen UUPK yang menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan untuk tidak diperdagangkan. Dalam naskah akademis danatau berbagai naskah pembahasan rancangan peraturan perundang-undangan, cukup banyak dibahas dan dibicarakan tentang berbagai peristilahan yang termasuk dalam lingkup perlindungan konsumen. Dari naskah-naskah akademik itu patut mendapat perhatian, antara lain: 31 a. Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman BPHN, menyusun batasan tentang konsumen akhir, yaitu pemakai akhir dari barang, digunakan untuk keperluan diri sendiri atau orang lain, dan tidak untuk diperjualbilikan. b. Batasan konsumen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali. c. Sedangkan dalam naskah akademis yang dipersiapkan Fakultas Hukum Univesitas Indonesia FH UI bekerja sama dengan Departemen Perdagangan RI, berbunyi: “Konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan”. Hal lain yang juga perlu dikemukakan dalam pengertian konsumen ini adalah syarat “tidak untuk diperdagangkan” yang menunjukkan sebagai 31 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal. 23 Universitas Sumatera Utara “konsumen akhir” end consumer, dan sekaligus membedakan dengan konsumen antara derivedintermediate consumer. 32 Dalam kedudukan sebagai derivedintermediate consumer, yang bersangkutan tidak dapat menuntut pelaku usaha berdasarkan UUPK, sebaliknya seorang pemenang undian atau hadiah seperti nasabah bank, walaupun setelah menerima hadiah undian hadiah kemudian yang bersangkutan menjual kembali hadiah tersebut, kedudukannya tetap sebagai konsumer akhir end consumer, karena perbuatan menjual yang dilakukanya bukanlah dalam kedudukan sebagai profesional seller. Ia tidak dapat dituntut sebagai pelaku usaha menurut UUPK, sebaliknya ia dapat menuntut pelaku usaha bila hadiah yang diperoleh ternyata mengandung suatu cacat yang merugikan baginya.

2. Pengertian Pelaku Usaha

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

1 49 95

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 8

BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN KONSUMEN DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN ITIKAD BURUK DARI PERUSAHAAN ASURANSI JIWA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 560 KPDT.SUS2012)

0 2 10