Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan

Indonesia, akan tetapi juga di negara maju. Kritikan- kritikan tersebut disebabkan karena: 109 a. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan sangat lambat; b. Biaya per perkara yang mahal; c. Pengadilan pada umumnya tidak responsif; d. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah; dan e. Kemampuan para hakim yang bersifat generalis. Usaha-usaha penyelesaian sengketa secara cepat terhadap tuntutan ganti kerugian oleh konsumen terhadap produsen telah dilakukan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang memberikan kemungkinan konsumen untuk mengajukan penyelesaian sengketanya di luar pengadilan. 110

2. Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan

Berdasarkan berbagai kekurangan penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang telah disebut di atas, sehingga dalam dunia bisnis, pihak yang bersengketa dapat memilih menyelesaikan sengketa yang di hadapi di luar pengadilan Penyelesaian sengketa di luar pengadilan juga dikenal dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen. Lembaga yang menangani penyelesaian sengketa di luar pengadilan tersebut adalah “Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen”. Hal ini diatur dalam Pasal 49 ayat 1, bahwa: “pemerintah membentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di Daerah Tingkat II untuk 109 Ahmadi Miru, Op. Cit., hal. 169 110 Ibid Universitas Sumatera Utara penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Sedangkan tugas dan wewenangnya diatur dalam Pasal 52 UUPK jo. Pasal 3 SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 350MPPKEP122001, sebagai berikut: Tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen meliputi: a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi; b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen; c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausul baku; d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran dalam ketentuan ini; e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen; g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini; i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen; j. Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan danatau pemeriksaan; k. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen; l. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; m. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini. Dalam menangani dan menyelesailan sengketa konsumen BPSK membentuk majelis, dengan jumlah anggota yang harus berjumlah ganjil terdiri dari sedikit-dikitnya 3 tiga orang yang mewakili semua unsur, dan dibantu oleh seorang panitera. Menurut ketentuan dalam Pasal 54 ayat 4 UUPK, ditentukan teknis dan pelaksanaan tugas majelis BPSK yang akan menangani dan Universitas Sumatera Utara menyelesaikan sengketa konsumen akan diatur tersendiri oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen wajib mengeluarkan putusan, paling lambat dalam waktu 21 dua puluh satu hari kerja setelah gugatan diterima dan keputusan majelis bersifat final dan mengikat. 111 Hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pihak yang bersengketa adalah sebagai berikut: a. Dalam waktu paling lama 7 tujuh hari kerja sejak diterimanya putusan, BPSK sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 wajib melaksanakan putusan badan penyelesaian sengketa; b. Bagi para pihak yang merasa keberatan atas putusan yang diterimanya dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14 empat belas hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut; c. Pasal yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu 14 empat belas hari kerja sejak diterimanya putusan dianggap menerima putusan badan penyelesaian sengketa konsumen. Barkatulah 2008:126 Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan ketentuan butir a dan butir b, BPSK menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk melaksanakan penyidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Putusan BPSK merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan. Dan jika pelaku usaha telah menerima atau dianggap menerima putusan BPSK maka putusan majelis dimintakan penetapan eksekusinya kepada pengadilan negeri di tempat konsumen dirugikan. 112 Dalam Pasal 54 ayat 3 UUPK dikatakan bahwa putusan yang dijatuhkan majelis BPSK bersifat final dan mengikat dengan maksud apabila tidak ada 111 Abdul Halim Barkatulah, Op. Cit., hal. 126 112 Ibid., hal. 128 Universitas Sumatera Utara keberatan di antara kedua belah pihak, maka putusan tersebut dapat dilaksanakan, namun bila ada yang keberatan, maka dapat mengajukan banding. Seyogyanya pasal tersebut mengatur dengan jelas agar tidak menimbulkan interprestasi yang berbeda. Para pihak yang tidak setuju atas putusan tersebut dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri untuk diputus. Terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut, meskipun dikatakan bahwa UUPK hanya memberikan hak kepada pihak yang tidak merasa puas atas putusan tersebut untuk mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung, namun dengan mengikat akan relativitas dari tidak merasa puas, peluang untuk mengajukan Kasasi sebenarnya terbuka untuk bagi setiap pihak dalam perkara. UUPK juga memberikan jangka waktu yang pasti bagi penyelesaian konsumen yang timbul, yakni 21 dua puluh satu hari untuk proses pada tingkat Pengadilan Negeri dan 30 tiga puluh hari untuk diselesaikan oleh Mahkamah Agung, dengan jeda masing-masing 14 empat belas hari untuk mengajukan ke Pengadilan Negeri maupun Kasasi ke Mahkamah Agung. Tahapan penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat dikatakan sama saja jumlah tahapan penyelesaian perkara lainnya melalui pengadilan, karena masing-masing dapat melalui tiga tahap. Perbedaannya hanya terletak pada tidak dikenalnya upaya banding terhadap putusan pengadilan negeri yang memutuskan keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, tapi langsung dikasasi ke Mahkamah Agung. Tidak dikenal upaya hukum banding tersebut tidak Universitas Sumatera Utara mengurangi tahapan penyelesaian sengketa konsumen yang sebelumnya diusahakan penyelesaiannya melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 2001 telah membentuk 10 sepuluh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di 10 sepuluh kota, yaitu: Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Yogyakarta, Kota Malang dan Kota Makasar. 113 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih dikenal dengan Alternative Dispute Resolution ADR dapat ditempuh dengan berbagai cara. ADR tersebut dapat berupa arbitrase, mediasi, konsiliasi, minitrial, summary jury trial, settlement conference serta bentuk lainnya. 114 Selanjutnya mengenai lembaga alternatif penyelesaian, Pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 berbunyi: Sedangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase dibedakan dari alternatif penyelesaian sengketa, karena yang termasuk dalam alternatif penyelesaian sengketa hanya konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Adapun Alternatif Penyelesaian Sengketa menurut Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 berbunyi: 113 Abdul Halim Barkatulah, Op. Cit., hal. 128 114 Ahmadi Miru, Op.Cit., hal. 158 Universitas Sumatera Utara Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Sengketa klaim asuransi antara tertanggung dan penanggung dapat juga diselesaikan melalui Badan Mediasi Asuransi Indonesia BMAI. Kegiatan BMAI meliputi antara lain: a. Menerima permohonan mediasi yang diajukan oleh pemohon tertanggung atau nasabah asuransi sebagai upaya penyelesaian klaim asuransi; b. Melakukan upaya mediasi dengan memfasilitasi langkah-langkah perdamaian kepada para pihak yang bersengketa tanpa harud memberikan penilaian ataupun putusan terhadap sengketa tersebut; dan c. Melakukan pemeriksaan dan membuat putusan adjudikasi terhadap sengketa oleh majelis adjudikasi, jika upaya mediasi tidak berhasil. Sendra, 2009:85 Sengketa-sengketa klaim asuransi yang dapat ditangani oleh BMAI adalah: a. Semua bentuk keluhan atau keberatan disebut sebagai sengketa dari pihak yang mempunyai kepentingan atas suatu jaminan polis asuransi selanjutnya disebut sebagai pemohon berkaitan dengan tuntutan ganti rugi atau manfaat asuransi dapat diajukan dan ditangani oleh BMAI, dengan ketentuan: 1 Pemohon yang mengajukan adalah pihak yang berkepentingan ; 2 Perusahaan asuransi selanjutnya disebut sebagai Anggota yang terlibat dalam sengketa harus merupakan pihak yang tunduk pada yurisdiksi BMAI karena terdaftar sebagai anggota BMAI; 3 Sengketa yang timbul dari permasalahan berkaitan dengan hubungan pemohon dengan anggota; 4 Lingkup sengketa yang diajukan harus berada dalam yurisdiksi BMAI sejak BMAI didirikan; 5 Anggota tidak dapat menyelesaikan sengketa secara langsung dengan pemohon sesuai dengan tuntutan pemohon dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari sejak disampaikannya keberatan oleh pemohon kepada anggota; Universitas Sumatera Utara b. Jumlah tuntutan ganti rugi atau manfaat polis yang dipersengketakan tidak melebihi Rp. 500 juta untuk asuransi kerugianumum dan Rp. 300 juta asuransi jiwa atau asuransi jaminan sosial batasan sampai saat ini c. Semua sengketa yang belum pernah diajukan oleh pemohon kepada anggota sehingga anggota belum mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikannya secara langsung akan dianggap sebagai keluhan dan bila diajukan kepada BMAI maka BMAI akan mengembalikannya kepada anggota untuk mendapat pertimbangan lebih dahulu atau BMAI menunggu sampai anggota menetapkan keputusan final. d. Lingkup daerah yurisdiksi BMAI hanya mencakup sengketa terhadap aktivitas anggota atau perwakilannya yang melakukan kegiatan usaha dalam wilayah Republik Indonesia. Sendra, 2009:87 D. Kasus Perlindungan Hukum Konsumen Pada Usaha Asuransi Jiwa Dalam Putusan Mahkamah Agung No. 560 KPdt.Sus2012 Kasus perlindungan hukum konsumen pada usaha asuransi jiwa yang akan dibahas oleh penulis adalah antara Hermi Sinurat dengan PT. Avrist Assurance dalam Putusan Mahkamah Agung No. 560 KPdt.Sus2012 yang secara garis besarnya dapat penulis kemukakan sebagai berikut: 115

1. Para Pihak yang Berperkara a. Pemohon Kasasi dahulu terlawanpenggugat

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

1 49 95

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 8

BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN KONSUMEN DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN ITIKAD BURUK DARI PERUSAHAAN ASURANSI JIWA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 560 KPDT.SUS2012)

0 2 10