Pengertian Polimer Penggolongan Polimer

No. Jenis Polimer Monomer Kegunaan bangunan dan bahan kontrusi. 5. Polistirena Stirena Pembuatan styrofoam, kemasan makanan, lapisan peredam panas isolasi, dan pengepakan barang-barang elektronik atau barang pecah belah. 6. Karet sintetis Neoprena Stirena Butadiena Rubber SBR 2-kloro- 1,3,butadiena Stirena dan butadiena Selang Ban kendaraan bermotor 7. Karet alam poliisoprena 2-metil-1,3- butadiena. Disebut juga lateks. 8. Bakelit Fenol dan formaldehida Peralatan listrik. 9. Polimetanal Metanal Ketel listrik. 10. Nilon Senyawa yang meliki gugus karboksil dan gugus amina Tas, parasut, jaket, benang penguat ban kendaraan, tali atau tambang, dan jaring. Kitti, 2014, hal. 207-209 Untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat limbah polimer, maka ditemukan beberapa cara untuk menanggulanginya, yaitu: a. Batako Styrofoam Limbah styrofoam yang menjadi salah satu penyebab banjir, bisa dijadikan sebagai bahan tambahan pembuatan batako. Selain sifatnya yang kuat, batako styrofoam dapat meredam suara dan getaran. Pembuatan batako styrofoam ini cukup sederhana. Bahan yang digunakan terdiri dari styrofoam yang telah dihaluskan 50, pasir 40, dan semen 10 diaduk setelah itu dicetak dengan menggunakan cetakan batako Bisnis UKM, 2014. Batako styrofoam ini memiliki berat satuan sekitar 13-16 kgm 3 jauh lebih ringan dibandingkan dengan batako pasir atau tanah liat yaitu sekitar 1500 kgm 3 - 1700 kgm 3 . Kerapatan batako styrofoam dapat diatur dengan mengatur jumlah campuran styrofoam dalam batako. Semakin banyak styrofoam yang digunakan maka batako ringan yang dihasilkan akan memiliki kerapatan yang lebih kecil dan kuat tekan batako ringan yang diperoleh tentunya akan lebih rendah dan hal ini harus disesuaikan dengan kegunaan batako seperti untuk struktur ringan atau hanya untuk dinding pemisah Simbolon, 2009, hal. 23-24. b. Limbah Plastik Jadi BBM Proses pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak meliputi beberapa tahap yaitu: Proses pirolisis adalah proses pembakaran sampah limbah plastik tanpa O 2 di dalam reaktor dengan dialiri gas nitrogen. Sampah plastik ini harus dalam keadaan kering Ermawati, 2011, hal. 259. Kemudian sampah plastik dipanaskan pada suhu 200-500 o C sehingga berubah menjadi uap gas atau disebut proses perengkahan. Selanjutnya uap gas dikondensasikan menjadi cair. Tetesan BBM yang dihasilkan akan terjadi setelah reaktor dipanaskan sekitar 40 menit. Teknologi ini dapat dikatakan ramah lingkungan sebab produk akhirnya menghasilkan CO 2 dan H 2 O. Sebanyak 8 kg sampah plastik dapat menghasilkan 5-8 liter BBM yang terdiri dari premium, solar, dan minyak anah. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengubahan limbah plastik menjadi BBM ini, diharapkan warga Indonesia akan berpikir berkali-kali jika membuang sampah plastik begitu saja padahal dari sampah plastik tersebut dapat menyelamatkan ketersediaan bahan bakar untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

F. Penelitian Relavan

Beberapa penelitian relevan dengan penelitian ini telah banyak dilakukan diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari 2014, hal. 462 dengan judul “Pengembangan Buku Suplemen IPA Terpadu dengan Tema Pendengaran kelas VIII”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku suplemen IPA terpadu dengan tema pendengaran dinyatakan valid yang memenuhi kriteria materi, penyajian, bahasa dan grafika, termasuk dalam kriteria praktis dan ketuntasan klasikal siswa sebesar 97 yang menunjukkan bahwa buku suplemen efektif dijadikan sebagai pendamping buku teks utama. Penelitian juga dilakukan oleh Riyanto 2013, hal. 27 dengan judul “Pengembangan Buku Pengayaan Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia yang Bermuatan Nilai Kewirausahaan”. Berdasarkan hasil penilaian ahli dan uji efektivitas buku pengayaan yang dikembangkan ini memberikan penilaian baik dan layak digunakan sebagai sarana pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan membaca dan jiwa kewirausahaan. Sejalan dengan penelitian Kurniasari dan Riyanto, Zarlaida Fitri 2013, hal. 41 dengan penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat STM pada Materi Koloid di Man Kuta Baro Aceh Besar ”, Setelah dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi, tes tertulis, dan angket maka di peroleh hasil yaitu aktivitas siswa meningkat, hasil belajar siswa tuntas secara klasikal dan tanggapan positif dari siswa terhadap penerapan pendekatan STM. Penelitian dilakukan juga oleh Annisah Aynun Najid 2015, hal 97 yang berjudul “Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Tangerang”. Proses penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu persiapan, pengembangan, dan evaluasi. Hasil uji coba penelitian diperoleh skor kelayakan buku sebesar 80.24 yang bermakna bahwa buku layak dengan kriteria baik. Persentase rata-rata tiap aspek, yaitu 85 aspek materi, 78,3 penyajian, 79,4 bahasa, dan 77,2 aspek garfika. Penelitian juga dilakukan oleh Nuray Yörük yang berjudul “The Effects Of Science, Technology, Society, Environment STSE Interactions on Teaching Chemistry”. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan analisis menggunakan SPSS, diperoleh hasil yang baik setelah di lakukan post test, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode SETS dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa baik dalam menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan lingkungan dan penerapan di masyarakat. Serta penerapan metode SETS ini dapat dikembangkan di lembaga pendidikan di berbagai negara agar mencetak generasi penerus bangsa yang memiliki SDM yang berkualitas Yörük, 2010, hal. 1417. Selain itu, Vany Fahreza Hervici melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Kimia Polimer Berbasis Kontekstual Sebagai Sumber Belajar Mandiri Peserta Didik SMA MA Kelas XII Semester 2”. Berdasarkan penilaian dari 3 orang guru kimia mendapatkan skor 99 dengan persentase keidealan 90 atau dengan kategori Baik B. Resom 10 orang peserta didik diperoleh skor 19,6 dengan persentase keidealan sebesar 98 atau dengan kategori Sangat Baik SB Hervici, 2013, hal. 80-81 .

G. Kerangka Berpikir

Sampai saat ini, salah satu masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah siswa kurang menerapkan konsep yang mereka pelajari untuk mempermudah pekerjaan atau mencukupi kebutuhan masyarakat yang berada di dekatnya melalui teknologi yang dapat mereka buat atau kembangkan. Begitu juga pada materi kimia polimer, guru hanya menjelaskan mengenai konsep hafalan, tanpa mengaitkan contoh dan kegunaan polimer dalam kehidupan sehari-hari. Terbukti dengan kurangnya pemahaman peserta didik tentang kegunaan dan bahaya dari penggunaan kemasan pangan plastik yang digunakan secara tidak tepat serta cara untuk mendaur ulang setelah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan maupun lingkungan. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya implementasi pembelajaran sains teknologi masyarakat STM di sekolah-sekolah. Pembelajaran STM memiliki beberapa ranah yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan potensi siswa dapat dikembangkan. Untuk memenuhi hal tersebut dapat ditinjau melalui media pembelajaran, salah satunya adalah buku. Buku yang dibutuhkan dalam pembelajaran adalah buku yang menguraikan materi secara luas dan mendalam yang mengandung ranah- ranah STM sehingga dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Pembuatan buku suplemen kimia berbasis sains teknologi masyarakat ini mencakup ranah konsep, ranah proses, ranah kreativitas, ranah sikap, ranah aplikasi dan konsep. Pengembangan buku suplemen dilakukan melalui 3 tahap, yaitu pertama, tahap perancangan yang bertujuan untuk menentukan desain