e. Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan;
f. Memberhentikan sementara Direksi, dengan menyebutkan alasannya; g. Mewenang lain yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalam anggaran dasar
Persero. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Dewan
Pengawas untuk memberikan persetujuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Berdasarkan anggaran dasar atau Keputusan Menteri, Dewan Pengawas
dapat melakukan tindakan pengurusan Perum dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.
238
Anggota Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
239
a Anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan; danatau
b Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Larangan perangkapan jabatan tersebut dimaksudkan agar anggota Komosaris
benar-benar mencurahkan segala tenaga dan pikirannya danatau perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan Persero serta menghindari timbulnya
benturan pekentingan.
9. Penggabungan, Peleburan, Pengambialihan, dan Pembubaran BUMN
Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara tidak mengatur dan menjelaskan pengertian penggabungan, peleburan, pengambialihan dan pembubaran BUMN.
Pengertian-pengertian untuk istilah penggabungan, peleburan, dan pengambialihan dapat digunakan dengan merujuk pada ketentuan Pasal 1 ayat 9,
240
10,
241
dan 11
242
UU PT
238
Periksa Pasal 60 dan 61 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
239
Periksa Pasal 62 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
240
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari
Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
241
Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan
Universitas Sumatera Utara
2007. Sedangkan pengertian mengenai istilah pembubaran sama sekali tidak dijumpai dalam UU PT 2007.
Penggabungan atau peleburan suatu BUMN dapat dilakukan dengan BUMN lain yang telah ada. Suatu Persero dapat melakukan penggabungan atau peleburan diri dengan
Persero lainnya atau Perum yang telah ada atau sebaliknya. Penggabungan dan peleburan BUMN dapat dilakukan tanpa diadakan likuidasi lebih dulu. Dengan adanya
penggabungan tersebut, Persero atau Perum yang menggabungkan diri menjadi bubar. Sedangkan dengan adanya peleburan, BUMN yang saling meleburkan diri menjadi bubar
dan membentuk BUMN baru.
243
Suatu BUMN dapat mengambil alih BUMN danatau PT lainnya. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh BUMN untuk mengambil alih BUMN lainnya atau Perseroan
Terbatas, baik seluruh atau sebagian besar sahammodal yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap BUMN atau Perseroan Terbatas tersebut.
244
Menurut Pasal 64 ayat 1 UU BUMN, pembubaran BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Karena pendirian BUMN dilakukan dengan Peraturan Pemerintah
yang menyebutkan besarnya penyertaan modal negara dalam pendirian BUMN dimaksud, pembubaran BUMN tersebut harus dilakukan pula dengan Peraturan Pemerintah. Dalam
Peraturan Pemerintah tentang pembubaran BUMN, dapat pula ditetapkan agar sisa hasil likuidasi dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN lain yang telah ada atau
dijadikan penyertaan dalam rangka pendirian BUMN baru. Jika tidak ditetapkan demikian sisa hasil likuidasi disetorkan langsung ke Kas Negara, karena merupakan hak negara
sebagai pemegang saham atau pemilik modal BUMN.
pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
242
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas
Perseroan tersebut.
243
Periksa Pasal 63 ayat 1 dan Penjelasannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
244
Periksa Pasal 63 ayat 2 dan Penjelasannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan tindakan-tindakan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pembubaran BUMN, kepentingan BUMN, pemegang sahampemilik modal, pihak
ketiga, dan karyawan BUMN harus tetap mendapat perhatian. Tindakan untuk melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pembubaran BUMN akan berakibat
langsung kepada kepentingan BUMN, pemegang saham, pihak ketiga, dan karyawan BUMN. Pada dasarnya dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut, diharapkan BUMN
yang dipertahankan dan yang baru dibentuk akan menjadi lebih baik. Kepentingan pemegang saham tidak baisa dirugikan, demikian juga halnya pihak ketiga, perlu
diberitahu sebelumnya sehingga hak-hak mereka dapat diselesaikan secara memadai. Adapun mengenai karyawan yang merupakan aset BUMN itu sendiri diupayakan agar
mereka tidak akan dikenakan pemutusan hubungan kerja PHK atau apabila harus terjadi PHK. PHK adalah pilihan yang terakhir dan harus diselesaikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, sebelum tindakan-tindakan tersebut diatas dilakukan, Direksi BUMN yang akan melakukan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, dan pembubaran tersebut perlu mensosialisasikan terlebih dahulu kepada karyawannya masing-masing.
245
10. Kewajiban Pelayanan Umum