Tanggungjawab Sekutu Baru PERUSAHAAN BUKAN BADAN HUKUM

KUHD dapat dilarang bertindak keluar. Kalau larangan itu tidak ada, maka tiap sekutu dapat mewakili Firma, yang mengikat sekutu-sekutu lainnya Pasal 18 KUHD asal tindakan sekutu yang bersangkutan ditujukan untuk kepentingan Firma. Sedangkan tindakan yang bersifat penguasaan harus ada kata sepakat dari semua sekutu. Menurut beberapa yurisprudensi, tindakan pengurusan sebenarnya juga mencakup didalamnya tindakan dimuka Hakim bagi kepentingan Firma sepanjang hal itu ada kaitannya dengan pekerjaan pengurus sehari-hari. Kecuali bila ada pembatasan dalam perjanjian pendirian Firma bahwa tindakan dimuka Hakim termasuk tindakan yang patut dikuasakan.

6. Tanggungjawab Sekutu Baru

Persekutuan Firma dimungkinkan menambah sekutu baru. Tetapi semua itu harus berdasarkan persetujuan bulat semua sekutu lama Pasal 1641 KUHPerdata. Sedapat mungkin, ketentuan mengenai keluar-masuknya sekutu diatur dalam perjanjian pendirian akta otentik Firma. Lain lagi halnya dengan sekutu pengganti, penggantian kedudukan sekutu selama sekutu tersebut masih hidup, pada dasarnya tidak diperbolehkan, kecuali hal itu diatur lain dalam perjanjian pendirian Firma. UU hanya membolehkan sekutu Firma untuk menarik orang lain teman untuk menerima bagian yang menjadi haknya dari Firma itu walaupun tanpa izin sekutu-sekutu lainnya Pasal 1641 KUHPerdata. Pertanyaannya, apakah sekutu baru dalam Firma juga tunduk pada Pasal 18 KUHD? Dengan kata lain, apakah sekutu baru juga ikut bertanggung jawab secara pribadi terhadap utang-utang Firma yang sudah ada? Mengenai hal ini ada beberapa pendapat: a. Polak: sekutu baru tidak boleh diminta untuk membayar utang-utang Firma yang telah ada pada saat dia diterima menjadi sekutu, sebab dia tidak pernah memberi kuasa kepada sekutu-sekutu lama untuk mewakilinya dalam hubungan hukum yang telah dibuat tersebut, kecuali apabila sekutu baru itu sebagai syarat penerimaannya telah menyetujui sendiri tentang tanggung jawab terhadap utang- utang Firma yang telah ada sebelum dia bergabung. Universitas Sumatera Utara b. Eggens: pertanggungjawaban sekutu baru terhadap perikatan-perikatan atau utang- utang Firma yang telah ada pada saat dia bergabung adalah sudah selayaknya atau sudah pada tempatnya. c. Soekardono: pertanggungjawaban itu sudah semestinya karena keuntungan- keuntungan yang dapat diharapkan oleh sekutu baru. Selanjutnya, bagaimana pula halnya dengan tanggung jawab sekutu yang keluar terhadap utang-utang Firma yang belum sempurna dilunasi pada saat dia keluar? Ada beberapa pendapat mengenai hal ini: a. Van Ophuijsen: sekutu yang sudah keluar tetap bertanggung jawab terhadap utang- utang Firma yang belum sempurna dilunasi saat dia keluar sebagai sekutu, karena tanggung jawab itu tidak dapat ditiadakan dengan perbuatan sepihak dari sekutu bersangkutan dengan cara keluar dari Firma. b. Polak: sependapat dengan Van Ophuijsen Secara umum ada dua macam tanggung jawab sekutu-sekutu Firma, yaitu: 41 1. Tanggung jawab tidak terbatas, artinya apabila Firma bangkrut dan harta bendanya tidak memadai untuk membayar utang-utang Firma, maka harta benda pribadi para sekutu bisa disita untuk dilelang, dipakai untuk membayar utang-utang Firma. Jadi, selain kehilangan modal dalam Firma, anggota Firma bisa juga kehilangan harta benda pribadi. Dengan kata lain, bila Firma jatuh pailit, ada kemungkinan anggotanya ada yang terseret pailit. Sebaliknya, bila sekutunya ada yang pailit, belum tentu Firma harus terseret pailit. Mungkin hanya harus dikeluarkan dari Firma dan kekayaannya yang di Firma modal dan keuntungan harus dibayarkan. 2. Tanggung jawab solider. Tanggung jawab ini khususnya terletak dalam hubungan keuangan dengan pihak luar. Sekutu Firma bertanggung jawab penuh atas perjanjian- perjanjian yang ditutup oleh rekannya untuk dan atas nama Firma. Orang luar yang mengadakan perjanjian dengan sekutu itu boleh menuntut salah seorang sekutu, boleh pula menuntut semua anggota sekaligus sampai kepada harta benda pribadinya. 41 Iting Partadireja, Pengetahuan dan Hukum Dagang, Jakarta: Erlangga,1978, hal. 48 Universitas Sumatera Utara

7. Kewenangan Mewakili dan Bertindak Keluar