Pendirian Koperasi a. Bentuk dan Jenis Koperasi

- Kerja pengurus atas dasar sukarela; dan - Keanggotaan koperasi didasarkan atas watak kharakter, bukan uang.

6. Pendirian Koperasi a. Bentuk dan Jenis Koperasi

Menurut ketantuan Pasal 15 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menentukan bahwa koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder. Pengertian Koperasi Sekunder meliputi semua Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer danatau Koperasi Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh Koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal Koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai Pusat, Gabungan, dan Induk, maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh Koperasi yang bersangkutan. 141 Berdasarkan ketentuan Pasal 15 dan penjelasannya dapat disimpulkan bahwa terdapat empat tingkatan organisasi koperasi yang didasarkan aatau disesuaikan dengan tingkat daerah administrasi pemerintahan. Empat tingkatan koperasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 142 a Induk Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 3 tiga gabungan koperasi yang berbadan hukum. Induk Koperasi ini daerah kerjanya adalah Ibukota Negara Republik Indonesia tingkat Nasional; b Gabungan Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 3 tiga Pusat Koperasi yang berbadan hukum. Gabungan Koperasi ini daerah kerjanya adalah Daerah Propinsi tingkat Propinsi; c Pusat Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 5 lima Koperasi Primer yang berbadan hukum. Pusat Koperasi ini daerah kerjanya adalah Daerah Kabupaten tingkat Kabupaten; 141 Periksa penjelasan Pasal 15 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian 142 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit., hal. 60 Universitas Sumatera Utara d Koperasi Primer, terdiri dari sekurang-kurangnya 20 dua puluh orang yang telah memenuhi syarat-syarat keanggotaan sebagaimana ditentukan dalam undang- undang. Dengan tingkatan oraganisasi koperasi seperti tersebut di atas, maka koperasi tingkat atas mempunyai kewajiban member bimbingan dan pula mempunyai wewenang untuk mengadakan pemeriksaan pada koperasi tingkat bawah, dengan tanpa mengurangi hak koperasi tingkat bawah. 143 Sedangkan mengenai jenis koperasi diatur dan dijelaskan dan Pasal 16 Undang- Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa “jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya”, seperti antara lain Koperasi SImpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Khusus koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota TNI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri. 144 Ada beberapa jenis koperasi yang dikenal berdasarkan berbagai sudut pandang pendekatan, antara lain: 145 1 Berdasarkan sudut pandang sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal jenis- jenis koperasi seperti: a Koperasi Konsumsi; b Koperasi Kredit; dan c Koperasi Produksi 2 Berdasarkan pendekatan menurut lapangan usaha danatau tempat tinggal para anggotanya, maka dikenal beberapa jenis koperasi, antara lain: a Koperasi Desa; b Koperasi Unit Desa; c Koperasi Konsumsi; d Koperasi Pertanian Koperta; e Koperasi Peternakan; f Koperasi Perikanan; g Koperasi Kerajinan atau Koperasi Industri; h Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit; 143 Ibid. 144 Periksa Pasal 16 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan penjelasannya 145 Nindyo Pramono, Op.Cit., hal. 118 Universitas Sumatera Utara 3 Berdasarkan pendekatan menurut golongan fungsional, maka dikenal jenis-jenis koperasi, antara lain seperti: a Koperasi Pegawai Negeri KPN; b Koperasi Angkatan Darat KOPAD; c Koperasi Angkatan Laut KOPAL; d Koperasi Angkatan Udara KOPAU; e Koperasi Angkatan Kepolisian KOPAK; f Koperasi Pensiunan Angkatan Darat; g Koperasi Pensiunan Pegawai Negeri; h Koperasi karyawan; dan i Lain-lain. 4 Berdasarkan pendekatan sifat khusus dari aktivitas dan kepentingan ekonominya, maka dikenal jenis-jenis koperasi, antara lain seperti: a Koperasi Batik; b Bank Koperasi; c Koperasi Asuransi; dan d Lain-lain.

b. Cara Pendirian Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang perorangan atau badan hukum koperasi yang mana kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip koperasi yang berasaska kekeluargaan. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa cara dan syarat pendirian koperasi adalah: 146 a Orang yang mendirikan koperasi harus mempunyai kepentingan ekonomi yang sama; b Memiliki tujuan yang sama; c Memenuhi syarat wilayah tertentu; dan d Telah membuat konsep Anggaran Dasar Koperasi. Menurut Undang-Undang Koperasi, dalam mendirikan sebuah koperasi harus dipenuhi syarat jumlah orang sebagai calon pendiri minimal sebanyak 20 dua puluh orang, dimana dari dua puluh orang tersebut kemudian dapat menjadi anggota seluruhnya, dan diantara mereka dapat dipilih menjadi anggota pengurus maupun anggota pengawas. 146 Winanto Wiryomartani, dalam Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia ,Op.Cit., hal. 26 Universitas Sumatera Utara Ketentuan mengenai jumlah minimal dari orang-orang yang dapat mendirikan koperasi tersebut sebetulnya tidak perlu sedemikian mutlak, karena dalam praktik ternyata pendiri sebuah koperasi dapat berjumlah lebih banyak lagi walaupun yang menjadi pencetus untuk mendirikan koperasi sering jumlahnya hanya beberapa orang saja yang umumnya telah memiliki pengetahuan dasar atau telah mempunyai pengalaman praktis dalam badan usaha koperasi. Memang melalui ketentuan jumlah keanggotaan mminimal iti diharapkan mengandung potensi awal yang nantinya akan terakumulasi menjadi lebih banyak, namun hal ini bukanlah ketentuan prinsip dari berdirinya sebuah koperasi. 147 Setelah terpenuhi jumlah anggota minimal dan kesemua anggota telah memahami betul mengenai: tujuan, hubungan hukum dan aturan main dalam koperasi yang hendak mereka dirikan tersebut, maka proses selanjutnya adalah menuangkan kesepakatan bersama tersebut ke dalam Anggaran Dasar yang berbentuk atau merupakan bagian tidak terpisahkan dari Akta Pendirian Koperasi. 148 Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa “pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan dengan Akta Pendirian yang memuat Anggaran Dasar”. 149 Selanjutnya Pasal 8 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menjelaskan bahwa Anggaran Dasar harus memuat dan menyatakan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: 150 a Daftar nama pendiri; b Nama dan tempat kedudukan koperasi; c Maksud dan tujuan serta bidang usaha; d Ketentuan mengenai keanggotaan; e Ketentuan mengenai Rapat Anggota; f Ketentuan mengenai pengelolaan; g Ketentuan mengenai permodalan; h Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya; i Ketentuan mengenai pembagian Sisa Hasil Usaha SHU; j Ketentuan mengenai sanksi. 147 Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit., hal. 84-85 148 Ibid. 149 Periksa Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian 150 Periksa Pasal 8 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Universitas Sumatera Utara Agar koperasi mempunyai kedudukan sebagai badan hukum, Akta Pendirian yang didalamnya termuat Anggaran Dasar perlu disahkan oleh Pemerintah. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Perkoperasian. 151 Pengesahan koperasi sebagai badan hukum akan diperoleh setelah para pendiri mengajukan permintaan secara tertulis disertai dengan Akta Pendirian Koperasi. Pengesahan Akta Pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan. Bila pengesahan sudah diberikan maka selanjutnya Akta Pendirian wajib diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. 152 Dalam hal permintaan pengesahan Akta Pendirian ditolak, alasan penolakan harus diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3 tiga bulan setelah diterimanya permintaan. Bila hal ini yang terjadi, maka terhadap penolakan dimaksud para pendiri diberi hak untuk mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 satu bulan sejak diterimanya penolakan, dan keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 satu bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang. 153

7. Perangkat Organisasi Koperasi