Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perseroan sebagaimana dimaksud diatas yang dapat dikompensasi dengan setoran saham adalah hak tagih atas tagihan terhadap Perseroan yang timbul karena: 80 a. Perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda berwujud atau benda tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang; b. Pihak yang menjadi penanggung atau penjamin utang Perseroan telah membayar lunas utang Perseroan sebesar yang ditanggung atau dijamin; atau dengan kata lain pihak yang menjadi penanggung atau penjamin utang Perseroan telah membayar lunas utang Perseroan sehingga mempunyai hak tagih terhadap Perseroan; c. Perseroan menjadi penanggung atau penjamin utang dari pihak ketiga dan Perseroan telah menerima manfaat berupa uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang langsung atau tidak langsung secara nyata telah diterima Perseroan. Yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah kewajiban pembayaran utang oleh Perseroan dalam kedudukannya sebagai penanggung atau penjamin menjadi hapus hak tagih kreditor dikompensasi dengan setoran saham yang dikeluarkan oleh Perseroan.

7. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan corporate social responsibilityCSR yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya, maka oleh karena itu ditentukan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Hal ini bisa dipahami dari bunyi Pasal 74 UU PT 2007 yang menjelaskan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial 80 Periksa Pasal 35 ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara dan Lingkungan”. Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan, dimana untuk melaksanakannya harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Kegiatan tersebut dimuat dalam laporan tahunan Perseroan. Dalam hal Perseroan tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan maka Perseroan yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. UU PT 2007 yang disahkan DPR tanggal 20 Juli lalu menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. Keempat ayat dalam Pasal 74 UU tersebut menetapkan kewajiban semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 81 Ketentuan Pasal 74 UU PT 2007 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan muncul pada saat pembahasan ditingkat Panja dan Pansus DPR. Pada konsep awal yang diajukan pemerintah, tidak ada pengaturan seperti itu. Saat dengar pendapat dengan Kadin dan para pemangku kepentingan lain, materi pasal 74 ini pun belum ada. Lalu sekitar 28 asosiasi pengusaha termasuk Kadin dan Apindo, keberatan terhadap RUU PT. Mereka meminta pemerintah dan DPR membatalkan pengaturan tentang kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam RUU PT. Substansi dalam ketentuan pasal 74 UU PT 2007 mengandung makna, mewajibkan tanggung jawab sosial dan lingkungan mencakup pemenuhan peraturan perundangan terkait, penyediaan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan kewajiban melaporkannya. 82 81 Mohamad S. Hidayat, Pandangan Dunia Usaha Terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, hal.2, dalam http:www.madani-ri.com20071031pandangan-dunia- usaha-terhadap-undang-undang 82 Ibid. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa alasan penolakan regulasi dana CSR yang tertuang dalam UU PT 2007, antara lain sebagai berikut: 83 1 Pemberian beban yang demikian sesungguhnya berasal dari ketidaktahuan pemerintah atas konsep CSR yang substansial. Sebagaimana yang diungkapkan pada bagian terdahulu, CSR sesungguhnya merupakan upaya serius dari manajemen perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positifnya terhadap seluruh pemangku kepentingan. Perusahaan memang memiliki tanggung jawab sosial, namun itu terbatas pada wilayah dampaknya serta hanya bagi pemangku kepentingannya. Karenanya, secara logis dapat dinyatakan bahwa besaran dana yang dicurahkan oleh perusahaan untuk kegiatan CSR sangat tergantung dari dampak operasinya. 2 Kehendak regulasi itu punya potensi untuk memindahkan apa yang menjadi beban pemerintah ke pundak swasta. Ini adalah privatisasi kewajiban sektor publik. Ketika pemerintah gagal memenuhi kewajibannya, swasta dipilih untuk menanggung beban itu. 3 Sebagai manajemen dampak, maka regulasi terhadap CSR tidaklah bisa dipukul rata untuk seluruh perusahaan. Dampak masing-masing perusahaan karena projek yang dijalankan atau operasi keseharian mereka adalah berbeda-beda. Konsekuensinya, jumlah sumberdaya yang dicurahkan untuk mengelola dampak tersebut juga bervariasi, termasuk proporsinya atas keseluruhan investasi. 4 Kondisi perekonomian Indonesia sesungguhnya belum juga pulih sepenuhnya dari krisis ekonomi 19971998, dan pewajiban penyisihan dana CSR bisa membebani perusahaan di luar batas kemampuannya.

8. Organ-organ Perseroan