Modal Koperasi PERUSAHAAN BADAN HUKUM

8. Modal Koperasi

Menurut ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Perkoperasian, Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti. Modal sendiri dapat berasal dari: 160 a. Simpanan pokok, yakni sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. b. Simpanan wajib, yakni jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. c. Dana cadangan, yakni sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. d. Hibah. Hibah adalah suatu pemberian atau hadiah dari seseorang semasa hidupnya orang tersebut. Hibah ini dapat berbentuk wasiat jika pemberian tersebut diucapkanditulis oleh seseorang sebagai wasiat atau pesan atau kehendak terakhhir sebeluam dia meninggal dunia, dan baru berlaku setelah dia meninggal dunia. 161 Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibahpemberian dan tidak mengikat. 162 Untuk pengembangan usahanya koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal pinjaman dapat berasal dari: 163 a. Pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang memenuhi syarat. b. Pinjaman dari koperasi lainnya danatau anggotanya didasari dengan perjanjian kerja sama antarkoperasi. c. Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 160 Periksa Pasal 41 ayat 2 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Penjelasannya 161 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1986, hal. 236 162 http:id.wikipedia.orgwikiKoperasi 163 Periksa Pasal 41 ayat 3 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Penjelasannya Universitas Sumatera Utara e. Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum. Selain modal sebagai dimaksud di atas, koperasi dapat pula melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Pemupukan modal dari modal penyertaan, baik yang bersumber dari Pemerintah maupun dari masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha koperasi terutama yang berbentuk investasi. Modal penyertaan ikut menanggung resiko. Pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota dan dalam menentukan kebijaksanaan koperasi secara keseluruhan. Namun demikian, pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian. Pemupukan modal penyertaan dilakukan berdasarkan perjanjian antara koperasi dan pemodal. Pemupukan modal berdasarkan perjanjian yang dibuat secara tertulis dengan akta notaris atau dibawah tangan sekurang-kurangnya memuat: 164 a nama koperasi dan pemodal; b besarnya modal penyertaan; c usaha hak dan kewajiban pemodal dan koperasi; d pengelolaan dan pengawasan; e hak dan kewajiban pemodal dan koperasi f pembagian keuntungan; g tata cara pengalihan modal penyertaan yang dimiliki pemodal dalam koperasi; h perselisihan. Untuk memupuk modal penyertaan, koperasi sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 165 a telah memperoleh status sebagai badan hukum; b membuat rencana kegiatan dari usaha yang akan dibiayai modal penyertaan; dan c mendapat persetujuan Rapat Anggota. 164 Periksa ketentuan Pasal 5 Peraturan Pemeritah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi 165 Periksa ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemeritah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi Universitas Sumatera Utara Sekalipun Peraturan Pemerintah ini hanya mencantumkan syarat minimal isi perjanjian antara koperasi dan pemodal, namun perjanjian ini perlu mengatur secara lebih jelas dan rinci mengenai hak dan kewajiban serta mekanisme hubungan antar para pihak yang terlibat dalam modal penyertaan. Hal ini penting karena perjanjian tersebut merupakan dasar penyelenggaraan modal penyertaan. Ketentuan mengenai hal ini kemudian dipertegas dalam ketentuan Pasal 7 dan 8 Peraturan Pemeritah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi. Pada Pasal 7 Peraturan Pemeritah di atas mengatur mengenai kewajiban pemodal yang menyebutkan bahwa : 1 Pemodal turut menanggung resiko dan bertanggung jawab terhadap kerugian usaha yang dibiayai modal penyertaan sebatas nilai modal penyertaan yang ditanamkannya dalam koperasi. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak berlaku dalam hal pemodal turut serta dalam pengelolaan usaha yang dibiayai modal penyertaan dan atau turut menyebabkan terjadinya kerugian usaha yang dibiayai modal penyertaan tersebut. Sedangkan ketentuan Pasal 8 mengatur mengenai hak pemodal yang menyebutkan bahwa pemodal berhak memperoleh bagian keuntungan dari usaha yang dibiayai modal penyertaan.

9. Lapangan Usaha Koperasi