9. Tanggungjawab Sekutu Maatschap dengan Pihak Ketiga
Menurut Pasal 1642 sd 1645 KUHPerdata, pertanggungjawaban sekutu maatschap adalah sebagai berikut:
a. Pada asasnya, bila seorang sekutu maatschap mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung
jawab atas perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak ketiga itu, walaupun dia mengatakan bahwa dia berbuat untuk kepentingan persekutuan.
b. Perbuatan sekutu baru mengikat sekutu-sekutu lainnya apabila : -
sekutu tersebut diangkat sebagai pengurus secara gerant statutaire -
nyata-nyata ada surat kuasa dari sekutu-sekutu lain; -
hasil perbuatannya atau keuntungannya telah nyata-nyata dinikmati oleh persekutuan
c. Bila beberapa orang sekutu maatschap mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, maka para sekutu itu dapat dipertanggungjawabkan sama rata, meskipun
inbreng mereka tidak sama, kecuali bila dalam perjanjian yang dibuatnya dengan pihak ketiga itu dengan tegas ditetapkan imbangan pertanggungjawaban masing-
masing sekutu yang turut mengadakan perjanjian itu. d. Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga atas nama
persekutuan Pasal 1645 KUHPerdata, maka persekutuan dapat langsung menggugat pihak ketiga itu. Disini tidak diperlukan adanya pemberian kuasa dari
sekutu-sekutu lain.
10. Maatschap Bukan Badan Hukum
Setiap kerjasama selalu menimbulkan hasil yang dualistis, oleh karena tiap kerjasama itu: a. mesti menimbukan kesatuan rechtspersoonlijkheid, yakni yang
berwujud suatu badan atau corporatie; b. disamping itu juga menimbulkan akibat yang bersifat verbintenisrechtelijk yang individual.
Kalau suatu kerjasama itu dimana unsur corporatienya merupakan hal yang lebih menonjol, misalnya pada suatu PT, maka orang tidak akan ragu lagi untuk mengatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa PT itu sudah rechtspersoon, artinya badan hukum itu bisa bertindak sebagai subyek hukum seperti halnya natuurlijke persoon. Sebaliknya, manakala dalam kerjasama itu
unsur corporatienya lebih sedikit, maka disitu akan timbul keraguan, baik pada peradilan maupun para sarjana, yakni tentang apakah kerjasama itu dilakukan oleh badan hukum
atau bukan. Ajaran yang umum de heersen de leer yang dianut tidak mengakui bahwa
maatschap itu merupakan badan hukum, karena maatschap tidak mempunyai harta kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para sekutunya. Tapi karena hukum itu
berkembang, muncul pendirian baru yang mengatakan bahwa pada maatschap itu dalam praktik sudah ada kekayaannya yang terpisah, akan tetapi belum dianggap sebagai badan
hukum. Pada firma terlihat bahwa undang-undang mengakui adanya harta kekayaan yang
terpisah Pasal 32 KUHD, tetapi oleh undang-undang, firma juga belum diakui sebagai badan hukum.
Diisamping itu, walaupun maatschap dapat mengguggat langsung kepada pihak ketiga berdasarkan Pasal 1645 KUHPerdata, namun bukan berarti maatschap adalah badan
hukum. Perbuatan maatschap persekutuan perdata untuk menggugat langsung kepada pihak ketiga adalah perbuatan bersama semua para sekutu, karena mereka masing-masing
mempunyai bagiannya sendiri dalam harta kekayaan persekutuan, sehingga tiap-tiap sekutu berhak menagih sesuai dengan bagiannya itu.
Dari sudut pertanggung jawaban, bisa juga disimpulkan bahwa Persekutuan Perdata maatschap bukanlah badan hukum, karena bila ia disebut badan hukum maka seorang
sekutu yang melakukan perbuatan atas nama persekutuan, persekutuanlah yang terikat dengan pihak ketiga dan bukan sekutu yang berbuat sebagaimana ditentukan dalam Pasal
1644 KUHPerdata. Bila maatschap ingin dipaksakan menjadi badan hukum, maka tentu ada keharusan bagi maatschap untuk memenuhi syarat-syarat sebagai badan hukum, seperti
a. Pengesahan dari Mentri Kehakiman, sekarang Mentri Hukum dan HAM; b.Pendaftaran dalam Daftar Perusahaan; dan c. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan maatschap tidak memerlukan prosedur pendirian sebagaimana disebut di atas, tetapi cukup dilakukan secara konsensuil atau dengan akta otentikdibawah tangan.
11. Bubarnya Maatschap