Pendirian Perseroan Terbatas PERUSAHAAN BADAN HUKUM

3. Pendirian Perseroan Terbatas

Menurut KUHD, pendirian Perseroan Terbatas dilakukan dengan akta otentik. Akta pendirian yang otentik tersebut kemudian disampaikan terlebih dahulu kepada Mentri Kehakiman untuk mendapatkan pengesahan. Pengesahan dari Mentri Kehakiman baru akan diberikan apabila syarat-syarat dalam anggaran dasar perseroan tidak bertentangan dengan kepentingan umum,maupun kesusilaan. Setelah akta pendirian perseroan disahkan, maka tugas para pendiri adalah mendaftarkannya pada kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat, dan baru kemudian diumumkan dalam Berita Negara. Pengesahan dari Mentri, pendaftaran dan pengumuman dalam Berita Negara juga diberlakukan bagi tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat pendirian atau dalam hal waktu perseroan diperpanjang. Pendirian PT dalam UU PT 2007 diatur di dalam Pasal 7 sd Pasal 14 delapan pasal. Menurut Pasal 7 ayat 1 UU PT 2007, dikatakan bahwa “Perseroan didirikan minimal oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”. Pada prinsipnya, sebagai badan hukum, maka pendirian Perseroan memang harus dilakukan dengan perjanjian minimal oleh 2 dua orang pendiri atau lebih yakni dengan bantuan notaris di daerah hukum tempat dimana para pendiri berada. Dalam undang-undang ini,yang dimaksud dengan“orang”adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing. Pada saat Perseroan didirikan, setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham. Apabila setelah Perseroan memperoleh status badan hukum pemegang sahamnya menjadi kurang dari 2 dua orang, dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. Setelah jangka waktu 6 enam bulan dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 dua orang, maka keadaan ini akan berpengaruh pada pertanggung jawaban, yakni pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut. Akan tetapi, menurut Pasal 7 ayat 7 UU PT 2007, ketentuan mengenai pemegang saham minimal 2 dua orang atau lebih tidak berlaku bagi: Universitas Sumatera Utara a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal. Berbeda dengan UU PT 2007 sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 7 ayat 7 di atas, maka UU PT 1995 Pasal 7 ayat 5 mengatur bahwa ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih atau minimal memiliki 2 dua orang pemegang saham tidak berlaku bagi perseroan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN. Ketentuan Pasal 7 ayat 7 UU PT 2007 tentu saja mengandung makna berbeda dengan ketentuan Pasal 7 ayat 5 UU PT 1995. Hal ini berarti bahwa tidak semua BUMN yang dikecualikan untuk memiliki pemegang saham kurang dari 2 dua orang tetapi hanya BUMN yang berstatus Persero Perusahaan Perseroan yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh negara. Masih menurut UU PT 2007 ini, pengecualian itu diperluas, tidak hanya bagi BUMN berstatus Persero tetapi juga termasuk dalam hal ini Perseroan Terbatas yang khusus bergerak di bidang bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang- Undang tentang Pasar Modal Agar Perseroan diakui secara resmi sebagai badan hukum, akta pendirian dalam bentuk akta notaris tersebut harus diajukan oleh para pendiri secara bersama-sama melalui sebuah permohonan untuk memperoleh Keputusan Mentri Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. Pengajuan permohonan itu dilakukan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Mentri dengan mengisi format isian Akta Notaris Model I yang memuat sekurang-kurangnya: a. nama dan tempat kedudukan Perseroan; b. jangka waktu beridirinya Perseroan; c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; Universitas Sumatera Utara d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. alamat lengkap. Bila para pendiri tidak memiliki waktu luang untuk bertemu dan secara bersama- sama mengajukan permohonan kepada Mentri, maka para pendiri dapat mewakilkan tugas tersebut dengan cara memberi kuasa kepada notaris. Berbeda dengan apa yang diatur dalam UU PT 1995, para pendiri bisa mewakilkan tugas tersebut kepada pihak lain termasuk salah satunya notaris. Tetapi UU PT 2007 menegaskan bahwa pemberian kuasa dari pendiri untuk mengajukan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan kepada Mentri hanya dapat dikuasakan kepada notaris. Pengajuan permohonan pengesahan badan hukum melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik merupakan ketentuan baru yang dalam UU PT 1995 tidak dikenal. UUPT 1995 hanya menentukan bahwa untuk memperoleh pengesahan sebagai badan hukum, para pendiri bersama-sama atau kuasanya, mengajukan permohonan tertulis dengan melampirkan Akta Pendirian perseroan Pasal 9 ayat 1.Disini terlihat bahwa permohonan hanya dilakukan secara manual dan pengajuannya pun tidak mutlak oleh pendiri tetapi bisa diwakilkan kepada orang lain sebagai kuasa, termasuk salah satunya adalah notaris. Namun demikian, adanya sistem baru elektronik ini tidak secara serta merta menghapus pengajuan permohonan secara manual, karena pengajuan secara manual masih mungkin dilakukan bagi daerah tertentu yang belum mempunyai atau tidak dapat digunakan jaringan elektronik. Pengenalan tata cara pengajuan permohonan pengesahan badan hukum melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik, ada kaitannya dengan sebuah pernyataan di dalam Penjelasan Umum UU PT 2007 yakni “…dilakukan dalam rangka memenuhi perkembangan hukum dan tuntutan kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum dan layanan yang cepat, karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,dan informasi yang berkembang begitu pesat khususnya pada era globalisasi”. Universitas Sumatera Utara Sebenarnya, bila memperhatikan atau membaca Keputusan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia HAM yang ada tentang pengesahan badan hukum Perseroan sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 9 ayat 1 UU PT 2007 atau Pasal 9 ayat 1 UU PT 1995, di dalam Surat Keputusan Mentri sama sekali tidak ditemukan kata-kata “Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas”, tetapi yang ada adalah kata-kata atau kalimat “Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas”. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pengambil keputusan agar apa yang dinyatakan dalam Undang-Undang dengan apa yang ada dalam praktek sinkron dan atau tidak bertentangan. Diharapkan agar dalam Surat Keputusan Mentri Hukum dan HAM mendatang mengenai pengesahan badan hukum secara tegas menyatakan “Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas”, bukan “Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas”.Argumen ini dikemukakan karena tujuan dasar atau esensi dikeluarkannya Surat Keputusan Mentri adalah untuk mengesahkan Perseroan tersebut menjadi Badan Hukum. Makna yang terkandung dalam kalimat “Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas”lebih dalam bermuatan yuridis dibandingkan makna yang terkandung dalam kalimat“Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas”. Menurut Pasal 10 UU PT 2007, permohonan untuk memperoleh Keputusan Mentri tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan harus diajukan kepada Mentri paling lambat 60 enam puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, yang dilengkapi dengan keterangan dokumen pendukung lainnya. Akta pendirian yang sudah ditandatangi tersebut menjadi batal jika para pendiri atau kuasanya notaris setelah lewat jangka waktu 60 hari tetap tidak mengajukan permohonan untuk memperoleh Keputusan Mentri. Dalam hal ini,Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum bubar karena hukum dan pemberesannya dilakukan pendiri. Salah satu persyaratan yang harus dilengkapi oleh para pendiri adalah mengisi “format isian” yang sudah disediakan. Apabila format isian dan keterangan mengenai dokumen pendukung telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka Mentri langsung menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik. Akan tetapi, bila format isian dan keterangan mengenai dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Mentri langsung Universitas Sumatera Utara memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon yang dilakukan secara elektronik. Walaupun UU PT 2007 sudah memperkenalkan adanya jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik, tetap saja tidak menghapuskan cara- cara manual seperti telah dijelaskan di atas. Hal itu bisa ditemukan dalam ketentuan Pasal 10 ayat 5 yang menyatakan bahwa “Pemohon yang bersangkutan yang telah mendapatkan pernyataan tidak berkeberatan dari Mentri, walam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung.Apabila semua persyaratan itu sudah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 empat belas hari sejak persyaratan itu dipenuhi, Mentri harus menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara elektronik.Perseroan memperoleh status badan hukum terhitung sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Mentri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. 75 Dengan demikian, bagi para pendiri yang tidak memenuhi jangka waktu danatau tidak melengkapinya dengan dokumen-dokumen pendukung sebagaimana telah ditetapkan, maka pernyataan tidak berkeberatan yang telah diberikan oleh Mentri menjadi gugur. Namun begitu, pemohon masih diberi kesempatan untuk mengajukan kembali permohonan untuk memperoleh Keputusan Mentri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. Mengenai jangka waktu berdirinya Perseroan, dalam anggaran dasar Perseroan, para pendiri boleh menyepakati apakah Perseroan itu didirikan untuk jangka waktu yang terbatas atau tidak terbatas. Menurut UU PT 2007, setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan, khususnya berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya, harus dicantumkan dalam akta pendirian Perseroan. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan dapat dibagi dua: 75 Periksa Pasal 7 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara a. Perbuatan hukum yang dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan bukan akta otentik; dan b. Perbuatan hukum yang dibuat dalam bentuk akta otentik Mengenai perbuatan hukum yang pertama, maka akta tersebut harus dilekatkan pada akta pendirian Perseroan. Sedangkan mengenai perbuatan hukum kedua, maka nomor akta, tanggal dan nama notaris serta tempat kedudukan notaris harus disebutkan dalam akta Pendirian Perseroan. Bila kedua hal tersebut tidak dilakukan atau tidak dipenuhi pada saat pendirian Perseroan, maka perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat Perseroan. Mengenai tindakan “menerima” atau “mengambil alih” perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri, UU PT 2007 dan 1995 mengaturnya berbeda. Menurut UU PT 2007, tindakan menerima dan mengambil segala perbuatan hukum untuk kepentingan perseroan, hanya dilakukan terhadap perbuatan hukum sebelum perseroan didirikan. Tetapi menurut UU PT 1995, tindakan “menerima”, “mengambil alih”, demikian juga “mengukuhkan” perbuatan hukum para pendiri untuk kepentingan perseroan ditujukan untuk segala perbuatan hukum sebelum perseroan disahkan sebagai badan hukum.UU PT 2007 sama sekali tidak mengenal istilah “mengukuhkan” sebagaimana diatur dalam UU PT 1995. Pasal 13 ayat 1 UU PT 2007, berbunyi: “Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS Pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya”. Pasal 11 ayat 1 UU PT 1995, berbunyi: “Perbuatan hukum yang dilakukan para pendiri untuk kepentingan perseroan sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum apabila: Universitas Sumatera Utara a Perseroan secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri dengan pihak ketiga. b Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri, walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama perseroan; atau c Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan”. Agar mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum, maka tindakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri harus dilakukan melalui RUPS Pertama. RUPS pertama harus diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 60 enam puluh hari setelah Perseroan memperoleh status badan hukum. Kemudian, keputusan RUPS pertama tersebut baru dinayatakan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili semua saham dengan hak suara dan keputusan disetujui dengan suara bulat.Dalam hal RUPS tidak diselenggarakan dalam jangka waktu tersebut atau RUPS tidak berhasil mengambil keputusan yang disetujui dengan suara bulat maka setiap calon pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul di kemudian hari. Ada hal yang dianggap aneh di dalam ketentuan Pasal 13 ayat 5 UU PT 2007 dan ketentuan tersebut tidak dikenaldiatur dalam UU PT 1995, yang menyatakan bahwa persetujuan RUPS mengenai perbuatan hukum yang dilakukan sebelum Perseroan didirikan, yang ditujukan untuk kepentingan Perseroan tidak diperlukan apabila perbuatan hukum tersebut dilakukan dan disetujui secara tertulis oleh semua calon pendiri sebelum pendirian Perseroan. Dengan kata lain, semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri asal saja perbuatan itu untuk kepentingan Perseroan, maka hal itu akan mengikat Perseroan setelah menjadi badan hukum apabila terhadap perbuatan-perbuatan hukum itu sudah disetujui secara tertulis oleh semua calon pendiri. Jadi dalam kaitan ini, persetujuan dari pemegang saham yang mewakili semua saham dengan hak suara dalam RUPS Universitas Sumatera Utara Pertama tidak diperlukan lagi, tetapi cukup melalui persetujuan tertulis dari semua calon pendiri. Adanya ketentuan Pasal 13 ayat 1 dan ayat 5 menimbulkan beberapa penafsiran, yaitu: a. Bila persetujuan tertulis dari semua calon pendiri mengenai perbuatan hukum yang dilakukan sebelum pendirian sudah ada sebelumsetelah Perseroan memperoleh status badan hukum, maka RUPS Pertama tidak perlu diselenggarakan.Karena dengan adanya persetujuan tertulis tersebut, hak danatau kewajiban yang timbul dari perbuatan calon pendiri menjadi hak danatau kewajiban Perseroan. b. Bila terhadap perbuatan hukum sebelum Perseroan didirikan belum atau tidak mendapat persetujuan tertulis dari semua calon pendiri, atau ada persetujuan tertulis tetapi tidak oleh semua calon pendiri, maka RUPS wajib dilaksanakan guna menyepakati perbuatan hukum tersebut,apakah akan diterima atau diambil alih sehingga mengikat Perseroan yang sudah berstatus badan hukum. c. RUPS pertama tetap diselenggarakan tetapi dengan agenda lain yang dianggap penting sesuai dengan yang disepakati bersama para pemegang saham. Adanya opsi dalam bentuk “persetujuan tertulis dari semua calon pendiri” ini merupakan gagasan pembuata undang-undang dalam upaya antisipasi mengingat sulitnya mempertemukan atau mengumpulkan semua pemegang saham untuk bisa hadir dalam RUPS Pertama. Penyelesaian dengan cara ini tentu saja menghilangkan arti penting RUPS pertama Perseroan, karena menurut penjelasan Pasal 13 ayat 1 UU PT 2007, pada hakekatnya RUPS Pertama ditujukan sebagai tata cara yang harus ditempuh untuk mengalihkan kepada Perseroan hak danatau kewajiban yang timbul dari perbuatan calon pendiri yang dilakukan sebelum Perseroan didirikan. Disamping itu, gagasan pembuat undang-undang yang tidak mewajibkan RUPS Pertama ini membawa nilai tersendiri dari sudut efisiensi.Karena selama ini hanya dikenal dua macam RUPS, yaitu RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya Luar Biasa. Maka dengan demikian, RUPS Pertama baru penting diadakan bila terdapat perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri sebelum Perseroan didirikan yang membawa pengaruh Universitas Sumatera Utara signifikan bagi keberlangsungan Perseroan atau paling tidak mengandung muatan hak dan kewajiban yang untuk hal tersebut belum pernah diberikan persetujuan secara bersama- sama oleh semua calon pendiri. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri sebelum Perseroan disahkan sebagai badan hukum juga dibedakan menjadi dua macam: a. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri bersama dengan semua anggota direksi dan anggota dewan komisaris; dan b. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri sendiri.

4. Anggaran Dasar dan Perubahan Anggaran Dasar